KRISIS UKRAINA

Invasi Rusia Membuat Arus Pengungsi Ukraina Hampir Tembus 3 Juta

Internasional | Rabu, 16 Maret 2022 - 06:08 WIB

Invasi Rusia Membuat Arus Pengungsi Ukraina Hampir Tembus 3 Juta
Para pengungsi asal Ukraina terlihat tidur di stasiun kereta bawah tanah di Polandia. (REUTERS/DAILY MAIL)

KIEV (RIAUPOS.CO) - Jumlah warga Ukraina yang melarikan diri ke luar negeri mendekati 3 juta orang pada Selasa (15/3/2022), atau hampir tiga pekan Rusia menginvasi Ukraina sejak dimulai pada Kamis (24/2).

Berdasarkan data Badan Pengungsi PBB (UNHCR), sekitar 2,97 juta orang telah meninggalkan Ukraina. Angka itu juga diyakini bakal terus meningkat.


Seperti diberitakan Reuters pada Selasa (15/3), beberapa warga Ukraina barat kini bergabung dengan arus pengungsi melintasi perbatasan setelah Rusia menyerang pangkalan militer Yavoriv pada Ahad (13/3).

"Semua orang menganggap Ukraina barat cukup aman sampai mereka mulai menyerang Lviv," kata Zhanna, salah satu warga yang tinggal di Kharkiv dan hendak menuju Polandia.

Sebagian besar pengungsi berada di negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina, seperti Polandia, Slovakia, Hongaria, Rumania dan Moldova. Lebih dari setengahnya, atau sekitar 1,8 juta warga sudah berada di Polandia saja.

Berdasarkan data UNHCR, sejumlah besar pengungsi mulai bergerak lebih jauh ke Barat. Sekitar 300 ribu orang disebut bergerak ke Eropa Barat.

"Apabila kita benar-benar menunjukkan sisi terbaik dari diri kita sendiri dalam solidaritas, kita dapat mengatasi tantangan ini," kata petinggi migrasi Uni Eropa, Ylva Johansson, di Brussel beberapa waktu lalu.

UNHCR juga mengatakan para warga yang telah melarikan diri pada awal konflik memiliki sumber daya dan relasi di luar Ukraina.

Namun, situasi berbeda kini. Orang-orang yang baru mengungsi belakangan ini disebut pergi dengan tergesa-gesa. Sehingga, mereka menjadi lebih rentan dibandingkan yang pergi sejak awal.

"Kami melihat banyak orang lanjut usia dan banyak penyandang disabilitas, benar-benar orang yang mengharapkan dan berharap sampai saat terakhir bahwa situasinya akan berubah," kata Tatiana Chabac, salah satu staf UNHCR.

Sumber: AFP/CNN/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook