PERISTIWA

Subayang Meluap, Gema hingga Kuntu Tergenang

Kampar | Rabu, 08 Juli 2020 - 09:59 WIB

Subayang Meluap, Gema hingga Kuntu Tergenang
Seorang warga Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri berdiri di depan rumahnya yang mulai terendam akibat meluapnya Sungai Subayang, Selasa (7/7/2020). Banjir bahkan menenggelamkan lapangan sepakbola Kuntu yang berada di kawasan tertinggi di desa tersebut.(WARGA DESA KUNTU FOR RIAUPOS.CO)

KAMPAR (RIAUPOS.CO) -- Hujan lebat yang melanda sejumlah wilayah Kampar Kiri Hulu dua hari terakhir menyebabkan Sungai Subayang meluap. Banjir pertama menyapu sejumlah desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Selasa (7/7). Sejumlah warga yang bermukim di tepian sungai sejak pagi sempat menyelamatkan harta benda ke tempat yang lebih tinggi.

Camat Kampar Kiri Hulu Dasril mengatakan, ada ratusan unit rumah terdampak akibat hujan lebat yang melanda kawasan hulu Sungai Subayang tersebut sehari sebelumnya. Air langsung naik ke permukiman warga sejak pukul 06.00 WIB. Ada sejumlah desa mengalami genangan cukup parah.


"Beberapa desa seperti Tanjung Belit, Bukit Betung, dan Gema cukup terdampak. Namun sore ini (kemarin, red) sudah berangsur surut. Kalau kondisinya tidak ada lagi hujan, biasanya banjirnya hanya lewat, beberapa jam atau menjelang sore sudah surut," sebut Dasril.

Dasril cuma mengkhawatirkan sejumlah desa yang ada di bagian hilir. Terutama akses jalan menuju ibu kota Kecamatan Kampar Kiri Hulu yang bakal ikut terdampak. Bila itu terjadi, akses darat langsung putus. Kondisi ini dibenarkan Kepala Desa Kuntu Hasril. Kepada Riau Pos Hasril mengatakan, sebagian besar permukiman warga di Desa Kuntu sudah mulai terendam sejak siang hari.

"Kalau rumah-rumah yang di pinggiran sungai, sekitar pukul 10.00 WIB air sudah masuk ke rumah. Banyak masyarakat sudah mengungsi sejak pagi. Tapi air terus naik, pukul 15.30 WIB atau sekitar setelah Salat Asar sudah seluruh rumah warga di sini tenggelam. Bahkan, rumah saya yang cukup tinggi sudah masuk air sekarang (sore kemarin, red)," sebut Hasril.

Menurut Hasril, hingga pukul 17.45 WIB luapan air Sungai Subayang di Kuntu belum memperlihatkan bakal surut. Namun kenaikan air sungai ke permukiman warga tidak selaju pada siang hingga sore kemarin.

Bila tidak ada hujan, dia memperkirakan pagi air sudah surut secara menyeluruh. Akibat luapan air sungai ini, ada 1.000 KK di Desa Kuntu terdampak.

Banyak warga memilih mengungsi, tapi tidak sedikit yang masih bertahan. Hasril berharap ada bantuan dari pemerintah secepatnya. Pasalnya, kendati nanti banjir surut, akses jalan menuju Kuntu segera akan terputus.

"Kalau tadi ini (kemarin, red) ada dapur umum saja dari dinas sosial, sudah sangat membantu. Masyarakat pasti mengharapkan uluran tangan pemerintah menjelang rumah dan peralatan dapur bisa digunakan kembali. Sakarang ini warga masih berjuang sendiri-sendiri menghadapi kondisi ini," terangnya.

Banjir yang merendam desa yang berada di dataran rendah itu menurut Hasril yang terdalam sejak beberapa tahun terakhir.

Dirinya sudah tidak melihat rendaman luapan air sungai Subayang di Desa Kuntu sedalam kemarin. Bahkan luapan air sungai sudah masuk ke lapangan bola Desa Kuntu yang merupakan kawasan sudah tinggi.             

"Ukuran dalamnya adalah rumah-rumah di sekitar lapangan bola. Kalau di sini (lapangan bola, red) sudah tenggelam, berarti seluruh rumah sudah dimasuki air. Contoh tadi, rumah-rumah yang di tepi sungai sudah tenggelam sejak pukul 10.30 WIB. Di sekitar lapangan bola baru setelah Asar," terang Hasril.

Yang membuat Hasril dan warga lainya khawatir adalah putusnya jalan menuju Desa Kuntu.

Karena bila air luapan sudah surut di Kuntu, maka selanjutnya desa terdekat, Teluk Paman, yang akan tenggelam. Di sini, seperti banjir sebelumnya, jalan lintas Lipat Kain-Gema di Teluk Paman selalu tergenang dan sulit dilewati.      Sementara itu, di Kuntu hingga tulisan ini naik cetak kedalaman air yang menggenangi permukiman warga rata-rata mencapai 1 meter. Untuk di kawasan agak tinggi seperti di sekitar lapangan sepakbola Kuntu, paling tinggi rendaman air 50 cm. Namun di tepian sungai, kedalaman air merendam rumah warga mencapai 1,5 meter.

Dalam pada itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edward Sanger mengatakan, begitu mendapat informasi adanya banjir tersebut, pihaknya langsung berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Kampar. Saat ini, tim dari BPBD Kampar juga sudah melakukan pengecekan di lokasi.

"Kami sudah berkoordinasi dengan rekan-rekan di BPBD Kampar, dan mereka juga sudah turun ke lokasi. Informasi dari mereka, air juga sudah mulai surut," katanya.

Dengan kondisi tersebut, saat ini pihaknya belum menurunkan tim dari BPBD Riau. Namun jika nantinya tim BPBD Kampar memerlukan bantuan, pihaknya akan menurunkan tim ke lokasi.

"Saat ini masih bisa ditangani tim BPBD Kampar, nanti jika mereka meminta bantuan, kami BPBD Riau siap untuk mendampingi. Kami akan pantau terus perkembangannya dengan rekan-rekan di lokasi," sebutnya.

PLN Padamkan Listrik untuk Keamanan
Akibat curah hujan yang cukup tinggi yang berlangsung dari malam hari hingga selasa pagi pukul 09.00 WIB, berdampak terjadinya banjir yang merendam beberapa desa di Kampar Kiri Hulu. Demi keamanan masyarakat yang terkena banjir, PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau memadamkan listrik di wilayah yang mengalami banjir.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Dispriansyah mengatakan terdapat 21 gardu listrik dipadamkan sementara akibat adanya banjir.

"Hingga sore ini banjir masih merendam daerah kampar kiri hulu, demi keselamatan warga yang sedang mengalami banjir kami sudah mengamankan agar listrik tidak dialirkan terlebih dahulu ke lokasi-lokasi yang terendam banjir karena sangat membahayakan jiwa manusia yang berada di lokasi banjir," ujarnya, Selasa (7/7).

Dispriansyah menyampaikan terdapat 2.357 pelanggan PLN yang terkena dampak. Beliau  mengimbau kepada masyarakat untuk dapat mematikan listrik dari Miniature Circuit Breaker (MCB) yang terpasang di kWh meter, mencabut seluruh peralatan listrik yang masih tersambung pada stop kontak dan menaikkan alat elektronik ke tempat yang lebih tinggi agar aman dan terhindar dari banjir.

"Petugas PLN yang be­kerja 24 jam dalam melayani masyarakat langsung bergerak cepat untuk memadamkan gardu listrik di daerah terdampak banjir agar masyarakat terhindar dari sengatan listrik," katanya.

Hingga pukul 17.00 WIB kemarin, sejumlah desa di Kecamatan  Kampar Kiri Hulu yang terpaksa dipadamkan ialah Desa Teluk Paman, Desa Kuntu, Desa Gema, Desa Padang Sawah dan Desa Tanjung Belit Selatan. Dikatakan Dispriansyah, apabila banjir telah surut, masyarakat dapat menghubungi contact center PLN 123 atau melalui handphone (kode area) 123 untuk dapat menginformasikan perkembangan banjir yang sudah surut untuk bisa dicek oleh petugas PLN guna penyalaan kembali.

"Sebelum menghidupkan listrik kami meminta masyarakat untuk dapat memastikan semua alat elektronik dan jaringan listrik dalam keadaan kering. Karena demikian juga halnya  sebelum kami operasikan kembali jaringan distribusi listrik. Kami akan memastikan semuanya dalam keadaan kering dan aman untuk menyalurkan energi listrik. Semoga banjir ini segera surut dan listrik bisa dinyalakan kembali sehingga masyarakat bisa melakukan aktivitas seperti biasa," tutup Dispriansyah.(end/sol/a)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook