PARENTING

Antisipasi Penculikan, Ajari si Kecil Menghindari Bahaya

Gaya Hidup | Senin, 16 Januari 2023 - 17:20 WIB

Antisipasi Penculikan, Ajari si Kecil Menghindari Bahaya
ILUSTRASI (INTERNET)

 

Kasus Malika, bocah 6 tahun di Jakarta yang diculik pemulung selama hampir sebulan, menjadi pengingat para orang tua untuk selalu waspada. Pelaku bisa jadi siapa saja, termasuk orang yang dikenal. Mengajari anak untuk menjaga diri dapat dibiasakan sejak dini. Yang utama tentu adalah pengawasan ortu.


Laporan: Jawapos.com

KETIKA anak mulai bisa diajak berkomunikasi dua arah, ortu bisa memberikan pemahaman sesuai tahap perkembangan usianya. Salah satunya, cara menjaga diri. Anak belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dilakukan.

Dengan demikian, ortu bisa menyelipkan pemahaman terkait menjaga diri melalui aktivitas sehari-hari. Gunakan metode yang beragam dan menyenangkan. Misalnya, lewat video, gerak, lagu, dan bermain peran. Hal itu perlu dilakukan secara kontinu agar dapat diingat dan dipahami anak.

Pengawasan dan Pendampingan

Tentu, peran yang utama datang dari orang tua. Ortu harus memastikan anak berkegiatan di tempat yang aman dan dalam pengawasan. Baik ortu, guru, maupun orang dewasa yang dipercaya.

’’Ortu harus tahu aktivitas dan jadwal kegiatan anak. Latih agar si kecil terbiasa meminta izin dan menunggu ortu memberi izin sebelum bermain di luar area rumah,’’ tutur Asteria R. Saroinsong SPsi Psikolog. Meskipun, ke rumah tetangga yang jar

Minta anak menerangkan terlebih dulu ke mana dan pergi dengan siapa. Jangan biarkan anak sendirian. Apalagi di tempat umum atau tempat yang sepi. Jika anak masih kecil, alangkah baiknya tetap dalam pengawasan.

’’Seandainya orang tua ingin mengizinkan anak pergi dengan orang lain, sangat perlu mempertimbangkan siapa yang mengajak. Pertimbangkan dengan baik mengenai masalah keamanan dan keselamatannya,’’ terang psikolog di Layanan Psikologi Bijaksana tersebut.

Personal Boundaries

Asteria mengungkapkan, anak sudah harus mengenal batasan sejak dini. Ajarkan tentang sentuhan boleh dan tidak boleh. Termasuk cara menjaga tubuhnya. Tujuannya, membuat anak tetap nyaman dan aman.

'’Batasan di sini juga terkait apa yang harus anak lakukan ketika bertemu orang asing. Tekankan pula untuk tidak sembarangan menerima pemberian orang seperti permen atau mainan,’’ tegas psikolog volunter Puspaga Surabaya itu.

Orang tua tidak bisa memantau anak 24 jam. Karena itu, perlu membekali anak dengan informasi seputar identitas umum. Setidaknya, anak sudah mengetahui nama orang tua, alamat rumah, dan nomor HP ortu apabila tersesat.

Berani Berkata Tidak

Ajari anak untuk berani berkata tidak ketika ada orang yang memaksanya atau melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan. Ajarkan pula tindakan yang harus dilakukan seperti berteriak, lari ke tempat ramai atau aman, dan mencari pertolongan ke guru atau petugas keamanan.

’’Jika anak sudah bersekolah, ortu perlu secara kontinu berkomunikasi dengan guru untuk mengetahui perkembangan anak, dan apabila ada hal-hal yang mengganggu,’’ lanjutnya.

Cerita Keseharian

Yang tak kalah penting, ortu mengetahui apa saja yang sudah dialami anak. Caranya dengan berdialog atau rutin ngobrol santai dengan anak setiap hari.

’’Ajak anak bicara tentang aktivitasnya hari itu, apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, baik di rumah maupun di sekolah,’’ imbuh Asteria.

Perhatikan perkembangannya dari hari ke hari. Baik secara fisik maupun perilaku. Dengan begitu, apabila ada hal yang tidak biasa atau pengalaman tidak menyenangkan yang dia alami, dapat segera dicari tahu penyebabnya.

’’Misalnya, memperhatikan kondisi fisik, ada bekas luka atau hal lain. Atau, anak berubah sikap tiba-tiba takut atau tidak mau sekolah,’’ tandasnya.

Watch Out!

• Kenali latar belakang pengasuh atau pengantar jemput anak sekolah. Infokan identitas atau ciri penjemput kepada guru.

• Hindari membagikan informasi yang terlalu detail seperti lokasi sekolah anak saat mem-posting di media sosial.

• Hindari memakaikan si kecil baju dengan namanya tertera di sana. Anak cenderung mudah percaya pada orang yang mengetahui nama lengkapnya.

• Beri tahu tempat yang harus anak datangi jika tersesat seperti pos satpam, pusat informasi, dan kantor polisi.

• Berikan kartu pengenal berisi nama anak, alamat, dan nomor orang tua untuk berjaga-jaga jika tersesat. Ajarkan pula kepada siapa saja dia bisa memberikan data dirinya agar tidak disalahgunakan.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook