Ukraina Buat Hotline I Want to Live untuk Selamatkan Tentara Rusia

Internasional | Sabtu, 03 Desember 2022 - 05:00 WIB

Ukraina Buat Hotline I Want to Live untuk Selamatkan Tentara Rusia
Ilustrasi perang Ukraina-Rusia. Nama hotline itu I Want to Live. Sama seperti artinya, itu adalah hotline untuk tentara Rusia yang tak ingin menjadi korban tewas dalam perang. (REUTERS)

KIEV (RIAUPOS.CO) – Nama hotline itu I Want to Live. Sama seperti artinya, itu adalah hotline untuk tentara Rusia yang tak ingin menjadi korban tewas dalam perang. Proyek sambungan telepon itu dibuat oleh Ukraina sejak September lalu.

Kini, per hari setidaknya ada 100 tentara Rusia yang menghubungi. Mereka bertanya kemungkinan untuk menyerahkan diri dan minta diselamatkan. Dilansir BBC, proyek itu dijalankan oleh Markas Koordinasi Perlakuan Tawanan Perang.


’’Mereka (tentara Rusia, red) bisa menyelamatkan nyawanya dan pada saat yang sama lebih sedikit pasukan di garis depan,’’ kata Vitaliy Matvienko, juru bicara proyek I Want to Live.

Jika pasukan Rusia kian sedikit, hal itu juga memudahkan tentara Ukraina. Dengan menelepon hotline tersebut atau memasukkan detail lewat aplikasi seperti Telegram dan WhatsApp, tentara Rusia yang bersangkutan bisa mengatur cara terbaik untuk menyerahkan diri ke Ukraina. Sejak beroperasi, ada 3.500 tentara Rusia maupun keluarganya yang menghubungi hotline itu.

Peningkatan terjadi sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memobilisasi penduduk sipil untuk ikut berperang dan setelah Kota Kherson dibebaskan tentara Ukraina.

’’Biasanya, momen tersibuk adalah sore hari ketika tentara punya lebih banyak waktu untuk pergi diam-diam dan menelepon,’’ ujar operator I Want to Live Svitlana (bukan nama sebenarnya).

Dia menjelaskan, penelepon kerap terdengar putus asa dan frustrasi. Mereka tidak benar-benar mengerti bagaimana hotline itu bekerja ataukah itu hanya perangkap yang dibuat Ukraina. Beberapa lainnya menelepon bukan karena langsung ingin menyerah. Tapi hanya bertanya-tanya, jika suatu saat mereka terdesak dan ingin menyerahkan diri, maka prosesnya seperti apa.

’’Setiap telepon berbeda,’’ ucap Svitlana.

Dia sengaja memakai nama samaran untuk melindungi diri. Dia juga tidak boleh memberi tahu berapa banyak tentara Rusia yang sudah dibantu saat menyerahkan diri. Termasuk bagaimana detail saat penyelamatan.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook