Warganet AS Viralkan Surat Osama bin Laden di TikTok, Begini Isinya dalam Bahasa Indonesia

Internasional | Sabtu, 18 November 2023 - 01:13 WIB

Warganet AS Viralkan Surat Osama bin Laden di TikTok, Begini Isinya dalam Bahasa Indonesia
Tangkapan layar postingan senator Sam Parker. (X/@SAMPARKER)

NEW YORK (RIAUPOS.CO) - Surat terbuka dari Osama bin Laden untuk Amerika yang berjudul A Letter to America, viral di kalangan warganet Amerika Serikat di TikTok.

Kompilasi video keterkejutan warganet Amerika Serikat di TikTok diposting ulang oleh salah satu senator Utah, Sam Parker, di media sosial X.


 “Hari ini, Zoomers (Gen Z) menemukan kebenaran tidak menyenangkan tentang OBL (Osama bin Laden) dan motivasinya di balik 9/11,” ujarnya.

Dalam video tersebut, tampak beberapa anak muda Amerika Serikat yang telah membaca A Letter to America, terkejut dan menyadari kesalahan dari apa yang selama ini mereka ketahui. Surat tersebut diketahui juga diunggah oleh portal berita The Guardian namun segera dihapus setelah menyebar luas.

Akun X @Avolanza kemudian memposting potongan surat A Letter to America dari Osama bin Laden yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

“Bagian Palestina dari surat Osama Bin Laden yang dihapus oleh The Guardian:

Pertanyaan Osama ditujukan kepada rakyat Amerika.

P1) Mengapa kami berperang dan menentangmu?
P2) Apa yang kami serukan padamu, dan apa yang kami inginkan darimu?
Adapun pertanyaan pertama: Mengapa kami berperang dan menentangmu? Jawabannya sangat sederhana:

(1) Karena kamu menyerang kami dan terus menyerang kami
a) Kamu menyerang kami di Palestina:
(i) Palestina, yang tenggelam di bawah pendudukan militer selama lebih dari 80 tahun. Inggris menyerahkan Palestina, dengan bantuan dan dukunganmu, kepada Yahudi, yang telah mendudukinya selama lebih dari 50 tahun; tahun-tahun yang penuh dengan penindasan, kezaliman, kejahatan, pembunuhan, pengusiran, kehancuran, dan kebinasaan. Penciptaan dan kelanjutan Israel adalah salah satu kejahatan terbesar, dan kamu adalah pemimpin para penjahatnya. Dan tentu saja tidak perlu menjelaskan dan membuktikan sejauh mana dukungan Amerika terhadap Israel. Penciptaan Israel adalah kejahatan yang harus dihapus. Setiap orang yang tangan-tangannya tercemar dalam kontribusi terhadap kejahatan ini harus membayar harganya, dan membayarnya dengan berat.

(ii) Kami tertawa dan menangis melihat bahwa kamu belum lelah mengulangi kebohongan terkonstruksi bahwa Yahudi memiliki hak sejarah atas Palestina, sebagaimana dijanjikan kepada mereka dalam Taurat. Siapa pun yang bersengketa dengan mereka tentang fakta yang diduga ini dituduh sebagai anti-Semit. Ini adalah salah satu pembodohan terbesar dan terluas dalam sejarah. Orang-orang Palestina adalah Arab murni dan Semit asli. Orang-orang Muslim adalah pewaris Musa (alaihissalam) dan pewaris Taurat yang sebenarnya yang tidak berubah. Muslim percaya kepada semua Nabi, termasuk Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad, semoga damai dan berkah Allah atas mereka semua. Jika pengikut Musa telah dijanjikan hak atas Palestina dalam Taurat, maka umat Muslim adalah bangsa yang paling berhak atas ini.

Ketika Muslim menaklukkan Palestina dan mengusir Romawi, Palestina dan Yerusalem kembali ke dalam Islam, agama semua Nabi, semoga damai dan berkah Allah atas mereka semua. Oleh karena itu, seruan kepada hak sejarah atas Palestina tidak dapat diangkat terhadap Ummah Islam yang percaya kepada semua Nabi Allah (semoga damai dan berkah Allah atas mereka) - dan kami tidak membuat perbedaan di antara mereka.

(iii) Darah yang mengalir keluar dari Palestina harus dibalas dengan setimpal. Kamu harus tahu bahwa orang Palestina tidak menangis sendirian; wanita mereka tidak menjadi janda sendirian; anak-anak lelaki mereka tidak menjadi yatim sendirian.”

Akun X @skyls__ juga memposting terjemahan lengkap dari A Letter America dalam bahasa Indonesia. Sementara, dikabarkan saat ini kata kunci A Letter to America telah diblokir di media sosial TikTok.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook