Ilustrasi Rasis dan Tak Senonoh, Cina Tinjau Ulang Buku Pelajaran

Internasional | Kamis, 02 Juni 2022 - 03:00 WIB

Ilustrasi Rasis dan Tak Senonoh, Cina Tinjau Ulang Buku Pelajaran
Ilustrasi: Siswa sekolah menengah sedang menjalani latihan ujian jelang Gaokao atau ujian masuk perguruan tinggi tahunan di Cina. Cina mengeluarkan perintah agar semua buku pelajaran di negara itu ditinjau ulang. Mulai SD hingga jenjang universitas. (AFP)

BEIJING (RIAUPOS.CO) – Buku matematika di Cina belakangan menjadi gunjingan publik. Pasalnya, ilustrasi di dalamnya dianggap jelek, rasis, tidak senonoh, dan pro-Amerika Serikat.

Pemerintah Cina langsung mengeluarkan perintah agar semua buku pelajaran di negara itu ditinjau ulang. Mulai SD hingga jenjang universitas.


”Mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran disiplin dan peraturan bakal dimintai pertanggungjawaban. Tidak ada toleransi,” tegas Kementerian Pendidikan, Senin (30/5/2022), seperti dikutip The New York Times.

Dalam beberapa ilustrasi di buku, tampak bintang dan gambar garis yang dirasa serupa dengan bendera AS. Anak-anak di dalam buku juga memiliki mata sipit dan sayu serta dahi yang lebar. Sebagian lain terang-terangan menunjukkan pelecehan seksual. Ada gambar anak-anak bermain, di mana anak lelaki memegang area payudara kawan perempuannya dari belakang dan anak lelaki lainnya membuka roknya. Masih banyak ilustrasi lain yang lebih meresahkan.

Buku kontroversial tersebut sejatinya beredar sejak satu dekade lalu. Penerbitnya adalah People’s Education Press, perusahaan milik negara yang dikendalikan Kementerian Pendidikan. Ilustrasi di buku tersebut telah disetujui pada 2013 untuk digunakan siswa kelas 1–6. Tidak ada yang tahu bagaimana gambar-gambar bermasalah itu bisa lolos dari pengawasan selama bertahun-tahun.

”Buku baru untuk pengganti akan ada saat tahun ajaran baru di musim gugur nanti,” bunyi pihak Kementerian Pendidikan, berusaha meredam kemarahan.

Namun, tak semua pihak menyetujui penyensoran buku pelajaran secara besar-besaran. Para orang tua ingin agar gambar-gambar tak patut saja yang dicopot. Mereka takut hal itu jadi ajang politisasi dengan penyensoran konten yang sangat ketat.

”Sensor seperti itu membuat buku pelajaran semakin konservatif dan membosankan, yang tidak baik untuk perkembangan anak-anak,” ujar Paul Huang, ayah satu anak di Guangzhou.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook