WASHINGTON (RIAUPOS.CO) - Donald Trump dapat lawan setimpal dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) akhir tahun ini. Partai Demokrat punya jagoan yang dianggap mampu menaklukkan hati masyarakat AS yang kecewa dengan Trump.
Politikus Joe Biden resmi menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. Dia meraih suara mayoritas dalam konvensi bakal capres mengalahkan para pesaingnya.
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (6/6/2020), Biden bakal bertarung melawan petahana Donald Trump yang diusung Partai Republik dalam pemilihan Presiden AS pada November mendatang.
"Sebuah kehormatan bisa bersaing dengan para kandidat yang mempunyai talenta dari Partai Demokrat. Dan saya bangga kita akan menghadapi pemilihan umum sebagai partai yang bersatu," kata Biden dalam pernyataan pada Jumat malam waktu setempat.
Mantan wakil presiden di era kepemimpinan Barack Obama itu meraih suara mayoritas dalam konvensi yang digelar Partai Demokrat. Pesaing terberatnya, Bernie Sanders, memutuskan mundur dari kampanye konvensi pada April lalu.
Akan tetapi, Biden tetap melanjutkan konvensi karena membutuhkan suara dari 1.991 delegasi untuk meraih suara mayoritas dari tujuh negara bagian dan Distrik Columbia.
Biden berhasil mengumpulkan dukungan dari 1.993 delegasi. Meski begitu, dia masih harus meraih suara dari delapan negara bagian dan tiga wilayah kekuasaan AS.
Biden kemungkinan besar akan mengusung permasalahan kelesuan ekonomi, jaminan kesehatan sampai tingkat pengangguran, diskriminasi rasial, kekerasan aparat penegak hukum, dan dan penanganan pandemi virus corona di dalam kampanye pilpres.
"Ini adalah masa yang sulit dalam sejarah Amerika. Dan amarah Donald Trump serta politik pecah belah bukan jawaban. Negeri ini membutuhkan kepemimpinan. Pemimpin yang bisa menyatukan," ujar Biden dalam pidato tersebut.
Sebelum dipilih menjadi wakil Obama, Biden menghabiskan waktu selama 36 tahun menjadi senator. Ini adalah ketiga kalinya Biden bersaing dalam konvensi bakal capres Partai Demokrat. Lelaki berusia 77 tahun itu dilaporkan mendapat dukungan yang sangat kuat dari masyarakat kulit hitam.
Perjalanannya dalam konvensi tidak mulus. Perolehan suara Biden dalam pemungutan suara delegasi Demokrat di Iowa, New Hampshire serta South Carolina sempat jeblok.
Dukungan yang didapat Biden dalam konvensi mulai menanjak sejak pemilihan di negara bagian Nevada. Dia juga memiliki basis pendukung yang kuat di North Carolina, Virginia, Tennessee dan Texas.
Meski begitu, Biden kini juga menghadapi tekanan dari faksi-faksi di Partai Demokrat untuk menggandeng calon wakil presiden dari kalangan masyarakat kulit hitam. Tujuannya untuk mendongkrak citra politik, popularitas dan perolehan suara.
Biden juga harus bisa memastikan pemilih mengambang masyarakat kulit hitam yang berada di beberapa negara bagian mendukungnya. Sebab jika tidak, maka Trump bisa mengambil celah tersebut seperti yang terjadi lima tahun lalu.
Selain itu, Biden juga harus merangkul kelompok kiri di Partai Demokrat yang terpecah sejak Hillary Clinton kalah dalam Pilpres 2016. Dia juga harus bisa menggaet basis pendukung setia Obama yang sebagian besar adalah muda-mudi dan kelompok masyarakat minoritas.
Biden menyatakan akan berjuang sekuat tenaga untuk mengembalikan marwah dan citra AS di mata masyarakat dan dunia.
"Saya akan menghabiskan waktu setiap hari dari saat ini sampai pemungutan suara pada 3 November untuk meraih dukungan dari para penduduk di seluruh yang hebat ini. Jadi, bersama-sama kita bisa memenangkan kembali jiwa bangsa ini dan memastikan kita membangun kembali perekonomian untuk semua orang," ujar Biden.
Sumber: AP/CNN/USAToday/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun