MALI (RIAUPOS.CO) -- Para pria bersenjata berpakaian seperti pemburu tradisional membantai 134 orang termasuk perempuan dan anak-anak di Mali. Pemerintah Mali mengatakan, pihaknya menegaskan kembali tekatnya untuk melakukan segala upaya untuk memburu para pelaku biadab ini.
Mereka juga akan menindak pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku. ‘’Dengan semangat yang sama, pemerintah akan terus menjamin perlindungan rakyat, untuk menciptakan kembali kondisi kohesi sosial sejati dan untuk mempromosikan rekonsiliasi nasional,’’ kata pernyataan pemerintah dikutip dari CNN, Senin (25/3).
Pemerintah mengatakan, mereka mengutuk dengan sangat keras tindakan keji ini. ‘’Belas kasih kami kepada keluarga korban yang tidak bersalah,’’ ujarnya. Pada Ahad (24/3), Presiden Mali Ibrahim Boubacar dan Dewan Menteri mengumumkan pembubaran sebuah kelompok yang mengaku dibentuk untuk membela diri, Dan Na Ambassagou. Belum diketahui apakah kelompok ini yang harus disalahkan atas serangan di Ogossagou.
Kelompok itu, yang disebut Dan Na Ambassagou, terdiri dari anggota kelompok etnis Dogon. Tahun lalu, Human Rights Watch menuduh Dan Na Ambassagou menargetkan para anggota kelompok etnis Fulani dan melakukan serangan yang menyebabkan puluhan kematian dan cedera warga sipil.
UNICEF mengatakan pihaknya memberikan bantuan kepada para korban serangan. ‘’Banyak anak-anak yang terluka telah dievakuasi ke fasilitas kesehatan untuk perawatan. UNICEF berada di lapangan membantu memberikan pertolongan pertama, obat-obatan dan makanan terapi,’’ kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan, ia terkejut dan marah atas serangan itu. ‘’Sekretaris Jenderal mengecam tindakan ini dan menyerukan pihak berwenang Mali untuk segera menyelidikinya dan membawa para pelaku ke pengadilan,’’ kata juru bicara Gutteres. Ada hampir 3 juta orang etnia Fulani di Mali, yang hidupnya nomaden dan sebagian besar Muslim.(jpg)
Editor: Eko Faizin