PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - WhatsApp menjadi aplikasi pesan instan yang paling banyak digunakan di Indonesia. Selain mudah digunakan untuk berbagai kalangan, WhatsApp juga memiliki banyak fitur menarik untuk dimanfaatkan penggunanya dalam berkomunikasi.
Namun tidak semua fitur WhatsApp memiliki nilai positif. Mematikan centang biru yang merupakan bagian dari fitur privasi di WhatsApp ini, justru dinilai merugikan.
Tujuan awal hadirnya fitur mematikan centang biru ini adalah untuk menjaga privasi dan kenyamanan pengguna dalam mengirim pesan. Pengguna yang menggunakan fitur tersebut tidak akan ketahuan jika membaca pesan yang baru masuk. Hal ini dikarenakan tanda pesan sudah dibaca yaitu centang biru tidak berubah. Sehingga pengirim pesan tidak akan menyadari kalau pesannya sudah dibaca oleh penerima.
Mematikan centang biru ini menjadi nilai plus untuk pengguna yang memiliki kesibukan yang padat dan setiap harinya selalu mendapatkan notifikasi pesan WhatsApp yang banyak. Dengan mematikan centang biru, pengguna dapat membaca semua pesan tanpa harus segera membalasnya.
Pengguna memiliki jangka waktu yang panjang untuk memikirkan jawaban apa yang hendak ia buat. Atau bahkan tidak membalas pesan sama sekali walaupun sudah membacanya.
Namun mematikan centang biru ini juga memiliki nilai minus dan menyebabkan kerugian dikedua belah pihak. Pengguna yang menonaktifkan centang birunya juga tidak akan mengetahui, apakah pesannya sudah dibaca atau belum.
Selain itu, pengguna yang mematikan centang biru pada aplikasi Whatsapp nya dianggap tidak bersikap profesional. Jika dalam dunia pekerjaan, tindakan ini bisa membuat klien atau atasan akan merasa kesal.
Bisa jadi karena situasi genting, klien atau atasan ingin segera mendapatkan jawaban dari pesan yang dikirim. Namun hanya karena alasan personal dan tidak ingin membalas pesan secara cepat, tugas pekerjaan yang tadinya penting dapat terbengkalai.
Sama halnya dalam dunia pendidikan. Mahasiswa yang kerap mematikan centang birunya justru akan membuat dosen jengah dengan ketidakpastian menunggu respon mahasiswanya.
Meskipun kebanyakan mahasiswa menjadikan alasan membutuhkan waktu untuk menjawab pesan, namun perilaku mematikan centang biru ini masih dianggap tidak menyenangkan. Dosen juga memiliki aktivitas yang padat, jika mahasiswa menghubunginya untuk berkonsultasi maka mahasiswa tersebut juga harus bertanggungjawab untuk segera membalas pesannya.
Kesimpulannya, mematikan centang biru pada aplikasi WhatsApp miliki nilai minus lebih besar. Meskipun sudah tahu kerugiannya, realitanya masih banyak pengguna yang kerap mematikan centang biru tersebut.
Laporan: */egp
Editor: Eka G Putra