EKONOMI TERBESAR

2028, Cina Geser AS

Internasional | Minggu, 27 Desember 2020 - 09:55 WIB

2028, Cina Geser AS
Ilustrasi - internet

(RIAUPOS.CO) - Sebuah laporan terbaru lembaga pemikir AS menyebutkan Cina akan mengambil alih posisi Amerika Serikat (AS) sebagai ekonomi terbesar di dunia pada 2028. Ini lima tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya atau 2033. Hal ini merujuk pada pemulihan yang kontras di kedua negara dari pandemi Covid-19 saat ini.

“Untuk beberapa waktu, tema umum ekonomi global telah menjadi perebutan ekonomi dan kekuatan lunak antara Amerika Serikat dan Cina,” kata Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis (CEBR) dalam laporan tahunan yang diterbitkan pada Sabtu (26/12). “Pandemi Covid-19 dan kejatuhan ekonomi yang terkait tentu saja membuat persaingan ini menguntungkan Cina,” lanjut pernyataan yang dikutip oleh Reuters.



CEBR mengatakan, dengan melihat manajemen pandemi Cina yang terampil, dengan penguncian awal yang ketat, dan pertumbuhan jangka panjang di Barat berarti kinerja ekonomi relatif Cina telah meningkat. Cina tampaknya menetapkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,7 persen setahun dari 2021 hingga 2025 sebelum melambat menjadi 4,5 persen setahun dari 2026 hingga 2030.

Sementara Amerika Serikat kemungkinan akan mengalami rebound paskapandemi yang kuat pada 2021, pertumbuhannya akan melambat menjadi 1,9 persen per tahun antara 2022 dan 2024, dan kemudian menjadi 1,6 persen setelah itu. Untuk Jepang, mereka mencatat bahwa negara itu akan tetap menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia sampai awal 2030-an ketika nantinya akan diambil alih oleh India dan mendorong Jerman turun dari peringkat keempat menjadi kelima.

Inggris, yang saat ini merupakan ekonomi terbesar kelima menurut ukuran CEBR, akan turun ke posisi keenam mulai tahun 2024. Namun, meskipun terpukul pada tahun 2021 karena keluarnya dari pasar tunggal Uni Eropa, PDB Inggris dalam dolar diperkirakan akan menjadi 23 persen lebih tinggi daripada Prancis pada tahun 2035, dibantu oleh kepemimpinan Inggris dalam ekonomi digital yang semakin penting.

Eropa menyumbang 19 persen dari output di 10 ekonomi global teratas pada tahun 2020 tetapi itu akan turun menjadi 12 persen pada tahun 2035, atau lebih rendah jika ada perpecahan sengit antara UE dan Inggris, kata CEBR. CEBR juga mengatakan bahwa dampak pandemi pada ekonomi global kemungkinan akan muncul dalam inflasi yang lebih tinggi, bukan pertumbuhan yang lebih lambat.

“Kami melihat siklus ekonomi dengan kenaikan suku bunga pada pertengahan 2020-an,” katanya.

Hal ini menimbulkan tantangan bagi pemerintah yang telah meminjam secara besar-besaran untuk mendanai tanggapan mereka terhadap krisis Covid-19. “Tapi tren mendasar yang telah dipercepat hingga saat ini menuju dunia yang lebih hijau dan lebih berbasis teknologi saat kita memasuki tahun 2030-an,” jelasnya.(rmol/pojoksatu/das)

Laporan JPG, Jakarta

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook