PILPRES AS

Biden-Harris Catat Sejarah

Internasional | Minggu, 08 November 2020 - 10:33 WIB

Biden-Harris Catat Sejarah
Joe Biden didampingi Kamala Harris menyampaikan pidato di hadapan pendukung di Chase Center di Wilmington, Delaware, Sabtu (7/11/2020). Angela Weiss / AFP

(RIAUPOS.CO) - Joseph Robinette Biden Jr (Joe Biden) dipastikan mengalahkan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020. Dari penghitungan suara sementara, berdasarkan proyeksi BBC, Biden memperoleh 270 suara elektoral dan bakal menjadi Presiden AS ke-46 dalam usia yang ke-78.

Setelah dilantik, Biden bakal menjadi presiden tertua sepanjang sejarah Negeri Paman Sam. Selain itu, sejarah juga akan dicatatkan Kamala Harris. Dia bakal menjadi wanita pertama sebagai wakil presiden di AS. Didampingi Harris, Biden mengatakan ia berada dalam jalur untuk menang lebih dari 300 suara elektoral.


“Jumlah menunjukkan berita yang jelas. Kami akan menang pemilihan,” ujar Biden kepada para pendukungnya, pada Jumat malam waktu setempat (Sabtu pagi WIB) dikutip dari Vivanews, Sabtu (7/11) dini hari.

Ia juga menyatakan, jumlah orang yang memilihnya merupakan rekor dalam sejarah pemilihan presiden AS yakni lebih dari 74 juta orang. Secara keseluruhan, jumlah pemilih yang memberikan suara dalam Pilpres AS merupakan yang tertinggi dalam 120 tahun dengan angka partisipasi sekitar 66,9 persen.

Sementara berdasarkan penghitungan proyeksi Associated Press, Sabtu (7/11) pukul 23.57, Biden memperoleh 290 suara eletoral atau unggul 50,6 persen (74.857.880 suara). Sedangkan Trump baru meraih 214 suara elektoral atau hanya 47,7 persen suara (70.598.535 suara).

Calon dari Partai Demokrat menyebut dirinya calon untuk persatuan setelah pemilihan yang sangat ketat. ‘’Kita bisa saja menjadi oposisi namun kita bukan musuh, kita warga Amerika,” kata Biden tanpa menyinggung lawannya dari Partai Republik, Trump.

Berbicara dari panggung di Chase Center, Biden dengan tegas menyatakan bahwa dia memiliki “mandat” pada sejumlah masalah kebijakan dan mengatakan dia telah mulai bersiap untuk menjabat. “Saya tahu menonton penghitungan suara ini di TV bergerak lambat dan bisa membuat mati rasa. Tapi jangan pernah lupa, penghitungan bukan hanya angka. Mereka mewakili suara dan pemilih, pria dan wanita yang menggunakan hak dasar mereka agar suaranya didengar, “ ujarnya.

Di bagian lain, Trump kembali melontarkan berbagai tuduhan yang tidak ada buktinya dalam serangkaian cuitan, unggahan-unggahan yang mendapatkan peringatan dari Twitter. Empat unggahan disebut Twitter dapat disanggah atau dapat menggiring ke hal yang salah.

Cuitan Sabtu (7/11), termasuk klaim Trump bahwa adanya suara ilegal yang tiba pada hari pemilihan di negara bagian seperti Pennsylvania, sehingga menghapus keunggulanya. Keunggulan Jo Biden di empat negara bagian penting yakni di Pennsylvania, Georgia, Arizona dan Nevada karena mulai dihitungnya suara lewat pos.

Suara lewat pos baru belakangan dihitung setelah penghitungan suara orang yang datang memilih langsung. Perkembangan penghitungan seperti ini telah diperkirakan oleh para analis menjelang pemilu, dan bahwa banyak yang memberikan suara melalui pos adalah pendukung Demokrat. Trump sendiri tidak memberikan bukti apapun terkait tuduhan lewat Twitter.

Selain itu, ada hal yang cukup menyita perhatian, yakni sejumlah pejabat senior Gedung Putih mulai diam-diam mundur. Hal itu seperti dilansir dari CNN yang mengatakan sumber yang dekat dengan Gedung Putih menyebut beberapa pejabat mulai diam-diam mundur dan meninggalkan Trump. Langkah tersebut dilakukan untuk menyelamatkan muka mereka.

“Sudah berakhir,” ungkap salah satu penasihat utama pemerintah Trump terkait Pilpres seperti dilansir CNN.

Penasihat tersebut menambahkan ada kekhawatiran terkait langkah Trump selanjutnya. Pasalnya, Trump menyatakan akan terus melawan dengan mengajukan gugatan. (das/jpg)

Laporan JPG, Washington

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook