akibat spastisitas. Di antaranya, anak penderita cerebral palsy (CP). Pada anak yang terlambat berjalan, sebelum diterapi, mereka akan dievaluasi dari segi usia, tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang dialami. Untuk bisa berjalan, anak tentu harus melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk, merangkak, sampai berdiri.
Biasanya, anak tidak akan langsung diajari berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu dilakukan. Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian, spastisitas anak diharapkan berkurang karena ada bantuan yang berupa dorongan air yang sifatnya bisa melenturkan gerak tubuh.
“Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat diberi hidroterapi/terapi air, terapi tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif,” tegasnya.