JAKARTA

Moderna Khawatir, Pfizer Sudah Bersiap

Internasional | Rabu, 01 Desember 2021 - 10:21 WIB

Moderna Khawatir, Pfizer Sudah Bersiap
Petugas medis dari Puskesmas Rejosari melakukan vaksinasi Covid-19 untuk lanjut usia di Taman Rekreasi Alam Mayang, Pekanbaru, baru-baru ini. (MHD AKHWAN/RIAUPOS.CO)

HONGKONG (RIAUPOS.CO) - Pasar global terguncang, Selasa (30/11). Penyebabnya adalah pernyataan yang dilontarkan oleh CEO Moderna Stephane Bancel. Dia memprediksi bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini tidak akan terlalu efektif melawan varian Omicron. Kemampuan perlindungannya berbeda saat menghadapi varian Delta. 

"Saya rasa tidak ada tempat di dunia ini di mana efektivitas vaksin berada pada level yang sama dengan saat menghadapi varian Delta. Saya pikir bakal terjadi penurunan kemanjuran, tidak tahu berapa banyak karena kita perlu menunggu datanya," ujar Bancel seperti dikutip Agence France-Presse. 


Pengusaha 49 tahun itu menjelaskan bahwa dia berbicara dengan beberapa ilmuwan. Semuanya mengatakan bahwa situasi yang ada saat ini tidak akan baik-baik saja.  Kemungkinan perlu vaksin baru untuk mengalahkan Omicron. Tapi untuk membuatnya, perusahaan farmasi perlu waktu berbulan-bulan. 

Hanya berselang beberapa jam, pasar saham mulai bergolak. Indeks saham Stoxx 600 Eropa turun sekitar 1,3 persen. FTSE 100 Inggris, Dax Jerman dan Cac 40 Prancis semuanya turun dengan margin yang sama. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,3 persen. Minyak mentah berjangka turun lebih dari satu dolar dan mata uang Australia mencapai level terendah dalam setahun. 

"Hanya perlu satu komentar dari bos farmasi Moderna untuk menggelincirkan pasar sekali lagi. Pasar benci ketidakpastian dan inilah tepatnya yang kita miliki sekarang. Tidak ada yang tahu berapa banyak masalah yang akan ditimbulkan oleh varian baru ini," terang Direktur Investasi AJ Bell Russ Mould.

Melihat situasi yang ada saat ini, muncul persepsi bahwa bakal ada lockdown massal. Imbasnya adalah terpuruknya perekonomian sejumlah negara. Semua pihak saat ini masih menunggu hasil riset para peneliti terkait dengan Omicron. Baik itu kemampuan penularan, tingkat kematian dan ketahanannya terhadap vaksin. 

Di sisi lain, CEO Pfizer Albert Bourla justru sudah bersiap. Dia menyatakan khawatir, tapi tidak panik dengan adanya Omicron.  Perlu waktu setidaknya 2-3 pekan untuk tahu apakah vaksin Covid-19 milik Pfizer bekerja terhadap Omicron. Meski begitu, perusahaannya sudah membuat vaksin baru yang dimodifikasi untuk berjaga-jaga sembari menunggu hasil riset. Vaksin baru itu bahkan sudah diproduksi.

Saat ini setidaknya sudah ada sekitar 70 negara yang membatasi akses di perbatasan, utamanya untuk negara-negara dari Afrika. Namun belum ada yang melakukan lockdown karena Omicron. Presiden AS Joe Biden menjelaskan bahwa untuk saat ini lockdown tidak diperlukan. "Kita akan berperang dan mengalahkan varian baru ini," tegasnya. 

Di lain pihak Australia memilih untuk memundurkan jadwal pembukaan perbatasannya. Seharusnya Rabu (1/12) pintu perbatasan internasional dibuka khusus untuk para pelajar dan pekerja terampil. Namun jadwal tersebut diundur hingga 15 Desember, sembari menunggu perkembangan Omicron. 

Beberapa kota besar juga membuat kebijakan masing-masing untuk mencegah gelombang penularan baru. Di London, Inggris misalnya, penduduk wajib bermasker ketika naik kendaraan umum. Jika melanggar, sanksi denda sudah menanti. Itu merupakan regulasi baru, karena sebelumnya Inggris sudah membebaskan penggunaan masker.(sha/bay/jpg)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook