Usir Roh Jahat, Istirahat ketika Waktu Salat Jumat

Kepulauan Meranti | Sabtu, 28 Januari 2023 - 10:00 WIB

Usir Roh Jahat, Istirahat ketika Waktu Salat Jumat
Seorang warga Kepulauan Meranti yang dijadikan Tang Ki diarak saat perayaan Cue Lak, Jumat (27/1/2023). (WIRA SAPUTRA/RIAU POS)

SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - RIBUAN warga tumpah-ruah di sejumlah ruas jalanan Kota Selatpanjang, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Jumat(27/1) pagi hingga sore. Mereka mengikuti pawai para dewa yang diarak pemuja mengunjungi 24 klenteng yang tersebar.

Ribuan peserta dan warga ikut terlibat. Arak-arakan dewa tersebut merupakan tradisi masyarakat taonisme, suatu tradisi dari Cina (daratan Cina) yang dibawa nenek moyang warga Tionghoa Kepulauan Meranti yang menetap di Selatpanjang lebih dari 100 tahun silam.


Sekretaris Yayasan Sosial Umat Beragama Buddha (YSUBB), Tjuan An mnceritakan, ketika itu terdapat dua dewa yang dibawa lari oleh nenek moyang mereka menuju Selatpanjang. Kedua dewa dimaksud mulai dari Dewa Cho Se Kong dan Dewa Tua Pek Kong yang sekarang ditempatkan di Vihara Sejahtra Sakti (klenteng tertua) Jalan Ahmad Yani, Tebingtinggi.

"Jadi tradisi perayaan Cue Lak merupakan hari lahir Cho Se Kong hanya dilaksanakan di Meranti. Karena dewa aslinya ada di sini. Dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu sejak nenek moyang kami lari membawa dewa dari Cina ke Selatpanjang," sebutnya.

Makna dari tradisi ini sebagai tanda bagi warga menyambut hari lahir Dewa Co Se Kong. Harapan mereka mampu mengusir roh jahat, dan segala macam bentuk kejahatan hingga potensi bencana. 

Saat itu tiga dewa yang diarak menggunakan tandu oleh peserta. Penunggang tandu sesuai dengan urutannya, Dewa Perang Tian Tho Wan Sue, Lie Loh Chia hingga diikuti tandu ketiga ditunggangi Dewa Cho Se Kong.

Selain ketiga dewa ini juga terdapat sejumlah dewa pengiring. Dewa Pengiring itu di antaranya Panglima Perang Dewa Lie Loh Chia, Dewa Tian Tho Wan Sue, dan Dewa Kuang Kong.

Turut didampingi Dewi Penyelamat Bumi, Dewi Kuan In, Dewa Raja Sam Ong Hu, Dewa Tua Li, Goh Ong Giah Kong, Tua Lang Kong, Dewa Neraka Giah Peh, Dewa Bumi Huat Cu Kong, Sam Tai Kong, dan Dewa Wilayah Tua Pek Kong.

Namun dewa pengiring tersebut bukan dalam bentuk patung, akan tetapi dipercaya oleh mereka dewa dalam bentuk roh yang merasuki warga pilihan yang disebut Tang Ki. Dijelaskan Tjuan An, Tang Ki adalah orang yang dipilih oleh para dewa untuk dirasuki. "Tidak semua orang bisa menjadi Tang Ki, hanya orang terpilih saja," bebernya.

Para Tang Ki akan sangat dihargai oleh mereka karena dianggap sebagai orang sakti dan orang pilihan para dewa. Yang menjadi Tang Ki adalah orang yang sama setiap tahunnya. Sampai ia mati atau dewa-nya memilih tubuh orang lain sebagai media.

Pada pagi hari Imlek keenam, para Tang Ki akan disiapkan dengan berbagai ritual di masing-masing vihara. Sedikit bacaan, kemudian minum segelas teh (menggantikan arak karena tidak diperbolehkan, red), kemudian secara otomatis, Tang Ki mulai kerasukan dewa yang menjadi pemilik tubuhnya.

Baru kemudian para imam di vihara menusuk berbagai besi ke tubuh Tang Ki. Setelah itu akan di antar ke Vihara Sejahtera Sakti untuk berkumpul dengan para Tang Ki dari vihara-vihara lain. Setelah itu para Tan Ki diarak bersama tiga dewa yang ditandu untuk berkeliling ke 24 vihara yang sudah ditetapkan oleh panitia.

Dari pantauan wartawan di lapangan, saat memasuki waktu pelaksanaan Salat Jumat bagi masyarakat muslim, pawai dewa diistirahatkan sementara. Setelah salat selesai, pawai dewa kembali dilanjutkan.

"Kita sangat menghormati sesama agama. Makanya saat kawan-kawan muslim melaksanakan Salat Jumat, kami beristirahat, dan setelah selesai, pawai dewa kita lanjutkan kembali," ungkap Tjuan An.

Didampingi Ketua PSMTI Aan dan Pembina MAKIN Jalius, Tjuan An juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah membantu dan mendukung perayaan Imlek tahun ini. Mulai dari Pemkab Meranti, Polres Meranti, TNI, dan seluruh instansi lainnya. Termasuk juga seluruh ormas, media massa, dan lainnya.

"Dengan dukungan seluruh pihak terhadap pelaksanaan  Imlek tahun ini membuat perayaan Imlek di Selatpanjang bisa mendunia dan dikenal sampai ke mancanegara. Apalagi Imlek 2574 ini, pemerintah sudah mencabut PPKM Covid-19. Sehingga kemeriahan Imlek bisa kembali dilaksanakan," terangnya.***
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook