244 WNI DI HUBEI AMAN DARI VIRUS CORONA

Penuhi Logistik, Bahas Opsi Evakuasi

Internasional | Rabu, 29 Januari 2020 - 08:40 WIB

Penuhi Logistik, Bahas Opsi Evakuasi
Petugas di Pelabuhan Internasional Batam, Kepulauan Riau memeriksa suhu penumpang yang baru mendarat untuk mengantisipasi masuknya virus corona ke Tanah Air, Selasa (28/1/2020).(SEI RATIFA/AFP)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- PENYEBARAN virus corona misterius di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina jadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Pasalnya di sana ada 244 warga negara Indonesia (WNI) yang perlu diselamatkan.Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut bahwa bantuan logistik dan masker akan diberikan ke WNI di sana. Masker akan dikirimkan hari ini (29/1). Sedangkan opsi untuk evakuasi masih terus dibahas.

Retno yang ditemui kemarin (28/1) setelah menghadiri rapat koordinasi di Kantor Kemenko PMK mengungkapkan bahwa komunikasi dengan 244 WNI di Wuhan terus dilakukan. Dia menyatakan bahwa dari pemerintah Cina pun menyiapkan hotline 24 jam bagi warga negara asing yang berdomisili di wilayah yang dikarantina.


Dari komunikasi dengan WNI, diketahui keperluan bahan pokok menipis. Menurut Retno, diperkirakan masih cukup hingga lima hari ke depan. Memang beberapa toko masih buka. Namun, harganya lebih tinggi. Untuk itu pemerintah berusaha memenuhi keperluan tersebut. "Setiap waktu dicek. Apakah ada keperluan yang bisa dibantu," bebernya.

Retno menyatakan bahwa pemenuhan tersebut tidaklah mudah. Sebab Kota Wuhan dalam kondisi lockdown.  Opsi evakuasi menurut Retno juga terbuka. Namun karena status lockdown maka perlu pembahasan dengan otoritas Cina. Kemenlu juga komunikasi dengan negara lain yang memiliki warga negara di titik karantina. Contohnya dengan Australia. "Saya kemarin bicara dengan menteri luar negeri Austalia," ungkapnya.

Untuk opsi evakuasi ini menunggu status darurat 1 di Hubei. "Perlu data lengkap dan saat ini masih berstatus darurat 2 jadi belum diperlukan evakuasi," ujarnya.

Untuk rute evakuasi dan proses evakuasi sudah disiapkan sesuai standar kebijakan pemerintah Cina. Selain bahan pokok, WNI di sana juga perlu masker. Melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), akan dikirim masker. Sebab di Hubei sendiri kekurangan masker.  "Pengiriman masker menggunakan Garuda Indonesia ke Bejing. Nantinya dari Beijing akan ada layanan yang diizinkan untuk masuk ke wilayah yang dikarantina," ungkapnya.

Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Cina cabang Wuhan Nur Musyafak menceritakan, Kedutaan Besar RI di Beijing memenuhi tanggung jawabnya. Mereka berusaha memenuhi persedian logistik WNI yang berada di daerah karantina dengan memberikan bantuan dana melalui WechatPay. "Langkah nyata dan cepat. Dana dikirim ke akun ketua ranting (PPI Cina) masing-masing," terang Musyafak melalui pesan singkat, kemarin.

Menurut dia, tidak mudah memang melakukan evakuasi. Memerlukan banyak prosedur yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Mengingat, proses evakuasi juga mempunyai risiko tinggi. Baik untuk petugas yang mengevakuasi maupun yang diamankan. Selain itu, juga mempertimbangkan kesiapan fasilitas kesehatan yang disediakan.

"Dari Kemenkes pastinya perlu menyiapkan rumah sakit di Tanah Air untuk pemeriksaan teman-teman yang dievakuasi," bebernya.

Informasi terbaru yang diperoleh PPIT Wuhan dari National Health Commission RRC (Republik Rakyat Cina ) terdapat 2.823 orang terinfeksi virus korona. Makanya, pemerintah Cina menutup akses masuk dan keluar di 14 kota provinis Hubei. Data yang dimiliki PPI Wuhan ada 244 WNI yang tersebar di Wuhan, Xianning, Huangshi, Jingzhou, Xianyang dan Enshi.

"Saat ini KBRI terus melakukan koordinasi dengan Menlu, Menkes, pemerintah Kota Wuhan dan PPIC Wuhan mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak akurat. Diharapkan lebih bijak menerima dan menyebarkan informasi mengenai keadaan mahasiswa di Wuhan," jelasnya.

Nur Musyaffak menginginkan rasa kesatuan dan persaudaraan tetap terjaga selama menjalani masa isolasi oleh Pemerintah Cina di Wuhan, Hubei. Dia tak ingin dalam hal pemberitaan media di Tanah Air hanya terfokus pada mahasiswa asal suatu daerah saja.

"Kami di Wuhan dari berbagai daerah, kami ingin keluar bersama," kata Nur Musyaffak kepada Riau Pos.

Lebih lanjut, Sekretaris PPI Wuhan Rifqa Gusmida yang berasal dari Riau juga menginginkan hal serupa. Dirinya berharap agar seluruh mahasiswa dan WNI di Wuhan selalu bersama-sama dan senasib sepenanggungan. "Berhubung kami di sini di negara orang, dan kami semua Indonesia. Saya tidak mau ada framing kak," pintanya.

Sementara itu, salah seorang mahasiswa S2 asal Riau di Wuhan, Rio Alfi mengatakan dirinya bersama rekan lainnya masih dalam kondisi baik. Termasuk juga untuk kondisi stok makanan yang sudah tersedia untuk dua hari ke depan. "Kami masih dalam keadaan baik," sebut Rio

Dalam pada itu Bidang Logistik dan Peralatan BNPB akan mengirimkan bantuan 10 ribu lembar masker N95 untuk WNI yang berada di Wuhan.   "Ada 10 ribu masker untuk WNI dikirim besok," ujar Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB Prasinta Dewi.

Sebelumnya KBRI Beijing mendapatkan instruksi Presiden Joko Widodo agar membagikan masker kepada seluruh WNI di Cina. Namun stok masker di Negara Tirai Bambu tersebut tidak tersedia di hampir seluruh wilayah.

Sementara itu, Menkes Terawan Agus Putranto menjelaskan, bila Kemenlu memang akan mengevakuasi WNI di Wuhan, pihaknya akan ikut ambil bagian. Dalam arti, menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut mereka di Tanah Air. Mulai pemeriksaan hingga antisipasi kemungkinan suspect corona.

Begitu para WNI mendarat di Tanah Air, mereka tentu akan menjalani pemeriksaan medis. "Semua akan kita jalani. Itu adalah sebuah SOP (Standar Operating Procedure), dan semua SOP sudah kami buat," terangnya usai rapat kabinet terbatas di kantor presiden kemarin.

Dia memastikan para WNI itu tidak langsung diisolasi, karena belum tentu mereka mengidap virus tersebut hanya karena tinggal di Wuhan. Hanya mereka yang memang menunjukkan gejala sehingga bisa dinyatakan sebagai suspect yang akan diisolasi. Karena itulah pemeriksaan awal dilakukan sejak tiba di Tanah Air.

Dari sisi peralatan, pihaknya menyiapkan semua sarana yang diperlukan. Misalnya sarana isolasi di RS. "Kapsul evakuasi juga sudah ada semua," lanjut mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto itu. Ada sedikitnya 21 kapsul evakuasi untuk membawa suspect corona ke RS, yang ditempatkan di berbagai daerah. khususnya di pintu-pintu masuk Tanah Air.

Di sisi lain, Menparekraf Wishnutama menjelaskan, pihaknya belum tahu persis seberapa jauh dampak virus corona pada sektor pariwisata Indonesia. Dia hanya memastikan bakal ada pengaruh, namun seberapa besar pengaruh tersebut belum bisa dipastikan. "Kalau dari kota tersebut (Wuhan), ini kan tahun lalu cuma 50 ribuan wisatawan (yang datang)," terangnya di kompleks Istana Kepresidenan kemarin.

Saat ini, penerbangan dari dan ke kota yang warganya banyak terjangkit corona sudah tidak ada lagi. Kota tersebut diisolasi. Di Indonesia, secara umum statusnya masih kuning atau hati-hati untuk kedatangan wisatawan khususnya dari negeri Panda. "Kalau merah, itu no travel. Khusus di Provinsi Hubei itu no travel," lanjutnya.

Informasi bahwa semua negara melarang kunjungan dari Cina juga dipastikan tidak benar. Karena itu, pihaknya juga akan mengikuti perkembangan di WHO. Tentang bagaimana sebenarnya virus corona di Wuhan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono menegaskan, 100 rumah sakit (RS) rujukan siap menangani kasus 2019-nCov. Sejumlah RS juga sudah melakukan simulasi penanganan sejak awal Januari 2020. Sehingga kesiapan telah maksimal.

"Selain itu, kita juga sudah mulai mengaktifkan 21 kapsul evakuasi. Kita standby-kan semuanya," ujarnya.

Menyoal tentang kesiapan medis menyambut para mahasiswa dari Wuhan, Kemenkes juga menyatakan siap. Namun, perlu digaris bawahi jika memang opsi evakuasi diambil maka ada tahapan panjang yamg harus dilalui. Salah satunya, terkait masa inkubasi.

Dia menjelaskan, jika merujuk international health regulation, nantinya para WNI tersebut tidak langsung diterbangkan ke Indonesia. Mereka bakal diungsikan terlebih dahulu ke lokasi yang tidak ada kontaminan di wilayah Cina. Di sana, mereka akan menjalani masa inkubasi selama dua kali. Satu kali masa inkubasi sendiri dilakukan selama 14 hari. Setelah dinyatakan negatif, mereka baru diizinkan pulang.

Sampai di Indonesia pun, mereka tidak bisa langsung berbaur dengan yang lain. Para WNI ini bakal menjalani lagi proses yang sama sebagai bentuk kewaspadaan. "Kita karantina lagi. Ketika negatif, baru mereka boleh beraktivitas," paparnya.

Di sisi lain, Anung kembali menegaskan perihal cara antisipasi penularan virus baru ini. Selain tidak melakukan kontak, hal yang paling penting ialah menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan gaya hidup sehat.

"Namanya juga virus, pada dasarnya semua virus kan termasuk self limiting disease atau bisa sembuh sendiri selama daya tahan tubuh baik. Jadi imun tubuh ini lah yang akan melawan virus ini," jelas Anung.

Hal ini, lanjut dia, sudah terbukti pada para WNI di Wuhan. Mereka dalam kondisi baik meski berada di wilayah infeksius. "Kalau daya tahan tubuh baik tidak akan tertular virus ini," tegasnya lagi.

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Panjaitan pun menegaskan hal yang sama. Para mahasiswa dalam kondisi baik. Informasi tersebut diperolehnya usai ngobrol via telepon dengan salah satu mahasiswa di sana.

"Mereka semua cukup, enggak ada masalah. Makanan ada," ujarnya.(jpg/*1/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook