Atensi Bupati Meranti Tangkap Peluang Sagunesia

Kepulauan Meranti | Jumat, 12 Agustus 2022 - 12:18 WIB

Atensi Bupati Meranti Tangkap Peluang Sagunesia
Bupati Kepulauan Meranti H Muhammad Adil SH MM mendampingi Menteri BUMN Erick Thohir saat kunjungan kerja dengan melihat potensi perkebunan dan produksi sagu di Kecamatan Sungai Tohor, beberapa bulan lalu. (DISKOMINFO PEMKAB KEPULAUAN MERANTI FOR RIAUPOS.CO)

SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Sagu sebagai salah satu basis kearifan lokal di negara Indonesia, sudah ada jauh sebelum negara ini ada, hingga keberadaannya masih menjadi satu di antara sumber karbohidrat terbaik bagi manusia.

Potensi ini seiring dengan bertambahnya jenis makanan olahan berbahan dasar sagu. Mulai dari makanan olahan, hingga makanan cepat saji, sehingga kerap digaungkan dapat mengatasi krisis pangan akan datang. Apalagi, dampak perang Rusia ke Ukraina membuat stok gandum kian menipis dan mulai terganti oleh sagu.


Harapan tersebut tampaknya benar-benar sejalan dengan besarnya potensi tanaman sagu di Indonesia. Perkiraan luasnya sekitar 1.128 juta hektare atau setengah dari luas areal lahannya di dunia.

Dari jumlah tersebut 63.491 hektar berada di Provinsi Riau, yang diimbangi dengan produksi tepung sagu setara 219.215 ton per-tahun. Di Riau, Kepulauan Meranti menjadi satu-satunya kabupaten yang memiliki potensi tersebut.

Secara geografis Kabupaten Kepulauan Meranti terletak pada bagian pesisir timur Pulau Sumatera yang berbatasan dengan sejumlah negara tetangga, dan masuk dalam daerah segitiga pertumbuhan ekonomi (Growth Triagle) Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-GT ). Secara tidak langsung sudah menjadi daerah hinterland kawasan Free Trade Zone (FTZ).

Dalam rangka memanfaatkan peluang dan keuntungan posisi geografis dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan, wilayah Kepulauan Meranti sangat potensial berfungsi sebagai gerbang lintas batas internasional.

Demikian disampaikan Bupati Kepulauan Meranti H Muhammad Adil SH MM kepada Riau Pos, belum lama ini. Untuk itu upaya pengembangan masih terus berjalan. Bahkan ia telah mengatensikan seluruh jajaran untuk dapat melirik hingga menangkap peluang tersebut.

"Saya sudah perintahkan semua dinas dan pejabat terkait untuk terus gesa itu potensi. Karena peluangnya cukup besar sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.

Seperti awal tahun ini, ia mengaku Kepulauan Meranti menjadi kabupaten pertama,  bahkan satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki sertifikat Indikasi Geografis (IG) atas hasil perkebunannya dari Kementerian Hukum dan HAM RI. "Sertifikat ini akan memperjelas standar dan asal suatu produk untuk menghindari praktik kecurangan. Paling tidak dengan sertifikat ini dapat menjadi jaminan jika sagu asal daerah kita benar-banar teruji atau varietas terbaik," sebutnya.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Meranti, luas areal sagu mencapai 61.806 hektare yang terbagi atas 21.620 hektare milik perusahaan dan sagu rakyat seluas 40.186 hektare. Khusus tanaman sagu rakyat dimiliki 8.365 kepala keluarga dengan jumlah produksi 247.014 juta ton per tahun.

Apalagi saat ini saat ini pemerintah pusat melalui Ditjen Perkebunan sedang mematangkan salah satu konsep program unggulan terkait pengembangan sagu ini yang diberi nama "sagunesia" atau sagu untuk Indonesia. "Makanya saya sudah bilang sama kadisnya kejar program itu. Toh, kita optimis dengan potensi yang tidak dimiliki daerah lain," ungkapnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Meranti, Ifwandi melalui pejabat teknis Zulkifli membenarkan. Bahkan tahapan menjelang penetapan, sejumlah lokasi potensial sudah mendapatkan kunjungan Tim Ditjen Perkebunan dan Unpad.

"Salah satu pusat pengolahan sagu yang dikunjungi yaitu di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti," ungkapnya.

Menurutnya, kunjungan dalam rangka penilaian terhadap rencana dari target perluasan. Dari gambaran yang mereka terima, titik lokasi potensial berada di Kecamatan Sungai Tohor, Kepulauan Meranti dengan luas 400 hektare tahap awal.

Ia optimis masuk dalam target utama pemerintah pusat. Pasalnya, pertimbangan tetap mengacu pada nilai afisiensi dan efektivitas pengembangan. Salah satu pertimbangan yang dimaksud menurutnya adalah belanja penataan.

"Belanja penataan di Meranti cukup mudah sehingga lebih efisien dan lebih efektif dari daerah lain di Indonesia. Alasannya,  pengembangan potensi hulu yang sudah tertata sebagai wilayah perkebunan. Tidak hutan seperti di Papua. Kalau hutan tentunya butuh penataan ekstra," ujarnya.

Selain itu, letak geografis yang berada di wilayah perdagangan dunia yang berbatasan langsung dengan Selat Melaka. Karena dalam program itu tidak hanya fokus terhadap hulu, namun hilirisasi potensi. Seperti market produk turunan.

Untuk itu ia memohon doa dan dukungan dari sekuruh pihak terkait. Sehingga 2023 Meranti menjadi satu-satunya satu daerah yang dipercayakan oleh pusat untuk role model potensi sagu nasional.(wir)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook