JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Satu bulan ke belakang, Indonesia ramai dengan hadirnya film KKN di Desa Penari. Sempat ditunda jadwal penayangannya karena pandemi Covid-19, filmnya pun hadir di saat libur Idulfitri tahun ini membuat masyarakat Indonesia menyambut antusias penayangan film horor tersebut.
Setelah tayang sejak 30 April 2022, film KKN di Desa Penari berhasil menggeser film Warkop DKI Reborn 1 di posisi pertama sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Sebelum menjadi sebuah film, kisah KKN di Desa Penari sudah mendapatkan banyak perhatian ketika kisahnya diceritakan melalui thread Twitter. Tampaknya, genre horor memang punya daya tarik tersendiri bagi banyak orang.
Co-Founder Cabaca Fatimah Azzahrah menilai orang Indonesia punya ketertarikan yang besar terhadap sesuatu yang horor. Tidak jarang cerita horor yang disajikan mengangkat kisah yang berkaitan dengan sejarah, legenda, hingga tradisi. Bahkan kisah nyata yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, membuat banyak orang bisa menikmati dan seakan ikut mengalaminya.
“Mau nulis novel laris? Coba nulis horor. Tak heran kalau pernah ada yang bilang begitu. Sebab masyarakat Indonesia memang punya ketertarikan besar terhadap cerita horor,” katanya dalam keterangan resmi Cabaca, Rabu (25/5/2022).
Baik film maupun dalam bentuk cerita novel, genre horor membuat penikmatnya menyukai misteri yang dibangun dan sensasi menegangkan yang disajikan. Meskipun kerap kali menakutkan dan membuat bulu kuduk merinding, namun misteri yang dibangun membuat orang-orang penasaran dan mengikuti alur ceritanya hingga akhir.
Ketertarikan akan genre horor juga terlihat dari banyaknya pembaca yang menikmati novel horor yang ada di aplikasi. Contohnya, novel Post Meridiem, karya Daniel Ahmad yang mengisahkan suatu desa di Nusa Tenggara Barat, di mana warganya harus menghentikan seluruh aktivitas setiap pukul 6 sore. Semua orang diharuskan bersembunyi, dan tidak satu pun ada yang boleh keluar. Karena ada satu aturan mutlak yang harus dipatuhi oleh warga, yakni, setelah sirene dibunyikan, tidak seorang pun boleh menyalakan lampu atau sumber cahaya apa pun. Warga tahu, ada sesuatu yang bersembunyi di dalam gelap.
Dengan misteri yang disajikan, narasi, dan detail yang dibuat penulis membuat novel Post Meridiem sudah berhasil menarik lebih dari 98.460 pembaca. Tidak hanya Post Meridiem, karya Daniel Ahmad lainnya yaitu Ante Meridiem juga banyak dinikmati oleh pembaca dengan lebih dari 18.180 pembaca, diikuti novel Bangku.Pojok karya Honey Dee dengan lebih dari 32.620 pembaca, hingga novel Memedi karya Ari Keling dengan lebih dari 13.790 pembaca.
“Dari data tersebut, wajar jika ada yang beranggapan jika ingin menghasilkan karya terlaris, genre horor adalah pilihannya,” katanya.
Selain itu, kata dia, sejak dulu masyarakat Indonesia dibesarkan melalui kepercayaan animisme dan dinamisme. Maka dari situlah Indonesia punya banyak sekali urban legend, baik yang sudah tereksplorasi maupun yang belum. Diprediksi, genre horror masih akan jadi yang terlaris di Indonesia.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman