LVIV (RIAUPOS.CO) – Serangan rudal menghantam beberapa infrastruktur militer di wilayah barat Ukraina, Lviv, pada Ahad (15/5/2022).
”Empat rudal musuh menghantam salah satu infrastruktur militer di wilayah Lviv,” kata Gubernur wilayah itu Maxim Kozitsky dalam sebuah unggahan di aplikasi pesan Telegram seperti dilansir dari Antara.
”Objek tersebut hancur total. Menurut informasi awal, tidak ada korban jiwa. Tidak ada yang mencari bantuan medis,” tambah dia.
Reuters tidak dapat memverifikasi laporan itu secara independen dan tidak ada tanggapan langsung dari Moskow. Komando udara Barat angkatan udara Ukraina menyatakan dalam sebuah unggahan media sosial, beberapa rudal ditembakkan dari arah Laut Hitam ke wilayah Lviv.
Pihak angkatan udara Ukraina menyatakan, dua dari rudal itu hancur sebelum mengenai sasaran. Sementara itu, konvoi besar mobil dan van yang membawa pengungsi dari reruntuhan di Mariupol tiba di Kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina pada Sabtu (14/5/2022). Itu setelah menunggu berhari-hari agar pasukan Rusia mengizinkan mereka pergi.
Mariupol, yang sekarang sebagian besar dikuasai Rusia, sudah rata akibat perang yang berlangsung selama 80 hari. Ukraina secara bertahap telah mengevakuasi warga sipil dari kota yang hancur itu selama lebih dari dua bulan.
Pengungsi pertama-tama harus keluar dari Mariupol dan kemudian dengan cara apa pun pergi ke Berdyansk, yang berjarak lebih jauh sekitar 80 km ke arah barat di sepanjang pantai. Setelah itu, mereka harus menempuh perjalanan ke daerah lain sebelum akhirnya berkendara ke barat laut sejauh 200 km menuju ke Zaporizhzhia.
Seorang pensiunan berusia 74 tahun bernama Nikolai Pavlov mengatakan, dia sempat tinggal di ruang bawah tanah selama sebulan setelah apartemennya hancur akibat serangan. Seorang kerabat yang menggunakan jalan rahasia berhasil membawanya keluar dari Mariupol ke Berdyansk.
”Kami nyaris tidak berhasil keluar, ada banyak orang tua di antara kami. Perjalanan itu membuat remuk badan kami. Tapi itu sepadan,” ucap Nikolai Pavlov.
Asisten Wali Kota Mariupol sebelumnya mengatakan, konvoi pengungsi itu berjumlah antara 500 hingga 1.000 mobil, yang merupakan evakuasi tunggal terbesar dari kota itu sejak serangan Rusia pada 24 Februari.
Moskow menyebut tindakannya sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkan apa yang digambarkannya sebagai nasionalisme anti Rusia. Sedangkan Ukraina dan negara-negara barat mengatakan Rusia melancarkan perang tanpa alasan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman