Dalam situasi seperti sekarang ini, yang menjadi topik pembicaraan adalah Pencegahan Coronavirus Disease (Covid-19), sudah barang tentu kita pun harus hidup sehat. Salah satu hal yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan di sekitar kita, adalah sistem pembuangan air limbah rumah tangga. Kami sebagai masyarakat kota ini ingin mengetahui bagaimana sebaiknya cara mengelola air buangan?
0812754XXXX
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Banyak hal di dunia ini yang berpotensi bagi manusia, sebagai penyebab sakit atau tidak sehat. Salah satunya adalah air buangan. Kekhususan sifat yang dimiliki oleh air buangan yang sudah umum diketahui adalah mengeluarkan bau yang tidak enak, mengganggu kenyamanan dan pemandangan, merupakan media penyakit. Sifat-sifat inilah yang menimbulkan sakit atau kondisi tidak sehat pada manusia untuk itu air buangan harus dikelola dengan benar.
Coba lihat di sekitar perumahan, berapa banyak pembuangan air bekas ruko/rumah di kota ini yang langsung ke riol kota; berapa banyak ruko/rumah di kota ini yang tidak memiliki tangki resapan, bak penangkap lemak dan sebagainya, limbah (dari septictank langsung dibuang ke riol kota), serta hampir tidak ada bangunan ruko yang mempunyai sistem pengelolaan air buangan yang benar.
Setiap rumah tangga/tinggal akan menghasilkan air buangan, dari dapur, kamar mandi, atau juga dari kloset. Pencemaran lingkungan dan terganggunya kesehatan akan terjadi jika air buangan ini mengalami permasalahan dalam pembuangan dan alirannya. Air buangan di rumah tangga/tinggal ada beberapa jenis. Setiap jenis dapat dibedakan dari kondisi ke mana air tersebut akan dibuang.
Air kotor dikenal dengan nama black water. Meskipun buangan dari kloset termasuk limbah padat, tetap saja kotoran yang dibuang ada airnya, maka air dari closet termasuk air kotor. Begitu pula air dari bidet dan urinoir, termasuk dalam air buangan dari manusia. Kotoran manusia termasuk dalam golongan limbah padat organik, artinya limbah yang padat membusuk. Kotoran ini harus dibuang ke septictank dan airnya dialirkan ke resapan. Resapan bisa berupa pipa atau sumur. Penghuni rumah kurang dari 25 orang, cukup mengunakan resapan kecil.
Menurut Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Riau Ir Rony Ardiansyah, MT, IP-U, air bekas yang mengandung sabun atau air bekas pel lantai, hendaknya jangan dibuang ke kloset agar tidak masuk ke tangki septic. Sabun akan membunuh bakteri pembusuk di tangki septic. Akibatnya tangki septic cepat penuh dan berbau. Dalam kondisi seperti ini, tangki septic perlu disedot atau diberi tambahan zat pengaktifan mikrobiologi.
Air bekas atau grey water adalah air buangan yang berasal dari sink dapur, wastafel, floor drain kamar mandi. Air buangan ini termasuk air kotor tetapi bukan berasal dari kotoran manusia. Air bekas dari dapur biasanya masih mengandung lemak, bahkan kotoran berupa sisa makanan dari dapur. Sedangkan air bekas kamar mandi mengandung sabun. Lemak dari air bekas dapur, antara lain berasal dari mentega, santan dan minyak goreng. Lemak ini menempel pada dinding pipa. Semakin lama, tempelan lemak menumpuk akan menjadi kerak yang sulit dihilangkan. Selain memancing tikus untuk datang, tumpukan lemak akan menyumbat.
Solusi mengatasinya, kata Rony, perlu dibuat bak penangkap lemak. Sebenarnya bak ini perlu disediakan di setiap rumah. Pemisahannya bisa menggunakan bak lemak yang terletak di luar bangunan tetapi jauh dari trap. Pada intinya, begitu air keluar dari sink langsung ditangkap oleh bak penangkap lemak.
Air hujan atau storm water terpisah dari air bekas. Air hujan sifatnya tidak mengandung sabun, lemak, dan limbah padat dari dapur. Air hujan dapat langsung disalurkan menuju buangan akhir. Air hujan harus langsung hilang dan jangan sampai menggenang. Genangan yang banyak akan menjadi banjir. Ini merupakan fenomena yang sering terjadi di perkotaan seperti juga kota Pekanbaru.(jrr)