Tak mudah mencuri perhatian pelanggan Gojek bagi resto baru. Puluhan ribu resto tiap hari saling berseliweran mejeng di aplikasi pemasaran kuliner online top itu. Tapi Mie Asok, brand lokal asli Pekanbaru, sukses merambahnya dan tampil sebagai juara.
Laporan ZULKIFLI ALI, Pekanbaru
SUASANA restonya benar-benar di luar dugaan. Bagi orang awam. Nyaris kosong. Gersang. Ruang resto di lantai dasar itu, hanya ada tiga meja besi plus kursinya, berwarna hitam.
Di bagian belakang ruangan, pandangan terhadang papan triplek standar. Yang bernuansa pucat itu. Di sebelah kanan tanpa penutup. Menjadi pintu menuju dapur.
Di situlah terdengar suara kompor gas diputar knopnya. Atau desis api lagi menyala. Dan tentu saja suara-suara ketika proses penggoreng berlangsung.
Di bagian depan ruangan itulah, abang-abang Gojek menanti dengan setia. Maksudnya driver yang menjadi mitra Gojek. Sebutan abang sekadar bernostalgia. Panggilan yang identik dengan penarik beca, moda transportasi massal yang mulai punah itu.
Benar-benar bukan resto biasa. Di luar rumah toko (ruko), tak ada papan nama usaha. Hanya ada kain spanduk sederhana terpasang di bagian atas. Kondisinya pun saat itu sebagian terlipat. Tak begitu jelas terbaca.
Tak sulit sebenarnya menemukan ruko yang beralamat di Jalan Dagang No 2, Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi itu. Alamat baru dari Mie Asok. Baru tiga bulan pindah ke situ.
Yang sulit itu meyakinkan diri; bernarkah itu resto yang dicari? Alhamdulillah. Sekitar 10 menit dalam keraguan, satu dua abang Gojek mulai datang. Dan memarkir motornya di depan ruko tersebut. Besar kemungkinan itu benar rumah produksi Mie Asok.
Lebih kurang 20 menit berlalu, barulah tahapan wawancara bisa dilakukan. Riaupos.co masuk ke ruko dan mendekati seorang perempuan. Ternyata tepat. Dialah owner sekaligus koki utama Mie Asok. Amelia namanya.
Sekali lagi, memang bukan resto biasa. Di aplikasi GoFood sudah dilabeli ‘’Super Partner’’. Label itu menjelaskan bahwa; stok makanan dikonfirmasi resto, pesanan kamu langsung dimasak, makanan jadi dianter lebih cepat, serta harga menu fix dan banyak diskon.
Di aplikasi kuliner papan atas itu, masih terpajang Mie Asok Pku, Nenas. Sudah dapat rating 4,7 bintang, dan 2.000 lebih review/comment. Diberi 300 lebih jempol rasa enak, 200 lebih tanda porsi pas dan 200 lebih tanda kemasan baik.
Wajar jika mayoritas ulasan/komentarnya positif. Ada yang tulis, Enak..enak.. dan enak; Bikin nagih, nanti order lagi; Mantaplah pokoknya.
Ini masuk kuliner kelompok mi pedas. Kuliner ini dipilih hanya karena mudah membuatnya. Tak banyak biaya. Juga tak perlu tempat yang luas. Saat itupun Amelia masih punya anak kecil-kecil.
Tentu tak disangka bahwa pilihannya tepat. Berkembang, diminati masyarakat. Level pedasnya dari satu sampai lima. Akhirnya bisa enam level. Ada juga untuk anak-anak.
Asok itu kosa kata bahasa Minang. Artinya asap. Amelia juga orang Minang.
Menu mi-nya juga ikutan berbahasa Minang. Seperti Level 0 atau Minus 1 Ndak Barasok, Level 1 Asok Muncuang, Level 2 Asok Hiduang, Level 3 Asok Talingo, Level 4 Asok Muncuang Hiduang, Level 5 Asok Muncuang Hiduang Talingo. Ada juga TerAsok-Asok, Ndak Sadang Ciek.
Menu utama tersebut ada juga yang pakai topping; telur, nuget, sosis, ayam dan lainnya.
‘’Asap itu gambaran dari sensasi rasa pedas. Sehingga seolah-olah ada asap keluar dari mulut, hidung, dan telinga. Tergantung level pedasnya,’’ jelas Amelia.
Ia masih ingat dengan baik saat memulai bisnis. Tepatnya, 10 Oktober 2018. Sebelum ‘‘para serdadu’’ (virus) Corona menyerang Riau. Khusunya Pekanbaru. Juga belum bergabung dengan GoFood-nya Gojek.
‘’Hanya menggunakan dapur rumah. Saat itu kami tinggal di rumah nenek,’’ kenang Amelia.
Masih serba simpel. Hanya buka setiap Sabtu dan Ahad. Pemasarannya memanfaatkan aplikasi WhatsApp (WA) dengan pola pre-order (PO). Ada pesanan baru produk dibuat. Sebaran penawaran pun sebatas teman-teman dekat.
Belum jadi sandaran utama penghasilan keluarga. Amel, panggilan Amelia, masih bekerja sebagai guru taman kanak-kanak. Febrianto, suaminya, masih bekerja sebagai sopir mobil travel. Trayek Pekanbaru-Duri, Pekanbaru-Padang.
‘’Orderan waktu itu lima sampai sepuluh kotak per hari,’’ jawab Amel soal jumlah transaksi.
Bisnis sampingan itu ia jalani sendiri lebih setahun. Jelang akhir tahun kedua, mulai ada sedikit pergerakan. Transaksi meningkat lebih dari biasanya. Tapi masih untuk dua hari buka. Untuk hal ini, sepertinya Amel harus berterima kasih kepada teman adiknya. Saat bermain ke rumah, kenang Amel, teman adiknya disuguhi mi pedas rumahan tersebut. Ternyata dia menikmati mi goreng karya Amel.
Lantas dia pun iseng mengunggah menu dan momen tersebut ke instagram grupnya. Stand Up Indo Pekanbaru (@standupindo_pku). Sebuah komunitas pelakon stand up comedy di Kota Bertuah, sebutan untuk Pekanbaru.
‘’Itu pada Desember 2018. Lumayan ada peningkatan order,’’ sambung ibu tiga anak ini.
Amel cepat tanggap juga. Ia lantas menjamah ke Instagram. Dibuatlah akun Instagram khusus untuk Mie Asok-nya. Dan berdampak. Transaksi meningkat. Rata-rata bisa di atas 10 kotak per hari.
Namun di sisi lain, Amel mulai kewalahan. Cara kerja ‘‘buat sendiri, antar sendiri’’ jadi biangnya. Untung dia mengikuti saran beberapa orang agar bergabung ke GoFood. ‘’Gabung ke Gojek Juli 2019,’’ sebut Amel.
Lebih dari tiga bulan setelah Covid-19 melanda Tanah Air. Atau lebih tujuh bulan sebelum kasus pertama Covid-19 ditemukan di Pekanbaru. Kasus positif pertama di Indonesia terdeteksi pada 2 Maret 2019. Dan kasus positif pertama di Pekanbaru ditemukan pada 18 Maret 2020.
Transaksi Meningkat Usai Gabung GoFood
Sejak bergabung ke GoFood, Amel mulai serius menekuni bisnisnya. Profesi guru TK pun ia relakan dilepas. Apalagi usahanya sudah buka setiap hari. Dari pukul 10.00 WIB sampai 20.00 WIB.
Perlahan Amel mulai merasa manfaat gabung ke GoFood. Transaksinya naik. Rata-rata sudah bisa mencapai 20 kotak per hari.
‘’Sejak pandemi makin terasa peningkatan transaksinya. Dan Alhamdulillah semakin meningkat hingga saat ini,’’ jelas Amel sambil tersenyum.
Transaksi bertumbuh, kerjaan kian menumpuk. Yang awalnya masak sendiri, kini Amel terpaksa merekrut tenaga baru. Dan karyawan kedua Amel adalah Febrianto. Suaminya sendiri.
Alasannya sederhana saja. Selain tinggal serumah, juga karena sang suami terpaksa berhenti jadi sopir. Covid-19 yang berhasil meraih status pandemi, menjadi penyebab. Pembatasan aktivitas masyarakat secara ketat menyebabkan jasa transportasi orang terkapar.
Perlu kesabaran bagi pasangan itu demi keberlangsung usaha mereka. Amel mengajarkan memasak dengan telaten. Febri pun harus dengan besar hati belajar memasak. Kebersamaan itu sukses. Keduanya sudah menjadi chef jago.
Kebutuhan karyawan baru berlanjut seiring naiknya pesanan. Maka jadilah adik kandung Amel sebagai karyawan ketiga. Skenarionya sama seperti yang dialami Febri. Edo, sang adik, harus terkena pemutusan hubungan kerja sebagai dampak dari pendemi Covid-19.
Perjuangan mereka berbuah manis. Mie Asok tidak sekadar eksis dan mampu menopang ekonomi keluarga. Bisnis keluarga ini pun berkembang. Satu cabang berhasil dibuat. Pada Mei 2021. Masih di tengah di suasana pandemi.
Lokasinya di Perumahan Putri Indah, Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tampan (kini jadi Kecamatan Tuah Madani). Satu kawasan pertumbuhan baru yang pesat di belahan barat Kota Pekanbaru.
Dan Edo pun dipercaya menjalankan cabang yang menempati rumah orang tuanya itu. Ia dibantu oleh ibunya. Dengan nama dan menu yang sama. Namun jam buka lebih sedikit. Menyesuaikan dengan transaksi.
Sebenarnya cabang pertama sempat dibuka Amel di daerah Rumbai, bagian utara Kota Pekanbaru. Mungkin timing-nya kurang pas. Tak lama usai dibuka, Covid-19 pun merebak di Pekanbaru. Semua pihak syok. Termasuk bisnis kuliner. Maka dengan berat hati cabang tersebut dieksekusi. Tutup.
Perkembangan terbaru. Saat ini untuk resto utama, Mie Asok rata-rata menjual 60 kotak hanya lewat aplikasi GoFood. Artinya belum termasuk transaksi dengan ojek online lain. Ataupun transaksi langsung dengan pembeli.
Sementara untuk cabang yang di Panam, sebutan populer untuk kawasan barat Pekanbaru, disebut Amel bisa mencapai 20-25 orderan per hari.
Total, Mie Asok sudah mempekerjakan delapan orang. Jumlah itu termasuk Amel dan suami, juga adik dan ibunya. Tapi Amel dan suami, serta Edo dan ibunya, kini tidak rutin bekerja. Mereka lebih berperan sebagai pengawas. Keempatnya akan turun tangan jika ada karyawan yang off (libur) atau terjadi lonjakan orderan.
Untuk karyawan lainnya di bagi dua. Dua di resto utama, dua di resto cabang. Mereka di antaranya ada yang berstatus sepupu. Ada pula teman dari sepupu tersebut.
Naik Kelas
Kini, Mie Asok sudah naik kelas. Ada beberapa alasan yang bisa jadi acuan. Pertama, sudah pindah tempat. Dari rumah sederhana ke ruko dua lantai. Tak jauh dari lokasi sebelumnya. Bukan di jalan utama. Tapi masih berada di kawasan ramai dan sibuk. Sewanya Rp15 juta per tahun.
‘’Dua lantai. Lantai atas untuk tempat tinggal kami,’’ ucap Amel.
Di bagian lain, Amel merasa belum memerlukan tempat usaha yang wah. Alasannya karena sudah mulai dikenal luas. Lokasi sekarang masih mudah dijangkau. Juga tidak melayani makan di tempat.
Semua keperluan usahanya sudah didapat dari aplikasi GoFood. Mulai dari fungsi etalase, promosi, proses transaksi, dan jasa delivery sudah dikover pihak GoFood ataupun Gojek.
Kedua, sudah menggunakan kemasan makanan yang ramah lingkungan. Sebelumnya menggunakan stirofoam (versi KBBI daring). Ini sejalan dengan inisiatif GoFood dalam program GoGreener.
Terdapat beberapa zat kimia dalam proses pembuatan stirofoam yang bisa berdampak buruk. Baik terhadap kesehatan manusia mapun terhadap kelestarian lingkungan.
Penggantian kemasan produk tersebut didapatkan Amel dari Komunitas Partner GoFood (Kompag). Sebuah komunitas resmi para pebisnis kuliner untuk bertukar inspirasi dan ilmu tentang berjualan di GoFood. Dalam komunitas ini, Partner GoFood bisa mendapatkan online training gratis, tips & trik berjualan di GoFood dan koneksi dengan sesama para Partner GoFood.
‘’Ada mentor beri masukan. Biar beda dengan kompetitor, juga naikkan nilai jual,’‘ ujar Amel menjelaskan.
Ketiga, dari aspek pribadi, Amel-Febri telah memiliki sumber penghasil memadai. Dulu, penghasilan saat keduanya masih bekerja cukup untuk kebetuhan sehari-hari. Diakui Amel, kini mereka sudah bisa menyewa ruko, bisa beli mobil, beli rumah dan juga bisa menabung.
Perempuan berjilbab itu masih aktif di berbagai program yang ditaja GoFood. Terutama di Kompag. Belum lama ini, ia turut serta dalam family gathering yang ditaja Kompag. Itulah kopi darat pertama dalam tiga tahun terakhir.
Selain itu, Amel tidak pelit berbagi ilmu dan pengalaman kepada siapa saja. Khususnya kepada sesama anggota Kompag. Paling tidak bisa dilakukan via chat WA.
Ia pun mengaku tidak perlu merasa khawatir akan disaingi. ‘’Ya ndak. Apalagi ilmu dan pengalaman itu juga saya dapat dari komunitas (Kompag, red),’’ ujar Amel memberi alasan.
Jadi Mitra Juara Gojek
Hasil kerja keras dan smart Amel dan Febri berbuah manis. Ungkapan ‘’Hasil tidak akan mengkhianati usaha’’ telah terbukti. Selain keuntungan bisnis, tanpa disadari usahanya pun telah mengantar Amel pada prestasi.
Mie Asok terpilih menjadi juara ketiga untuk dua kategori sekaligus. Keduanya tingkat nasional. Pertama di ajang Mitra Juara Gojek 2021 Award untuk kategori GoFood. Kegiatan berlangsung pada 5 November 2021.
Satu lagi kategori Mitra Usaha GoFood Inspiratif di perhelatan Dua Tahun Semarak Kompag 2021. Anugerah dilakukan pada 15 Oktober 2021.
Amel bersama Mie Asok-nya pantas dihadiahi dua trofi itu. Dari segi performa usaha, Mie Asok menunjukkan kinerja mantap. Seperti diakui Amel, selama maraknya pandemi terjual 50-60 kotak. Dan bertahan hingga sekarang.
Kinerja bagus tersebut turut pula berdampak positif bagi orang sekitar. Ia bisa merekrut sekaligus memberi penghasilan bagi orang lain. Apalagi yang direkrut terpaksa kehilangan mata pencaharian akibat pandemi.
Bang Ivan Terbantu Publikasi
Manfaat gabung ke GoFood, juga dirasakan oleh Jon Ivan. Dia pemilik merk dagang Martabak Bang Ivan. Bisa dikata Bang Ivan adalah pemain lama makanan favorit banyak orang ini. Diakuinya, sudah berjualan sejak 1997.
Awal buka di simpang Jalan Pelajar (kini Jalan KH Ahmad Dahlan) – Jalan Nangka (kini Jalan Tuanku Tambusai), Kecamatan Sukajadi. Tak lama, ia pun berpindah ke Jalan HR Subrantas, Panam. Lebih kurang 150 meter dari Kantor BBKSDA Provinsi Riau, ke arah barat.
Kini Martabak Bang Ivan sudah mempunyai dua gerai mobil sebagai tempat berjualan. Gerai kedua berlokasi di simpang Jalan HR Subrantas – Jalan Purwodadi, Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tuah Madani.
Bang Ivan tidak ingat persis kapan bergabung ke GoFood. Hanya mengira-ngira lebih dari tiga tahun. Resto Martabak Bang Ivan di aplikasi Gojek memperoleh rating 4,6 bintang dengan 700 review/komen. Berlabel ‘’Super Partner’’ pula.
Diakui ada keuntungan didapatnya. Pertama kali yang disebut adalah sangat terbantu dari segi publikasi. Sebab di matanya, Gojek/GoFood rajin beriklan di berbagai media. Baik media konvensional maupun media sosial. Ia akan mengundang banyak orang untuk ingat dan berkunjung ke aplikasi Gojek/GoFood.
Publikasi juga didapatkan dari GoFood itu sendiri. Saat customer mencari menu-menu, di situ juga bisa terlihat brand usahanya. ‘’Orang menengok-nengok (melihat, red) menu di GoFood, kan terlihat juga tu Martabak Bang Ivan,’’ katanya sambil sedikit tersenyum.
Diakuinya, sekarang kebiasaan orang banyak berubah. Termasuk cara berjualan dan berbelanja. Di antaranya adalah bertransaksi lewat aplikasi. Jika tidak mengikuti tren tersebut, lajut ia, maka tertinggal.
Sebelum pandemi, jelas Bang Ivan, gerai pertamanya bisa menjual lebih seratus kotak martabak per hari. Di masa pendemi mengalami perununan. Tapi sekarang mulai naik lagi. Bisa mencapai 100 kotak per hari.
‘’Kalau untuk transaksi lewat GoFood, ya sekitar 20 persenlah,’’ lanjutnya.
Namun ia juga mengaku kurang aktif ikut program seperti promo yang diadakan GoFood. Di sisi lain, ia mengaku sedikit kecewa. Sebabnya, uang penjualan dari transaksi lewat GoFood tidak bisa ditarik utuh.
Digambarkan Bang Ivan, harga martabak termurah Rp16.000 per kotak. Tapi dia tidak bisa mengambil semua nilai nominal itu. Ia hanya bisa menarik sebesar Rp15.200. ‘’Saya pun tak tahu sebabnya. Begitu pula sistemnya,’’ ungkap sosok berkepala plontos itu.
Kontribusi terhadap Ekonomi
Di kutip dari laman ldfebui.org, ekosistem Gojek telah berkontribusi sebesar Rp2,1 triliun terhadap perekonomian Kota Pekanbaru. Atau setara dengan 2,1 persen PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2020.
Angka-angka tersebut merupakan hasil riset dari Tim Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) yang terdiri dari Dr Paksi CK Walandouw, Dr Alfindra Primaldhi dan Turro S Wongkaren PhD. Riset berjudul “Dampak Ekosistem Gojek terhadap Perekonomian Indonesia 2021: Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional''.
Penelitian itu melibatkan 1.730 responden yang terdiri atas para mitra Gojek dan konsumen di Pekanbaru. Rinciannya mitra driver GoRide: 653, mitra driver GoCar: 230, mitra driver GoSend & GoKilat: 98, mitra usaha GoFood (mitra UMKM kuliner yang menggunakan aplikasi GoBiz): 189, social seller (pedagang yang menjual dagangannya secara online melalui kanal sosial media): 19 dan konsumen: 541.
Secara nasional, riset juga menyebutkan kontribusi ekosistem Gojek semakin besar terhadap perekonomian Indonesia. Pada 2021, ekosistem Gojek dan GoTo Financial diperkirakan berkontribusi sebesar 1,6 persen kepada PDB Indonesia. Atau sekitar Rp 249 triliun, meningkat 60 persen dibandingkan 2019-2020.
Kontribusi tersebut didorong kondisi makro ekonomi yang membaik serta kemampuan ekosistem Gojek mempercepat pemulihan melalui peningkatan pendapatan mitra driver dan UMKM. Mitra UMKM GoFood mengalami rata-rata kenaikan pendapatan 66 persen. Sementara mitra driver GoCar mengalami peningkatan pendapatan rata-rata 24 persen. Dan mitra GoRide mengalami peningkatan pendapatan rata-rata 18 persen dibandingkan tahun 2020.
Di sisi lain, hasil riset menunjukkan pula bahwa Gojek semakin diandalkan masyarakat Indonesia. Sebab lebih dari seperempat pendapatan bulanan konsumen dibelanjakan di dalam ekosistem Gojek.
Hasil riest LD FEB UI memaparkan pula bahwa mayoritas atau 51 persen responden dari kalangan UMKM kuliner mitra GoFood menganggap platform ini berperan dalam pertumbuhan usaha mereka.
Sebanyak 31 persen responden menganggap peran GoFood sangat besar. Sebanyak 16 persen responden menilai GoFood berperan kecil. Dan hanya 2 persen responden yang menganggap GoFood tidak berperan sama sekali dalam pertumbuhan usahanya.
Peningkatan pendapatan itu terjadi karena GoFood dianggap mampu memberikan promosi, perluasan akses pasar, kemudahan pengelolaan operasional, hingga pelatihan kewirausahaan kepada mitranya.
Jumlah pengusaha pemula yang memanfaatkan GoFood pada 2021 meningkat 47 persen. Ini karena, 4 dari 5 UMKM percaya GoFood mendorong pertumbuhan usaha. Ada 3 dari 4 mitra UMKM juga yang menganggap biaya komisi GoFood sudah sesuai dengan manfaat yang didapatkan.
Survei dilakukan terhadap 4.363 UMKM kuliner mitra GoFood yang tersebar di 21 kota pada Agustus 2021.
Masih menurut hasil riset, menunjukkan bahwa konsumen Gojek loyal. Sebanyak 90 persen responden dari konsumen mengatakan lebih sering menggunakan layanan GoFood pada 2021. Kemudian, 86 persen konsumen juga akan tetap menggunakan layanan dari Gojek meskipun tanpa promo.
Pada 2021, data internal Gojek mencatat, transaksi mitra UMKM GoFood meningkat hingga tujuh kali lipat tahun ini. Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, ada 250 ribu UMKM yang bergabung di GoFood selama pandemi Covid-19. Total ada satu juta UMKM kuliner yang sudah bergabung.
Menjaga Performa Ekosistem
Kepala Cabang Gojek Pekanbaru Julianda Wirda Pratama kepada Riaupos.co menjelaskan, terdapat tiga pilar dalam bisnis Gojek. Yakni driver (pengendara), merchant (restoran) dan costumer (pelanggan). Gojek menyebut tiga pilar tersebut ekosistem.
‘’Nah, kita menjaga agar ekosistem tersebut tetap balance (seimbang, red) dan berkesinambungan. Bisa memberi dampak positif bagi diri mereka sendiri, dan juga orang di sekitar mereka,’’ jelas Julianda.
Untuk kelancaran jalannya platform Gojek, tentu saja diperlukan sumberdaya. Di antaranya adalah finansial. Dan itu berasal dari profit sharing 20 persen setiap transaksi. Itu menjadi energi agar aplikasi tetap terjaga serta bisnis tetap berputar. ‘’Kita sebut profit sharing, bukan potongan. Dan itu segitu saja dari awal,’’ tambah Julianda.
Pria berkaca mata itu juga memaparkan seputar merchant /resto yang tergabung dalam GoFood. Setakat ini, sudah terdaftar 30 ribuan resto asal Pekanbaru. Itu diyakini akan terus bertambah. Namun tidak semua aktif membuka restonya.
Mereka menjajakan berbagai jenis kuliner. Makanan dan minuman. Dari ringan sampai berat. Yang tradisional sampai modern. Dari timur sampai barat. Lengkap.
Julianda menyebut, Gojek memang hadir untuk UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah). Juga tumbuh dan berkembang bersama tiga tingkatan usaha di atas. Sebagai bukti, banyak dari resto yang didaftarkan itu merupakan usaha yang baru. Atau orang-orang yang baru pertama kali berbisnis.
Karena misi GoFood itu memberdayakan resto, maka diharapkan bisa mendongkrak performa setiap resto agar lebih baik. Jika transaksi bertumbuh maka resto juga turut berkembang. Otomatis juga akan menyerap tenaga kerja tambahan. Demikian terus menjadi sebuah siklus. Dan pada akhirnya turut pula memacu pertumbuhan bisnis yang lebih besar.
‘’DNA Gojek itu memang berkembangan dengan UMKM,’’ tegas alumni Universitas Andalas Padang ini.
Kontribusi Gojek terhadap perkembangan bisnis kuliner, lanjut Julianda, di antaranya mengajak masyarakat bertransformasi ke sistem digital. GoFood di aplikasi Gojek adalah wadahnya.
Gofood menyediakan fasilitas digital bersama antara produsen dengan konsumen untuk bertransaksi. Produsen bisa memasarkan produknya dengan mudah. Sementara konsumen bisa "bergerilya" menemukan produk yang sesuai selera.
Semua dilakukan dengan mudah lewat tarian jari jemari di smartphone masing-masing. Kedua pilar ekosistem Gojek tersebut saling memberi manfaat positif dari tempat masing-masing.
Dulu resto belum dekat dengan digital marketing. Sekarang sudah kenal dan bahkan bermain langsung dengan digital marketing hanya dengan telepon selulernya.
Masih menurut Julianda, Gojek juga buat rajin program promo. Para resto bisa berpartisipasi dengan menyediakan voucher dan lainnya bagi konsumen. Selain mempromosikan juga berguna bagi peningkatan penjualan. Berguna pula untuk meningkatkan ketertarikan pelanggang pada produk resto.***
Editor: Edwar Yaman