KRISIS UKRAINA

Kiev Jadi Medan Tempur dan Terancam Dikuasai Rusia

Internasional | Minggu, 27 Februari 2022 - 07:05 WIB

Kiev Jadi Medan Tempur dan Terancam Dikuasai Rusia
Sebuah apartemen di Kiev terlihat rusak setelah dibombardir pasukan udara Rusia. (REUTERS/DAILY MAIL)

KIEV (RIAUPOS.CO) - Serangan Rusia ke Ukraina di hari ketiga invasi semakin intensif. Pergerakan pasukan Moskow juga kian agresif. Jalanan ibu kota Ukraina, Kiev, sampai-sampai menjadi medan tempur hingga ada apartemen yang ditembak roket.

Berikut sederet perkembangan situasi di Ukraina usai Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan invasi ke Donbas pada Kamis (24/2) lalu, yang dirangkum dari berbabagai sumber.


Kementerian Dalam Negeri Ukraina menyatakan, pertempuran terjadi di jalanan Kiev usai invasi Rusia.

"Pertempuran aktif sedang terjadi di jalan-jalan kota kami. Harap tetap tenang dan berhati-hati," demikian pernyataan Kemendagri di Facebook.

Mereka juga mengimbau warga agar tak keluar, terutama jika saat ini berada di tempat-tempat penampungan atau pengungsian.

Menurut Menteri Kesehatan Ukraina, Viktor Lyashko, per Sabtu (26/2), tercatat ada 198 warga sipil yang meninggal, termasuk tiga anak-anak, sejak invasi Rusia pada Kamis (24/2) lalu. Ia juga melaporkan sebanyak 1.115 orang terluka, termasuk 33 anak-anak.

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan sekitar 120 ribu warga mengungsi akibat serangan tersebut.

"Kami sekarang melihat lebih dari 120 ribu orang telah pergi ke negara tetangga," kata Wakil Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi, Kelly Clements sebagaimana dikutip dari CNN, Sabtu (26/2).

Dia menyebutkan bahwa terdapat 4 juta orang yang mencoba melintasi perbatasan selama masa krisis ini terjadi.

Menyusul eskalasi yang memanas, Wali Kota Kiev, Vitali Klitschko, memberlakukan jam malam mulai Sabtu (26/2) hingga Senin (28/2).

Jam malam ini berlaku mulai pukul 17.00 hingga 08.00 pagi waktu setempat. Saat aturan itu diterapkan, warga yang berkeliaran di luar rumah akan dianggap sebagai bagian dari kelompok sabotase atau mata-mata musuh.

"Aturan ini diberlakukan untuk pertahanan ibu kota dan keamanan penduduknya yang lebih efektif. Tolong perlakukan situasi ini dengan pengertian dan jangan keluar," kata Klitschko, dikutip AFP.

Sementara itu, salah satu apartemen di dekat bandara kedua Kiev terkena rudal atau roket yang diluncurkan pada Sabtu (26/2). Dari gambar yang beredar, serangan ini merusak bagian bangunan di lantai sepuluh apartemen.

Dinding depan apartemen terlihat hancur, barang-barang di dalam tampak menghitam, puing-puing menggantung dan asap mengepul dari gedung itu.

Masih belum diketahui asal serangan itu. Namun, saat insiden terjadi, pasukan Rusia sudah memasuki Kiev. Sejauh ini juga belum ada laporan jumlah korban yang tewas maupun terluka.

Di bagian lain, warga Ukraina siap angkat senjata menghadapi invasi Rusia usai pemerintah meminta masyarakat bersiap-siap membela negara dan mendapat bantuan pasokan senjata dari negara lain.

Salah satu warga Ukraina, Oleksiy Goncharenko, mendatangi markas kepolisian Kiev untuk mengambil senapan.

"Saya sama sekali bukan tentara profesional, tetapi saya dapat mencoba dan melakukan yang terbaik dan saya akan melakukannya jika pasukan Rusia memasuki Kiev," kata Goncharenko, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Rusia menolak draft resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengecam invasi Moskow.

Dalam pemungutan suara itu, negara yang dekat dengan Moskow seperti Cina, Uni Emirat Arab, dan India memilih abstain. Adapun 11 anggota DK PBB lain menyetujui draft buatan Amerika Serikat tersebut.

Draft itu bisa memberi peluang bagi PBB mengutuk serangan Rusia. Nantinya, draft ini akan dibawa ke pertemuan majelis umum di organisasi tersebut.

Dari pihak Organisasi Pertahanan Aliansi Militer (NATO) menyatakan telah mengerahkan pasukan khusus, NATO Response Force (NRF), ke negara anggota seiring meningkatnya eskalasi di Ukraina imbas invasi Rusia.

NRF akan difungsikan untuk menjaga perdamaian dan mencegah serangan meluas ke negara sekutu NATO mana pun. Namun, tak ada penjelasan lebih lanjut ke negara mana saja mereka akan dikerahkan.

"Kemarin, sekutu mengaktifkan rencana pertahanan kami. Sebagai hasilnya, kami mengerahkan elemen Pasukan Respons NATO (NRF) di darat, laut, dan udara untuk lebih memperkuat postur kami dan untuk merespons dengan cepat segala kemungkinan," kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg.

Sumber: AFP/Reuters/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook