WASHINGTON (RIAUPOS.CO) - Untuk melindungi warganya dari wabah corona, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyarankan untuk menyuntikkan disinfektan. Pernyataan "gila" ini disampaikannya pada Kamis (24/4/2020).
"Saya melihat disinfektan cukup ampuh (mematikan virus, red) dalam satu menit. Apakah ada cara yang bisa kita lakukan seperti menyuntikkan zat itu, itu akan sangat menarik untuk diuji. Sangat menarik bagi saya," kata Trump seperti disiarkan oleh CNN.
Pernyataan itu lantas menuai tanggapan. Reckitt Benckiser, perusahaan yang memproduksi disinfektan merek Dettol dan Lysol asal Inggris, langsung menyampaikan peringatan untuk tidak memasukkan produk mereka ke dalam tubuh. Menurut mereka hal itu sangat berbahaya.
"Sebagai pemimpin produk kesehatan dan pembersih di dunia, kami menegaskan tidak ada alasan apapun yang membenarkan memasukkan produk buatan kami ke dalam tubuh (melalui suntikan, dikonsumsi, atau dengan cara lain, red)," demikian isi pernyataan Reckitt Benckiser.
Reckitt Benckiser menyatakan penggunaan produk-produk tersebut harus sesuai peruntukkannya.
"Kami bertanggung jawab memberikan informasi akurat dan mutakhir kepada masyarakat seperti yang disarankan kepada pakar kesehatan masyarakat," demikian isi pernyataan Reckitt Benckiser.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Dr Stephen Hahn, juga tidak menyarankan untuk memasukkan cairan disinfektan ke dalam tubuh.
"Saya tidak menyarankan mengkonsumsi disinfektan," kata Hahn.
FDA menyatakan sudah memberi peringatan kepada para penduduk untuk tidak menenggak cairan atau menghirup uap pemutih karena berbahaya dan bisa menyebabkan iritasi pada kulit.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC) mengatakan menyarankan untuk menggunakan sabun dan pemutih hanya untuk pakaian demi mematikan virus. Penggunaan alkohol 60--70 persen juga efektif untuk membunuh virus pada permukaan kulit dan pakaian.
Pada Senin lalu, CDC menuyatakan kasus keracunan akibat mengkonsumsi cairan pemutih dan disinfektan naik sekitar 20 persen pada tiga bulan pertama 2020.
Sumber: CNN/AFP/Berbagai Sumber+
Editor: hary B Koriun