SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Total produksi beras lokal Kepulauan Meranti hanya mampu memenuhi 27 persen kebutuhan masyarakat setempat. Sisanya pemenuhan kebutuhan komoditas tersebut masih dominan dipasok dari luar daerah.
Pasalnya data yang diterima Riau Pos melalui perangkat daerah terkait, jumlah produksi beras lokal setempat hanya 6.000 ton, sementara kebutuhan beras pertahun tidak kurang dari 22.000 ton.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kepulauan Meranti, Ifwandi, Selasa (7/3).
Dikatakannya, produksi beras lokal berdasarkan luasan lahan sawah yang ditanam padi. Rincinya saat ini terdapat 3.000 hektare sawah produktif yang digarap oleh petani setempat. Setiap hektarenya mampu menghasilkan lebih kurang 3,5 hingga 4 ton gabah kering dalam sekali panen.
"Hasil produksi (gabah) kita masih rendah dalam sekali panen. Jadi didapatlah hasil produksinya itu sekitar 10.000 ton gabah kering lebih dari luasan lahan sawah 3.000 hektare," katanya.
Setiap 10.000 ton, total gabah kering yang dihasilkan hanya dapat dikonversikan menjadi beras sebanyak 60 persen atau 6.000 ton. Untuk mencukupi kebutuhan beras di Meranti, petani hanya mampu memenuhi 27 persen saja dari 22.000 ton beras yang dibutuhkan dalam per tahunnya.
Ia juga merincikan, daerah produksi beras di Kepulauan Meranti tersebar di tujuh kecamatan. Ketujuhnya, Rangsang Barat, Rangsang Pesisir, Rangsang, Pulau Merbau, Merbau, Tasik Putripuyu dan Tebingtinggi Timur. "Dari tujuh kecamatan produksi beras terbesar berada di Rangsang Barat dan Rangsang Pesisir," jelasnya.
Saat ini, DKPP terus mendorong petani lokal supaya menanam dua kali setahun. Artinya, dengan menanam dua kali setahun dalam luas lahan 3.000 hektare, maka akan ada 20.000 ton gabah kering yang dihasilkan. "Kalau dikonversikan ke beras, ada 12.000 ton. Itu pun kita masih kekurangan juga," ucapnya.(gem)
Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang