KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) -- Kementerian Kesehatan Malaysia sedang bersiap menghadapi kemungkinan puncak kasus Covid-19 pada pertengahan April, seperti yang diproyeksikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Malaysia sendiri sudah menerapkan status Pengawalan Pergerakan (Lockdown).
Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Datuk Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan, kementerian memiliki prediksi yang sama dengan WHO. Pihaknya telah mengambil langkah-langkah mitigasi untuk mencegah kemungkinan seperti itu.
"Apa yang WHO katakan adalah persis seperti yang kami prediksi juga. Kami tahu kami memiliki warga yang pulang dari luar negeri dan kami khawatir bahwa kami akan melihat peningkatan dalam kasus impor," kata Datuk Dr Noor Hisham Abdullah seperti dilansir dari AsiaOne, Jumat (3/4).
Itu sebabnya Malaysia ketat menerapkan perintah kontrol gerakan (MCO). Sehingga tim dapat melacak banyak kasus terutama di hotspot sebelumnya.
"Dengan mengidentifikasi kasus sebelumnya, kami dapat mengisolasinya lebih awal juga," jelasnya.
"Itulah mengapa dua minggu mendatang ini sangat penting. Jika kita memainkan peran kita dengan tinggal di rumah, terus-menerus mencuci tangan dan mempraktikkan jarak sosial, mudah-mudahan kami dapat meratakan kurva," kata Noor Hisham pada briefing harian kementerian Covid-19, Kamis (2/4).
Noor Hisham mengatakan, tindakan pencegahan lain yang akan dilaksanakan oleh pemerintah adalah memasukan semua orang yang datang mulai 3 April di pusat-pusat karantina selama dua minggu. Sebab, Malaysia menemukan sekitar 15 persen orang yang diminta menjalani karantina di rumah tidak melakukannya
"Kami juga telah mengidentifikasi hotel-hotel di mana mereka dapat dikarantina juga," jelasnya.
Noor Hisham mencontohkan bahwa Cina terus menegakkan instruksi karantina pada warganya yang kembali ke negara mereka. Dia mengakui bahwa Cina telah berhasil mengekang penyebaran Covid-19 di negara mereka.
"Jadi kami juga harus memastikan bahwa warga kami yang kembali harus disaring pada saat kedatangan dan dikarantina selama 14 hari," katanya.
Kepala misi dan perwakilan WHO untuk Malaysia, Brunei, dan Singapura Ying-Ru Lo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Malaysia akan mengalami puncak kasus pada pertengahan April. Dia mengatakan jumlah pasien sakit kritis diperkirakan akan mencapai puncaknya dalam minggu depan.
"Meskipun ada tanda-tanda awal perataan kurva, ini bisa bangkit kembali jika langkah-langkah kontrol dicabut dan jika orang tidak mematuhi langkah-langkah yang ada," kata Lo.
Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal