JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Perkembangan dunia digital membuat tren dunia kerja milenial ikut berubah. Tak hanya milenial, generasi Z yang saat ini sudah mulai hanyak bekerja di kantor juga memanfaatkan berbagai teknologi digital dalam setiap kesempatan. Salah satunya mendapatkan layanan kesehatan ataupun mengajukan cuti.
Menurut hasil survei terbaru ‘Health on Demand’ yang dilakukan terhadap lebih dari 16 ribu responden pekerja dan 1.300 responden perusahaan di 13 negara di dunia, 68 persen dari total responden perusahaan tersebut berencana untuk berinvestasi lebih di layanan kesehatan digital dalam lima tahun ke depan.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yakin dengan layanan kesehatan berbasis digital bisa menjadi solusi dengan biaya efektif untuk membantu para karyawannya menjadi lebih sehat serta memenuhi harapan terhadap layanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan karyawan dengan biaya terjangkau.
Dari hasil survei ‘Health on Demand’ yang dilakukan pertama kali oleh Mercer Marsh Benefits, Mercer dan Oliver Wyman, ditemukan bahwa walaupun terdapat cara pandang dan pola pikir yang berbeda, di mana mayoritas 64 persen dari responden pekerja sangat antusias dengan prospek dari inovasi layanan kesehatan berbasis digital. Sebanyak 63 persen dari responden pekerja juga mengatakan mereka percaya dengan cara baru dalam layanan kesehatan jika disediakan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
“Anak sekarang itu, milenial, justru nggak sakit. Mereka malah minta benefitnya apa kalau saya nggak sakit. Jangan hanya sakit saja diganti perusahaan, tapi kalau sehat mereka juga menuntut benefit,” kata Mercer Marsh Benefits Country Leader Marsh Indonesia, Wulkan Gallacher kepada wartawan baru-baru ini.
Selain itu, milenial saat ini lebih suka apapun lewat digital. Salah satunya mengajukan izin sakit dan cuti. “Anak zaman sekarang kalau sakit itu tak lagi pakai kertas, surat dokter. Tinggal pakai digital. Begitupun ajukan cuti, pakai aplikasi kantor. Semuanya berubah,” ujar Wulan.
Temuan-temuan hasil survei ‘Health on Demand’ mendorong perusahaan- perusahaan ikut membangun budaya hidup sehat di tempat kerja dan sekaligus meningkatkan upaya dalam retensi karyawan harus mempertimbangkan investasi layanan kesehatan digital.
Dari 13 negara yang di survei dalam studi ‘Health on Demand’, tujuh negara termasuk dalam kelompok negara maju dan 6 negara lainnya masuk ke dalam kelompok negara berkembang. Hasil survei dari responden pekerja di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa mereka bersedia mencoba rata-rata 10 dari daftar 15 layanan kesehatan digital, dibandingkan dengan responden di negara-negara maju yang ingin mencoba rata-rata 5 dari daftar yang diberikan tersebut.
Editor : Deslina
Sumber: Jawapos.com