JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Arab Saudi, yang diakui sebagai pemimpin negara muslim di dunia, bersama Uni Emirat Arab (UEA) dan 7 Negara lainnya dilaporkan telah menolak langkah untuk memutus hubungan dengan Israel saat pertemuan puncak bersama Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang diadakan di Riyadh.
Proposal yang diajukan Aljazair itu bertujuan untuk memutus semua hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel.
Dikutip melalui laman Wionews.com, Selasa (14/11), Proposal tersebut berisi tentang mencegah pemindahan peralatan militer AS ke Israel dari pangkalan AS di wilayah tersebut, membekukan semua kontak diplomatik dan ekonomi dengan Israel, mengancam untuk menggunakan minyak sebagai alat pengungkit, melarang penerbangan ke dan dari Israel melalui wilayah udara negara-negara Arab dan mengirimkan delegasi gabungan ke AS, Eropa, dan Rusia untuk mendorong gencatan senjata.
Namun, permintaan tersebut ditentang karena mereka ingin menjaga hubungan komunikasi tetap terbuka dengan Israel di tengah krisis yang sedang berlangsung.
Negara-negara yang menolak tuntutan tersebut adalah Arab Saudi, UEA, Bahrain, Sudan, Maroko, Mauritania, Djibouti, Yordania dan Mesir.
Arab berserta negara lainnya merasa bahwa ada kebutuhan untuk menjaga hubungan komunikasi dengan Israel dan oleh karena itu, mereka menolak permintaan tersebut.
Sebelumnya, Arab Saudi dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 11 November, dan KTT Liga Arab pada 12 November.
Namun, mengingat krisis kemanusiaan di Gaza, Arab Saudi memutuskan untuk menjadi tuan rumah pertemuan puncak gabungan di Riyadh pada 11 November.
Salah satu tokoh penting yang hadir dalam KTT tersebut adalah Presiden Iran, Ebrahim Raisi, yang menjadikannya kunjungan pertama kepala negara Iran ke Arab Saudi dan terjadi hampir delapan bulan setelah Tiongkok menengahi gencatan senjata antara kedua negara.
Sementara itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan konferensi perdamaian internasional harus diadakan untuk mencari solusi jangka panjang atas konflik Israel-Palestina.
“Apa yang kita butuhkan di Gaza bukanlah jeda selama beberapa jam, melainkan kita membutuhkan gencatan senjata permanen,” Ujar Erdogan, seperti dikutip melalui Reuters.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman