Ingat Bun! Permainan Lato-Lato Tak Cocok untuk Anak Balita

Gaya Hidup | Senin, 16 Januari 2023 - 14:28 WIB

Ingat Bun! Permainan Lato-Lato Tak Cocok untuk Anak Balita
ILUSTRASI (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sejumlah daerah di Indonesia melaporkan kasus di mana anak-anak mengalami cedera atau luka di bagian mata karena terkena permainan lato-lato. Permainan yang sedang viral dan berasal dari Amerika Serikat itu ternyata dapat menimbulkan sisi bahaya jika dimainkan anak yang tak sesuai usianya dan tidak diawasi oleh orang tua.

Dalam keterangan virtual, Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), mendorong para orang tua untuk memilih permainan edukatif untuk anak.


Cerdas memilih mainan anak dan remaja dapat membuat tujuan dari bermain itu sendiri akan tercapai.  “Bermain itu kan aktivitas melakukan sesuatu yang menyenangkan hati dengan alat tertentu atau tidak dan bersifat rekreasi. Merupakan unsur penting bagi perkembangan anak baik fisik dan emosi mental intelektual kreativitas dan sosial,” kata dr. Bernie kepada wartawan.

Manfaat bermain, kata dr. Bernie, adalah mengembangkan kemampuan berpikir anak baik emosi, sosial, hingga fisik anak. Bermain menurutnya dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah dan mencegah obesitas. Selain itu bermain bersama orang tua dapat meningkatkan interaksi komunikasi dan mempererat bonding.

Bagaimana dengan lato-lato?

Menurut dr. Bernie, lato-lato tidak cocok dimainkan untuk usia balita di mana sistem motorik balita mungkim masih terus berkembang. Maka yang cocok bermain lato-lato adalah setelah usia balita.

“Tentunya kita harus melihat kemampuan anak ini perkembangannya anak, apakah sistem motornya yang halus sudah dan cukup baik berlatih untuk melakukan permainan lato-lato. Tentunya bukan balita kemampuan motornya belum baik,” kata dr. Bernie.

Menurutnya usia anak sekolah atau remaja, dinilai lebih siap bermain lato-lato. Meski begitu, lanjutnya, peran orang tua juga tetap harus mendampingi. “Pada usia anak sekolah seperti remaja tentunya boleh kalau mau bermain, tapi tetap harus didampingi orang tua agar menjelaskan cara yang edukatif dan apa dampaknya,” ungkapnya. 

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook