TOKYO (RIAUPOS.CO) - Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, mendeklarasikan status darurat Covid-19 di Tokyo akibat lonjakan kasus corona akibat varian Delta yang membuat rumah sakit terancam kewalahan.
Kasus ini melonjak di tengah persiapan negeri Matahari Terbit itu akan menggelar Olimpade Tokyo. Meski sudah memutuskan tanpa penonton, tetapi banyak pihat yang khawatir dengan peningkatkan kasus ini.
"Kami harus memperkuat upaya pencegahan. Melihat situasi ini, kami akan mendeklarasikan status darurat untuk Tokyo," ujar Suga seperti dikutip Reuters, Kamis (8/7/2021).
Senada dengan Suga, Menteri Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Pandemi Jepang, Yasutoshi Nishimura, mengatakan bahwa jumlah kasus baru di Tokyo tak menunjukkan tanda-tanda penurunan.
"Ketika pergerakan orang meningkat, varian Delta yang lebih menular sekarang menyumbang sekitar 30 persen kasus Covid-19. Ini diperkirakan akan melonjak lagi," kata Nishimura sebagaimana dilansir AFP.
Kementerian Kesehatan Jepang memang melaporkan bahwa jumlah kasus varian Delta di Jepang memang meningkat dari 80 menjadi 304 kasus di akhir pekan lalu. Varian yang pertama kali ditemukan di India itu terdeteksi di 20 prefektur di Jepang.
Tokyo tercacat menyumbang infeksi Delta terbanyak dengan 61 kasus, disusul Chiba dengan 48 kasus, Kanagawa dengan 41 kasus, Osaka dengan 31 kasus, Aichi ada 27 kasus, dan Hyogo dengan 24 kasus.
Secara keseluruhan, Jepang sudah melaporkan 1.409 kasus Covid-19 varian Delta dalam sepekan terakhir. Angka itu melonjak dari minggu sebelumnya yang hanya 842.
Suga mengatakan bahwa tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit Jepang sebenarnya belum tinggi. Namun, pemerintah harus mengambil upaya-upaya pencegahan.
Seorang anggota tim pakar virus corona nasional, Yuki Furuse, mengatakan, kasus harian Covid-19 di Tokyo diperkirakan akan meningkat menjadi 1.000 pada Juli, dan 2.000 pada Agustus, jika tak ada penanganan serius.
Jika mengambil perbandingan kasus dan ketersediaan tempat tidur, Furuse memperkirakan rumah sakit di Tokyo akan penuh. Lonjakan kasus di Jepang ini tak sejalan dengan program vaksinasinya. Sejauh ini, baru 15 persen populasi yang sudah divaksin secara penuh.
Sumber: FP/Reuters/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun