Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pada bulan lalu memperingatkan terhadap penggunaan obat malaria tersebut. Peneliti medis telah menemukan bahwa obat tersebut tidak memberikan manfaat dan risiko kematian justru berpotensi lebih tinggi untuk pasien Covid-19.
Teich sendiri mengundurkan diri sehari setelah Brasil melaporkan rekor jumlah kasus Covid-19. Brasil sendiri melewati Jerman dan Prancis dalam jumlah kasus positif Covid-19. Per Jumat (16/5), berdasar data dari Worldometers, Brasil mencatat 220.291 kasus dengan angka kematian mencapai 14.962 jiwa.
Mundurnya Teich telah memicu kritik dari sejumlah pejabat partai terkait kebijakan Bolsonaro. Anggota parlemen Marcelo Ramos dari Partai Liberal yang berhaluan tengah mengatakan bahwa Bolsonaro hanya akan menerima seorang menteri tanpa memperhatikan kebijakan kesehatan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan.
Sementara itu, pemimpin oposisi Kongres Alessandro Molon memperingatkan bahwa Brasil sedang menuju bencana kesehatan masyarakat dan mengatakan presiden harus dimakzulkan.
"Bolsonaro tak menginginkan menteri teknis. Dia menginginkan seseorang yang setuju dengan kegilaan ideologisnya, seperti mengakhiri jarak sosial dan menggunakan kloroquin," ucap Molon seperti dilansir Al Jazeera.
Kebijakan Bolsonaro dalam penanganan wabah virus corona dikritik masyarakat dunia. Terlebih, dia mengatakan kepada rakyatnya untuk mengabaikan pembatasan karantina.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi