RENGAT (RIAUPOS.CO) - SECARA umum kondisi stunting di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) menurun secara signifikan. Penurunan kasus stunting itu berdasarkan hasil survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Inhu Elis Julinarti DCN MKes. ''Berdasarkan hasil SSGI Kementerian Kesehatan, kasus stunting di Kabupaten Inhu menurun signifikan,'' ujar Elis Julinarti DCN MKes, Kamis (2/2).
Stunting itu sebutnya, akibat kekurangan gizi yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Kekurangan gizi tidak hanya menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, namun juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak.
Bahkan, akibat kurang gizi juga berisiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak pada risiko terjadinya penyakit degeneratif di usia dewasa. ''Dampak di usia dewasa bisa menderita diabetes melitus, hiperkolesterol dan hipertensi,'' ungkapnya.
Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan. Di mana dalam pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi terpadu yang mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.
Hal itu dilakukan untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Penyelenggaraan intervensi terpadu tersebut yang melibatkan lintas sektor dan menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas. ''Ini merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, yang pada akhirnya membantu terhadap pencegahan stunting,'' tegasnya.
Untuk itu, katanya, Pemerintah Kabupaten Inhu dalam upaya penurunan prevalensi stunting tersebut, khususnya Dinas Kesehatan bersama lintas sektor menargetkan penurunan prevalensi stunting tersebut. Di mana pada akhir tahun 2022 menjadi 20 persen dari tahun 2021 sebesar 23.6 persen dan tahun 2020 sebesar 29,6 persen.
''Namun hasil SSGI tahun 2022, angka prevalensi stunting Kabupaten Inhu dapat turun menjadi 16,9 persen yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,'' terangnya.(hen)
Laporan KASMEDI, Rengat