PERISTIWA 17 OKTOBER 1952

Bung Karno: Soekarno Tidak Akan Menyerah Menghadapi Paksaan!

Historia | Sabtu, 17 Oktober 2015 - 14:24 WIB

Bung Karno: Soekarno Tidak Akan Menyerah Menghadapi Paksaan!

SOEKARNO adalah pribadi yang keras dan tak takut pada siapapun. Bahkan ketika meriam dan senjata diarahkan kepadanya, dia tak pernah mundur sedikit pun. Ini yang dialaminya dalam peristiwa 17 Oktober 1952.  Dua buah tank, empat kendaraan berlapis baja dan ribuan orang menyerbu memasuki pintu gerbang Istana Merdeka. Mereka mau coba-coba menguji nyali Bung Karno.

Barisan Massa membawa spanduk bertuliskan; Bubarkan Parlemen!. Satu batalyon artileri dengan empat buah meriam menderu-deru memasuki halaman istana.

Baca Juga :Jalan Kaharuddin Nasution Rusak Parah

"Meriam-meriam 25 poin bikinan Inggris digerakkan dan dihadapkan kepadaku," Bung Karno membuka kisah, sebagaimana dicuplik dari buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy Adams.

Menurut Bung Karno, tindakan ini tidak dapat dikatakan bijaksana, karena para panglima yang memimpin gerakan itu berada dalam Istana bersamanya.

"Ini tidak ditujukan kepada Bung Karno pribadi," ujar Kolonel Abdul Haris Nasution, si pemimpin aksi Setengah Kup tersebut. "Melainkan untuk menentang sistem pemerintahan. Bung Karno harus segera membubarkan parlemen."

Demi mendengar itu, mata Presiden Soekarno memerah. Sang Proklamator marah.

"Engkau benar dalam tuntutanmu, tetapi salah di dalam caranya. Soekarno tidak akan menyerah menghadapi paksaan. Tidak pernah kepada seluruh tentara Belanda dan tidak kepada satu batalyon Tentara Nasional Indonesia!"

Nasution menyahut. "Bila ada kekacauan di negara kita, setiap orang berpaling kepada tentara. Tokoh-tokoh politik membikin peperangan, tetapi si prajurit yang harus mati."

Maka bagi Nasution, wajar jika dirinya dan serombongan orang yang dipimpinnya turut bicara tentang apa yang sedang berlangsung di negeri ini.

Bung Karno balik menggertak. "Mengemukakan apa yang terasa di hatimu kepada Bung Karno, ya. Tetapi mengancam Bapak Republik Indonesia, tidak! Jangan sekali-kali!"    

Memaafkan Nasution

Sejurus kemudian, Bung Karno meninggalkan Nasution. Dia melenggang menyambangi massa di luar Istana.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook