Albert Einstein College of Medicine menemukan jika beberapa tikus yang ada di dalam lab Dr Hebert terus mengejar-ngejar ekor mereka sendiri. Setelah diamati terungkaplah fakta bahwa mereka mengidap gangguan telinga yang parah dan tuli. Lebih jauh lagi, peneliti menemukan gangguan telinga dalam pada hewan-hewan itu disebabkan mutasi gen. Dan kondisi ini juga bisa terjadi pada manusia.
Untuk memastikan apakah mutasi itulah yang berkontribusi terhadap hiperaktivitas tikus-tikus tersebut, peneliti pun memilih beberapa tikus sehat dan secara selektif menghapus sebuah gen dari telinga dalamnya dan beberapa bagian dari otak yang bertugas mengontrol pergerakan atau sistem saraf pusatnya secara keseluruhan.
‘’Kami terkejut karena ternyata ketika kami menghapus gen itu dari telinga dalamnya maka kami menemukan adanya peningkatan pergerakan,’’ kata Dr Herbert.