WASHINGTON (RIAUPOS.CO) -- Perusahaan dan pemerhati bisnis internasional mendapatkan berita bahagia pekan lalu. Pemerintah AS dan Cina mencapai kesepakatan dagang fase pertama. Publik bersyukur namun waswas terhadap perkembangan hubungan dua raksasa ekonomi tersebut.
"Ini adalah kesepakatan yang luar biasa untuk semua pihak. Terima kasih," ujar Presiden AS Donald Trump via akun Twitter pribadinya.
Kesepakatan yang diketok Jumat (13/12).Pemimpin perusahaan produsen boneka My Little Pony itu takut bahwa keputusan itu bisa berubah sewaktu-waktu. "Saat ini seakan ada seseorang yang memegang batu di atas kepala saya. Tolong jangan berharap saya bilang terima kasih karena tak menjatuhkan batu itu," ungkapnya kepada Washington Post.
Masih banyak yang harus digarap kedua negosiator di masa depan. Salah satunya, praktik subsidi pemerintah Cina terhadap perusahaan lokal. Gedung Putih menilai itu adalah kecurangan Cina untuk mendorong ekonomi negara.
"Dengan kesepakatan ini, Cina masih bisa mempertahankan sistem merkantilisme mereka dan melakukan kebijakan diskriminatif," ungkap Scott Kennedy, pakar isu Cina di Center for Strategic and International Studies.
Kennedy mengatakan Beijing diuntungkan dengan kesepakatan tersebut. Pasalnya, mereka memperoleh kestabilan dalam sisa masa jabatan Trump. Beda cerita jika politisi Republik itu kembali menang dalam pemilu 2020 nanti.
"Trump bisa saja berubah sikap atau bahkan menerapkan tarif baru," ungkap Kennedy.
Barry Naughton, pakar ekonomi Cina dari University of California in San Diego, mengatakan hal senada. Dia mengatakan, kemungkinan AS dan Cina mencapai kesepakatan fase selanjutnya sangat tipis. Pasalnya, isu subsidi perusahaan lokal bukanlah hal yang bisa direlakan oleh Xi Jinping.
"Partai Komunis Cina seringkali tak menepati janji mereka. Saya yakin kita akan melihat Presiden Trump berubah menjadi "Tarrif Man" ketika tahu Cina ingkar," ungkap Analis SinoInsider Larry Ong.(bil/jpg)