WASHINGTON (RIAUPOS.CO) - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden siap bertemu mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, pada saat yang tepat. Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean Pierre mengatakan, Biden tak akan mundur soal hubungannya dengan Putin.
"Dia (Biden, red) tidak akan mundur. Dia akan sangat jujur dan terbuka tentang hubungan itu," kata Jean Pierre, dikutip dari Reuters, Sabtu (20/3/2021).
Menurut Jean Pierre, kedua pemimpin memiliki perspektif berbeda dalam banyak hal dan itu bisa dicarikan titik temu melalui pembicaraan langsung.
"Presiden Biden akan bertemu dengan Presiden Putin jika waktunya tepat. Presiden Biden dan Presiden Putin memiliki perspektif berbeda tentang negara masing-masing, tapi mereka sepakat harus terus mencari cara untuk bekerja sama di mana hal itu menjadi kepentingan bersama," ujarnya.
Sebelumnya Putin menantang Biden untuk bertemu dan berdialog secara langsung melalui video. Pernyataan itu disampaikan saat dia dimintai komentar soal pernyataan Biden yang menyebutnya pembunuh.
“Saya ingin menawarkan kepada Presiden Biden, kita ingin melanjutkannya dengan diskusi, tapi dengan syarat melakukannya secara langsung, online, tanpa penundaan,” kata Putin, dalam wawancara televisi.
Putin mengusulkan agar mereka berdialog pada Jumat (19/3/2021) atau Senin (22/3/2021) melalui konferensi video dan disiarkan secara langsung. Kedua pemimpin terakhir berbicara melalui telepon pada 26 Januari atau 6 hari setelah Biden dilantik.
Rusia sendiri mendesak AS meminta maaf setelah Biden menyebut Putin sebagai pembunuh. Wakil Ketua Majelis Tinggi Rusia, Konstantin Kosachyov, mengatakan, jika AS tak meminta maaf mungkin akan menerima pembalasan.
Dia menegaskan komentar Biden itu tak bisa diterima dan membuat hubungan kedua negara semakin memburuk. Padahal, Rusia berharap kebijakan AS ikut berubah seiring pergantian kepemimpinan yang baru.
Pernyataan itu disampaikan Biden dalam wawancara dengan ABC News. Biden menjawab "saya yakin" saat ditanya pembawa acara apakah dia yakin Putin seorang pembunuh.
Biden juga menggambarkan Putin sebagai sosok yang tidak memiliki jiwa serta berjanji akan membayar atas dugaan campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2020 untuk memenangkan Donald Trump. Tuduhan itu dibantah Rusia.
Setelah pernyataan itu, Rusia memanggil duta besarnya di Washington DC untuk berkonsultasi seraya mengancam mengenai masa depan hubungan kedua negara.
Kosachyov mengatakan, penarikan Dubes Rusia di Washington DC merupakan langkah paling masuk akal dalam situasi tersebut.
"Saya curiga ini bukanlah yang terakhir kecuali ada penjelasan atau permintaan maaf dari AS," kata Kosachyov, dalam sebuah unggahanan di Facebook.
"Penilaian semacam ini tidak pantas dari mulut seorang negarawan berpangkat seperti itu. Pernyataan semacam ini tidak bisa diterima dalam kondisi apa pun," ujarnya, menegaskan.
Sumber: Russia News/AFP/USA Today/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun