JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Berdasar data dari South China Morning Post pada Sabtu (15/2) malam WIB, jumlah kematian akibat virus corona jenis baru telah mencapai 1.527 orang. Jumlah tersebut bertambah 1 orang dari data pagi hari yakni 1.526 jiwa. Satu tambahan korban meninggal bukan terjadi di Cina maupun Asia, melainkan di Eropa, tepatnya Prancis.
Prancis mengonfirmasi kematian akibat virus corona jenis baru atau COVID-19 di negaranya pada Sabtu (15/2) malam WIB. Ini menjadi kematian pertama akibat virus corona yang terjadi di luar Asia.
Sebelumnya, selain Cina, negara yang melaporkan ada kematian akibat virus corona adalah Hongkong, Filipina, dan Jepang. Artinya, sebelumnya kematian hanya terjadi di Asia.
Hanya saja, pasien yang meninggal akibat virus corona di Prancis bukan penduduk asli. Dia adalah turis dari Cina yang berusia 80 tahun. Kabar meninggalnya turis Cina tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan Prancis, Agnes Buzyn.
Buzyn mengatakan bahwa dirinya diberitahu bahwa turis asal Cina yang dirawat di Rumah Sakit Bichat di Paris sejak 25 Januari, telah meninggal karena infeksi paru-paru karena virus corona. "Kondisinya memang semakin memburuk setiap hari, hingga dia meninggal dunia," beber Agnes Buzyn seperti dilansir Channel News Asia.
Prancis sendiri mencatat ada 11 kasus terinfeksi virus corona. Enam orang masih dirawat di rumah sakit. Menurut Buzyn, tidak ada yang sakit parah di antara mereka. Di antara enam orang yang masih dirawat itu adalah anak perempuan dari Turis Cina yang meninggal. Sementara yang lain adalah warga negara Inggris yang terinfeksi oleh rekan senegaranya saat berada di sebuah resort di Paris. Orang yang menularinya adalah Steve Walsh yang kini dinyatakan sudah sembuh.
Walsh sendiri disebut sebagai penyebar super virus corona. Hal itu karena dia menularkan virus tersebut kepada 11 orang lainnya. Walsh terinfeksi virus corona saat mengikuti konferensi di Singapura.
Prancis langsung bersikap setelah ada kematian pertama akibat virus corona di negaranya meski bukan warga negara mereka. Buzyn menjelaskan bahwa saat ini pihaknya akan terus memantau perkembangan global dan pasien di negaranya.
"Kami akan mengikuti situasi internasional secara ketat. Kami perlu menyiapkan sistem kesehatan untuk menghadapi kemungkinan pandemi dan karena itu peredaran virus di wilayah nasional harus diminimalkan," sebut Buzyn.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi