JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Setiap pasangan memiliki batasan yang jelas soal perselingkuhan. Ketika cinta dikhianati, sebagian besar orang pasti akan sulit memaafkan.
“Seperti kepanjangan dari ‘Selingkuh’ yaitu ‘Selingan Indah Bikin Keluarga Runtuh’, banyak sekali akibat yang ditimbulkan akibat sebuah perselingkuhan yaitu konflik dalam keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, masalah anak, dan masalah atau gangguan kejiwaan,” kata Psikiater dan Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor, dr.Lahargo Kembaren, SpKJ, kepada JawaPos.com baru-baru ini.
Menurutnya, cinta adalah bentuk perasaan yang paling kuat. Sehingga, pengkhianatan bisa menimbulkan luka yang paling dalam, rasa tidak bernilai, terhina, tergantikan, tidak berharga, tidak bernilai, perasaan rendah, kecewa, marah.
Lahargo meneruskan, perselingkuhan bisa terjadi pada semua pasangan baik yang masih pacaran, tunangan, pasangan muda maupun pasangan tua. Lalu apa pemicu seseorang tega berselingkuh dari pasangan?
1. Jatuh Cinta Lagi
Rasa suka, simpati, dan senang pada seseorang akan selalu hadir dalam kehidupan kita. Tapi, saat jatuh cinta pada seseorang yang kemudian dibungkus dengan romantisme sesaat dan melupakan komitmen pada pasangan, saat itulah risiko perselingkuhan dapat terjadi.
2. Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi
Setiap orang punya kebutuhan baik fisik, psikologis, seksual, dan emosional saat menjalin relasi dengan pasangannya. Merasa bahwa kebutuhannya tidak terpenuhi oleh pasangan seringkali memotivasi seseorang untuk selingkuh. Perempuan biasanya selingkuh karena kesepian dan butuh perhatian, sementara laki-laki umumnya berselingkuh karena kurang merasa dihargai dan dihormati. Banyak juga laki laki yang selingkuh saat istrinya sedang mengandung karena merasa kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi.
3. Hilangnya Kedekatan atau Keintiman dengan Pasangan
Mengabaikan pasangan dan hanya fokus pada gadget juga kerap membuat pasangan merasa diabaikan. Hal-hal yang kerap dilakukan saat pacaran seperti sering bersama, berpegangan tangan, berkata-kata mesra dan romantis, bisa hilang setelah menikah, Di sinilah potensi selingkuh muncul.
4. Aktivitas di Media Sosial yang Berlebihan
Banyak kasus perselingkuhan dimulai dengan pertemanan di dunia maya. Risiko perselingkuhan meningkat bila aktivitas di media sosial tidak dibatasi, mulai tertarik, menuliskan kata kata mesra yang rahasia, kirim emoticon, stiker yang mengundang persepsi lain, dibaca berulang ulang, hapus chat, berbohong dan berlanjutlah pada perselingkuhan. Mulai berkenalan dan tertarik dengan orang baru di dunia maya atau media sosial akan membuka peluang untuk selingkuh. Termasuk juga CLBK (cinta lama bersemi kembali) sering terjadi lewat media sosial.
5. Situasi dan Kesempatan
Adanya situasi tertentu yang memancing kesempatan untuk melakukan selingkuh juga perlu diperhatikan. Kegiatan bersama hanya berdua untuk waktu yang lama dan godaan dari perempuan atau laki-laki lain yang datang berulang dapat meningkatkan risiko untuk melakukan perselingkuhan.
6. Dorongan Seksual
Pada beberapa orang, dapat terjadi dorongan seksual yang berlebihan seperti penggunaan narkoba yang bersifat stimulan seperti ekstasi, sabu, alkohol, ganja, dan lainnya. Gangguan kejiwaan yang dapat meningkatkan hasrat seksual yang tinggi seperti episode manik pada gangguan bipolar juga dapat meningkatkan risiko selingkuh. Beberapa cedera kepala dan infeksi otak yang memicu pusat seksual di otak juga dapat terjadi.
7. Harga Diri Rendah
Seseorang yang merasa harga dirinya rendah di depan pasangan cenderung akan mencari orang lain yang membuat dia merasa lebih hebat, berarti, berharga dan superior. Apalagi apabila pasangan barunya tersebut memberikan suatu hal positif dalam hidupnya seperti dukungan, perhatian dan hal lain yang membuat harga dirinya meningkat.
Lantas, bagaimana cara mencegahnya?
1. Perkuat Komitmen
Perkuat komitmen dalam pernikahan dengan terus menjalin kebersamaan yang positif, saling menghargai, makin mencintai, menerima kelebihan dan kekurangan pasangan dan selalu mencari solusi bersama untuk setiap permasalahan yang muncul. Selalu mengingat janji awal saat pernikahan dan terus bertumbuh dalam menjalin relasi yang sehat.
2. Bahasa Kasih
Kenali bahasa kasih pasangan dan berusaha untuk mempraktikkannya dalam keseharian. Ada 5 bahasa kasih yaitu kata-kata pujian, waktu yang berkualitas, hadiah, pelayanan, dan sentuhan fisik
3. Hindari Kesempatan
Hindari hal-hal yang dapat menjadi kesempatan untuk berhubungan dengan orang lain seperti kebersamaan yang berlebihan dengan orang lain, tidak merespons kata-kata atau perilaku seduktif dari orang lain, dan membicarakannya dengan pasangan bila ada yang demikian.
4. Pacaran Lagi
Jalin terus keintiman dan kemesraan dengan pasangan, tidak harus PDA (public display affection) tapi coba luangkan waktu untuk ‘pacaran’ meski sudah punya anak, cucu, bicara lagi dari hati ke hati, ngobrolin hal yang enggak penting, yang penting ngobrol. Jangan juga lupakan sentuhan fisik, kadang sebuah pelukan dapat menyelamatkan sebuah perkawinan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman