JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Bukan rahasia lagi bahwa kemiskinan adalah sebuah siklus yang dilanggengkan dari generasi ke generasi.Kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan dari orang tua, tetangga, atau kerabat akan membuat orang miskin tetap miskin.
Memutus lingkaran kemiskinan memang membutuhkan kerja keras, tetapi akan lebih mudah jika Anda dapat mengidentifikasi pola pikir yang menghambat Anda .
Untuk itu, JawaPos.com menghimpun 7 penyebab orang miskin tetap miskin, sebagaimana dilansir dari finmasters.
1. Pasrah
Tumbuh di kalangan orang-orang miskin membuat Anda berpikir bahwa memang begitulah seharusnya hidup.
Anda mungkin juga berpikir bahwa orang kaya pasti merugikan orang lain untuk mendapatkan uang.
Jadi, ketika Anda mulai menghasilkan lebih banyak uang daripada orang-orang yang dibesarkan bersama Anda, Anda mulai merasa bersalah.
2. Merasa Tidak Bisa Kaya
Anda tidak percaya bahwa Anda layak untuk menjadi kaya atau meraih kesuksesan finansial. Tumbuh sebagai anak yang miskin atau berpenghasilan rendah akan mengacaukan harga diri Anda.
Sebuah studi pada 2019 menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan cenderung menganggap diri mereka tidak berharga.
Faktor besar dalam hal ini mungkin karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, apalagi keinginan atau hasrat Anda.
Ketika Anda tidak percaya bahwa Anda layak untuk sukses secara finansial, hal ini secara tidak sadar dapat mempengaruhi cara Anda memandang uang.
3. Kurangnya Pengetahuan Finansial
Anda tidak pernah diajari cara mengelola uang dengan benar. Salah satu hambatan terbesar untuk mengubah kebiasaan yang membuat orang miskin tetap miskin adalah pendidikan finansial.
Mengelola uang bukanlah bakat. Ini adalah keterampilan yang bisa dipelajari.
Jadi, jika Anda berasal dari latar belakang yang tidak mengajarkan cara mengelola uang, mungkin sulit bagi Anda untuk memutus siklus tersebut.
Namun untungnya, sekarang ada banyak literasi yang berserakan di internet yang bisa Anda cari untuk belajar pengelolaan finansial.
4. Isolasi
Anda tidak memiliki panutan atau figur dalam hal kesuksesan finansial.
5. Anda dibesarkan untuk bisa bertahan hidup daripada untuk maju.
Orang miskin tidak punya waktu untuk investasi, karena mereka terlalu sibuk berusaha untuk tidak miskin. Mereka butuh makan hari ini, bukan bulan depan.
Hidup seperti itu, berarti perencanaan jangka panjang sering kali dikesampingkan untuk hal-hal yang lebih mendesak, seperti makan atau tetap memiliki tempat tinggal.
Akibatnya, orang yang sedang berjuang secara finansial cenderung membuat keputusan yang melegakan dalam jangka pendek, namun pada akhirnya membuat mereka terjebak di siklus kemiskinan secara jangka panjang.
Jadi, keputusan yang Anda ambil dalam mode bertahan hidup cenderung membuat Anda kehilangan potensi keuntungan di masa depan.
6. Terjebak Utang
Saat Anda berjuang untuk tetap menyalakan lampu, membeli bahan makanan, atau membayar sewa, beberapa perusahaan memanfaatkan keputusasaan Anda dengan menawarkan apa yang tampak seperti solusi.
Begitulah cara orang terjebak dalam jebakan utang. Ini adalah produk dan layanan keuangan yang membebankan bunga yang sangat tinggi agar Anda dapat meminjam uang.
Hal ini dirancang untuk menjerat orang-orang yang memiliki masalah keuangan. Meskipun Anda mungkin merasa lega karena dapat membayar tagihan atau menutupi kondisi darurat, Anda akan membayar lebih banyak dalam jangka panjang.
7. Perubahan Gaya Hidup
Menginginkan lebih adalah hal yang wajar. Menginginkan terlalu banyak itu merusak.
Jika gaji Anda tetap sama, Anda memiliki kondisi finansial yang aman.
Namun, jika Anda telah bekerja keras, Anda mungkin akan mendapatkan bonus atau kenaikan gaji.
Tidak ada yang salah dengan memanjakan diri sendiri atas pekerjaan yang telah Anda lakukan dengan baik.
Hal ini bahkan bisa memotivasi Anda untuk mengejar tujuan-tujuan lainnya.
Masalah mulai muncul ketika Anda mulai secara bertahap meningkatkan biaya gaya hidup Anda bersamaan dengan penghasilan Anda.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman