WARASAWA (RIAUPOS.CO) - Rusia kemungkinan akan menyerang Polandia, Finlandia atau negara-negara Baltikk. Polandia mendesak Eropa menambah dana pertahanan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina.
Hal itu di katakan Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki yang khawatir negaranya akan menjadi objek kemarahan Putin berikutnya.
"Putin ingin mengembangkan kebijakan agresifnya, invasinya," kata Morawiecki ke media Prancis Ouest-France seperti diberitakan AFP, Ahad (27/2/2022).
"Dia mulai di Georgia, sekarang Ukraina. Target berikutnya bisa jadi negara-negara Baltik, Polandia, Finlandia, atau negara-negara lain di sayap timur, ucap Morawiecki.
Polandia yang berbatasan dengan Ukraina merupakan bekas satelit Soviet yang sekarang menjadi anggota aliansi NATO.
Saat Putin mengerahkan pasukannya di perbatasan Ukraina sebelum invasi, Polandia merupakan tuan rumah bagi banyak pasukan dari aliansi militer yang dipimpin Amerika Serikat.
"Kami membutuhkan tentara Eropa yang kuat," kata Morawiecki.
Eropa disebut harus meningkatkan dana pertahanan dari sekitar 300 miliar euro hingga 600 miliar euro per tahun.
"Ini bukan tidak mungkin dan itu akan membuat Eropa akhirnya memainkan peran utama," ucap Morawiecki dalam wawancara yang diterbitkan grup media Jerman, Funke Mediengruppe.
"Era perdamaian dan ketertiban internasional akan segera berakhir. Ini adalah ujian bagi Barat dan reaksi atas ujian ini akan menentukan masa depan kita, bukan selama bertahun-tahun tetapi beberapa dekade," katanya lagi.
Morawiecki mengusulkan pengecualian pengeluaran pertahanan dari aturan keuangan publik Uni Eropa agar memungkinkan Polandia membelanjakan tiga hingga empat persen hasil ekonomi tahunan untuk pertahanan setelah agresi Rusia.
Dia juga menyerukan paket sanksi yang "belum pernah terjadi sebelumnya dan menghancurkan" pada Rusia dan membuat Eropa "independen" dari hidrokarbon Rusia.
"Dengan membeli minyak dan gas Rusia, kami hari ini mendanai kebijakan agresi Rusia," ujar dia.
Sumber: AFP/CNN/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun