Lansia Jepang Pilih Penjara Tempat Bertahan Hidup

Internasional | Minggu, 03 Februari 2019 - 10:23 WIB

Lansia Jepang Pilih Penjara Tempat Bertahan Hidup
OLAHRAGA: Warga lansia di Jepang olah­raga bersama di lapangan kuil di Tokyo. (AFP)

TOKYO (RIAUPOS.CO) - Dulu penduduk Jepang yang berusia 65 tahun ke atas menjadikan penjara sebagai jawaban. Mereka rela mendekam di balik jeruji besi daripada kesepian. Kini alasan itu bertambah. Tidak sekadar melarikan diri dari rasa sepi, tapi juga alasan ekonomi. Daripada pusing memikirkan kebutuhan sehari-hari, mereka mending tinggal di bui.

Uban merata di kepalanya. Tubuh mungilnya terlihat ringkih. Namun, kakek 69 tahun tersebut selalu tersenyum. Dengan penampilan seperti itu, Tashio Takata jauh dari citra negatif. Apalagi, pelaku kriminal atau residivis.

Baca Juga :Pratama Arhan Putuskan Hengkang dari Tokyo Verdy, Shin Tae Yong Beri Dukung

Faktanya, Takata adalah penjahat. Karirnya di dunia hitam baru dia rintis ketika usianya senja. Bukan kejahatan berat memang. Hanya tindak pidana ringan, sekadar bisa masuk penjara dan mendapatkan makan gratis di sana.

”Saya kehabisan uang. Tiba-tiba ide itu muncul. Saya bisa tinggal dan makan gratis di penjara,” ujar lelaki tua itu seperti dikutip BBC, Kamis (31/1) kemarin. Takata sebatang kara. Orang tuanya telah lama meninggal dunia. Dia hilang kontak dengan dua kakak lelakinya. Dia juga tidak lagi berkomunikasi dengan dua mantan istri dan tiga anaknya. Tidak ada yang menyokong hidupnya.

Debutnya sebagai penjahat bermula dari sepeda angin. Saat itu Takata berusia 62 tahun. Dia nekat mencuri sepeda angin dan mengendarainya ke kantor polisi. Kepada para petugas, dia mengaku baru saja mencuri sepeda tersebut. Begitulah dia akhirnya diadili dan dijebloskan ke dalam penjara. Di Jepang kejahatan sekecil apa pun akan diproses dengan serius. Mencuri roti saja bisa berujung dua tahun penjara. Takata akhirnya harus mendekam setahun di penjara karena pencurian itu.

Rupanya kehidupan ”gratis” di penjara membuat Takata ketagihan. Dia merasa hidup di penjara lebih menyenangkan ketimbang sendirian dan serba kekurangan. Tidak lama setelah keluar dari penjara, Takata pun kembali berulah.

Kali ini dia membawa pisau dan mengancam orang-orang di taman. Takata tentu saja tak berniat sama sekali melukai orang lain. Dia hanya berharap ada yang memanggil polisi dan dia bisa kembali ditangkap. Harapannya terkabul. Dia lagi-lagi dipenjara. Selama delapan tahun terakhir hidupnya, separonya dihabiskan di balik jeruji besi.

”Tidak berarti saya suka, tapi saya bisa tinggal di sana gratis. Dan ketika keluar, saya punya uang simpanan. Jadi, itu tak terlalu menyakitkan,” terang pria yang gemar melukis tersebut.

Uang pensiunnya memang masih dibayar meski dia dipenjara. Nah, uang pensiun yang tak terpakai selama setahun itulah yang bisa dia pakai menambal sulam kebutuhan hidupnya saat bebas. Ketika uangnya habis, dia akan berbuat kriminal lagi untuk masuk penjara.

Namun, kini Takata tidak lagi mendekam di penjara. Dia tinggal di pusat rehabilitasi di Kota Hiroshima.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook