KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) - Untuk kali pertama dalam dua dekade terakhir, Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim sepanggung lagi. Meski sarat muatan politik, tidak ada perseteruan di sana. Dua politikus senior Malaysia itu tidak sedang berebut jabatan. Sebaliknya, mereka justru sedang bekerja sama mengupayakan kemenangan.
Mahathir memberikan dukungan kepada Anwar yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat dalam pemilu sela di Port Dickson. Pemungutan suara berlangsung pada Sabtu (13/10). PM Malaysia tersebut mengimbau rakyat mendukung Anwar.
‘’Saya berharap Anwar Ibrahim menang,’’ ujar Mahathir di hadapan sekitar 2 ribu orang yang hadir dalam kampanye Senin malam (8/10).
Channel News Asia menyatakan bahwa kemenangan Anwar akan menjadi momen penting kebangkitan Malaysia. Nanti, lewat statusnya sebagai legislator Port Dickson, Anwar bisa berpolitik lagi.
Sejak awal, koalisi Pakatan Harapan (PH) memang menegaskan bahwa Mahathir hanya akan menjabat PM untuk sementara. Setidaknya, tokoh 93 tahun itu diwacanakan untuk duduk di kursi PM selama dua tahun. Di Malaysia, seorang PM berhak menjabat maksimal lima tahun dalam satu periode.
Apa yang terjadi setelah dua tahun masa jabatan Mahathir? Anwar akan menggantikannya. Suami Wakil PM Wan Azizah Wan Ismail tersebut bakal melanjutkan kepemimpinan Mahathir.
Namun, untuk bisa menjadi PM, Anwar harus lebih dulu nyemplung ke politik. Dan, dia memilih pemilu sela Port Dickson sebagai pintu gerbang.
Kendati pendukung PKR di Port Dickson banyak, Anwar tidak bisa santai. Sebab, ada enam kandidat lain yang juga mengincar kursi itu. Salah satunya Saiful Bukhari, mantan ajudan Anwar yang mengaku pernah disodomi bosnya.
Karena itulah, Anwar butuh Mahathir. Dukungan pemimpin kelahiran Alor Setar itu diyakini mampu melipatgandakan suara PKR di sana. Dia mengaku senang bisa mendukung langsung Anwar di Port Dickson.
Dia meminta masyarakat tidak lagi mengingat-ingat masa lalu mereka yang kelam. Sebab, dia dan Anwar pun sudah mengubur kisah lama itu.
‘’Jika saya memikirkan masa lalu dan jika Anwar memikirkan apa dulu terjadi, saya rasa kami tidak akan mungkin bersatu,’’ tegas Mahathir.(sha/c22/hep)