Dia kemudian diajak keluar menemui Masinton yang menunggu di mobil. Dita kemudian diminta untuk pulang dari Camden. Dia menurutinya. Setelah terlebih dulu mengambil tas yang masih di dalam, dia kemudian ikut menumpang mobil Masinton.
Menurut dia, saat itu, dia duduk di depan di samping sopir. Sedangkan, Masinton ada di tengah. Mereka menuju kantor DPP Partai Nasdem di kawasan Menteng, Jakarta, untuk mengambil mobil Dita yang diparkir di sana.
Dalam perjalanan menuju kantor Nasdem itu lah, Dita mengaku, diinterogasi oleh Masinton. Dia dicecar hubungan dirinya dan teman-temannya, termasuk kegiatan apa saja yang dilakukan. Pertanyaan terus dilancarkan, ketika sopir diminta turun untuk mengambil mobil Dita. Kemudi mobil lalu dipegang Masinton sendiri.
”Karena terus ditanya-tanya, lagi ngapain lagi ngapain, saya nangis. Dan, dia bilang: ’Diam kau. Malah nangis kau, diam.’,” beber Dita.
Ketika mobil sampai di sekitar Cawang, tidak jauh dari apartemen Dita, Masinton ternyata memilih untuk memutar mobil masuk ke tol. Hal itu hendak diulangi lagi, ketika mobil kembali sampai di Cawang. ”Saya bilang: gue mau pulang, uda capek,” kata Dita.
Bukannya dituruti, bentakan menyuruh diam kembali didapatnya. Termasuk, menurut dia, sejumlah umpatan juga keluar dari mulut Masinton yang ditujukan pada dirinya.
Dan, saat itulah, menurut Dita, pemukulan terjadi. Saat keributan terjadi di mobil, Masinton memukul mata kanan perempuan berambut sepunggung tersebut. ”Setelah dipukul, saya terasa gelap dan berkunang-kunang,” tuturnya. Sambil masih kesakitan, Dita sempat menanyakan pada yang bersangkutan alasan memukul dirinya. Namun tak ada jawaban keluar dari mulut Masinton.
Dia kemudian diantar ke apartemennya. Namun, pasca turun dari mobil, dia memilih melapor ke Polsek Jatinegara, dengan menumpang taksi. Sesampai di Polsek Jatinegara, dia sepat diminta polisi untuk melakukan visum terlebih dahulu. Dia diantar polisi ke RSUD Budi Asih pada Jumat dini hari, 22 Januari, sekitar pukul 00.20 WIB.