CATATAN PINGGIR KEPARIWISATAAN (BAGIAN V)

Budaya dalam Pandangan Pariwisata

Infotorial | Kamis, 12 Mei 2022 - 10:40 WIB

Budaya dalam Pandangan Pariwisata
Mas Yono (ISTIMEWA)

BENAR ungkapan daripada Jeanne Claude di dalam bukunya marketing cross culture yang mengatakan bahwa budaya itu salah satu kunci dari kekuatan bisnis. Inilah salah satu yang menarik menurut penulis penting dibahas dalam konteks kajian kepariwisataan. Mudik sebagai fenomena budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari segala kejadian sosial kehidupan pendukung kemanfataannya di masyarakat. Inilah yang menjadi unsur budaya, disukai, dilakukan, dibutuhkan, dirindukan hingga diritualkan sebagai tradisidi dan kebanggaan, yang oleh Koentjaraningrat dikenal dengan unsur kebuyaaan.

Mudik lebaran merupakan bagian peristiwa budaya dan ini menjadi potensi ekonomi yang besar di masyarakat. Bagaimana semangat orang untuk merayakannya, menyukseskan dan menyebar harapan orang agar dapat mendapatkan manfaat dari kebaikan peristiwa ini hingga bagaimana orang berdoa agar semuanya berjalan dengan lancar, sejatinya ini menggambarkan tentang makna adanya aktivitas kehidupan yang merupakan aktivitas berkehidupan.


Pariwisata memang tidak bisa dipungkiri daya tariknya dan daya ungkitnya bersandar pada kebudayaan, karena apa, tak lain kebudayaan itu melekat unsur unsur dari kegiatan manusia tentang kehidupannya. Karenanya tidak salah jika kebudayaan itu bukan hanya sebuah pementasan tetapi merupakan sebuah aktraksi kehidupan sehari hari yang ada karena dibutuhkan, dikembangkan, dibanggakan sebagai sebuah cara atau ritual kehidupan.

Oleh Leonosky dijelaskan bahwa kemampuan menterjemahkan dari ketertarikan pada suatu pilihan dapat terbentuk melalui peristiwa seperti bagaimana menjadi pembicaraan, disukai, didatangi hingga direkomendasikan. Dengan adanya kebiasaan yang menjadi pembicaraan sebagai peristiwa budaya, biasanya terjadi dikarenakan kuatnya kebutuhan sebagai ikatan sosial, artinya biasa ada dan diperlukan, sebagai nilai dan kebanggaan.

Inilah awal yang kemudian menumbuhkan "ketertarikan" kepada nilai yang cenderung hadir dalam sikap kesederhanaan. Kita lihat bagaimana orang rela bersusah payah agar dapat meraih kebahagiaan itu meski hanya bersama waktu. Demikian seterusnya untuk kemudian menjadi disukai, Oleh Gilian Seek dalam anthrovision mengungkapkan bagaimana suatau kebutuhan bersama kemudian disukai dapat dipahami sebagai peristiwa sosial keumuman. Dan ketika peristiwa budaya menjadi suatu yang dipilih untuk didatangi, dalam peristiwa mudik ini, maka ini akan menjadi suatu pasar yang besar sosial dan yang harus dipahami kemudian adalah bagaimana"meritualkannya" sebagai sebuah kebutuhan yang mengundang orang hingga menjadi cerita yang dibanggakan kemana mana.

Oleh karenya didalam bagian kelima ini yang mau penulis tambahkan disini adalah bahwa kebudayaan itu bersumber oleh, dari dan untuk masyarakat tetapi dia harus dinikmati karena ada nilai-nilai  yang dibutuhkan sebagai kebanggaan bersama.

Karenanya yang terkandung didalam unsur kebudayaan dalam kegunaan penikmatan pariwisata itu adalah tentang bagaimana kita memahami akan maksud dan makna penciptaan langit, bumi, sungai, gunung, flora, fauna dan manusia yang berbeda bahasa, warna kulit yang semuanya itu hanya menunjukan akan kebesaran Sang Pencipta.(nto/c)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook