MAKKAH (RIAUPOS.CO) - Jelang wukuf di Arafah dan rangkaian ibadah lainnya di Muzdalifah dan Mina, persiapan jamaah calon haji (JCH) terus diintensifkan. Salah satu aspek penting adalah kesehatan JCH.
“Semua harus wukuf. Tapi jangan sampai kita wukuf justru dengan kondisi disafariwukufkan,” ujar Tim Promotif dan Preventif Kesehatan Haji PPIH dr Syamsurizal, Ahad (12/8) di musala Hotel Rehab Al-Mahabbah, Makkah.
Safari wukuf memang dalam kondisi lebih nyaman. Ada AC. Tapi di dalam ambulans, dengan bantuan selang infus dan alat bantu kesehatan lainnya. Makanya lebih baik menjaga kesehatan dan memahami kondisi tubuh sendiri.
Syamsurizal memaparkan pentingnya menjaga kondisi kesehatan di hadapan JCH Kloter 7 Bth asal Pekanbaru. Saat ini, sedang dirawat sebanyak 50 orang JCH. Sebanyak 10 di antaranya sedang dirawat intensif di intensive care unit (ICU). Mereka yang di ICU pun nantinya akan dibawa ke Arafah untuk disafariwukufkan.
Syamsurizal meminta JCH selalu memakai alat pelindung diri (APD) antara lain masker, payung, kacamata, pelembab, dan semprotan air. Makan dan minum teratur juga penting untuk menjaga kesehatan JCH.
Salah satu yang perlu dijaga adalah pola buang air kecil dan besar (BAK) dan BAB saat di Arafah. Sebab, sebanyak 2 juta jamaah akan berebut toilet di hampir waktu yang bersamaan. Kendati disediakan cukup banyak toilet, tetap saja antreannya sangat panjang.
“Harus bisa menjaga pola dan waktunya. Jangan sampai dehidrasi atau kekurangan air, tapi jangan pula terlalu banyak minum. Minum tetap banyak, tapi sedikit demi sedikit,” ujarnya memberi tips.
Sementara itu dalam beberapa hari terakhir, banyak JCH yang mengeluh diare dan gangguan lambung lainnya. Kepala seksi (Kasi) Pembinaan Haji dan Umrah Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Riau H Abdul Wahid S Ag MI Kom mengimbau para jamaah dapat memperhatikan kondisi kesehatan mereka lewat makanan yang dikonsumsi.
“Untuk itu, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) BTH02 mengingatkan seluruh jamaah untuk makan makanan yang diberikan sesuai pada waktu yang ditetapkan siang paling lama pukul 15.00 Waktu Arab Saudi (WAS) dan malam paling lama pukul 22.00. Lewat dari jam yang ditentukan lebih baik untuk tidak dikonsumsi karena sudah terjadi proses basi,” katanya kepada Riau Pos, Ahad (12/8).
Jika mendapatkan nasi dalam kondisi yang tidak baik, apakah itu lauk maupun sayur, jamaah diingatkan tidak memakannya dan segera melapor ke petugas. Jika membeli makanan di luar, pilihlah makanan yang jelas kebersihannya.
“Yang tidak kalah penting, jangan lupa mencuci tangan menggunakan sabun jika hendak makan. Karena tangan juga sumber penularan infeksi usus jika kita malas mencuci tangan,” ujarnya.(muh/cr9)