KISAH WARTAWAN BERJUANG MENGALAHKAN COVID-19 SAMBIL TETAP JALANKAN TUGAS

Ketika Sang Penyintas di Persimpangan Jalan

Feature | Sabtu, 30 Januari 2021 - 11:17 WIB

Ketika Sang Penyintas di Persimpangan Jalan
Diperlukan kerja keras dan peran semua elemen dalam menjalankan kebiasaan baru menyikapi pandemi Covid-19. Termasuk kontribusi wartawan dan pers dalam sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat.(DOK.RIAUPOS)

Pandemi Covid-19 meluluhlantakkan kehidupan. Seperti tsunami, namun senyap. Merengut banyak korban jiwa, tanpa batasan usia dan latar belakang. Tak terkecuali turut ‘memangsa’ pelaku pers maupun eksistensi media.

Seuntai Kisah dari Sang Penyintas
Kabar mengejutkan itu datang, Senin 19 Oktober 2020. Berupa lembaran kertas, yang memuat tabel berisikan sejumlah nama dan hasil pemeriksaan swab yang telah dilakukan.


Kamaruddin (46) mengamati secarik kertas itu dengan masygul, di ujung namanya terkonfirmasi hasil positif. Dirinya tak menyangka bisa dihinggapi penyakit yang menjadi momok sejagat raya itu.

Sebelumnya ia mengikuti pemeriksaan swab di Puskesmas Siak Hulu II, Kampar, pada Kamis 15 Oktober 2020. Hasil swab belakangan keluar dalam kurun waktu lima hari. Dari sekian orang yang menjalani swab ada tiga yang positif.

"Termasuk saya salah satunya," tutur Kamaruddin lesu.

Reaksinya sama dengan umumnya orang ‘sehat’ yang divonis positif Covid-19, ada penolakan besar dengan kenyataan tersebut. "Rasanya tak percaya, bagai petir di siang hari. Saya merasa sehat, eh rupanya positif," Kamaruddin mengambarkan kontradiksi itu.

Namun bagaimanapun realitas itu tetap harus dihadapi, dan memang itulah adanya. Ia berpikir keras untuk mengingat-ingat rekam jejak, sempat bertemu dengan siapa, singgah di tempat apa saja sampai tertular. Namun tak ada jawaban pasti.  

Sang redaktur halaman Pro di harian Riau Pos ini memutuskan untuk berkonsultasi dengan Pemimpin Redaksi (Pemred) Firman Agus, bagaimana menyikapi hal itu dikaitkan dengan kerja yang ada.

Dirinya seolah dihadapkan pada sebuah persimpangan. Di satu sisi, ancaman Covid-19 yang nyata tak bisa dipandang sebelah mata. Di sisi lain tugas yang diemban sebagai insan pers jangan sampai terkorbankan pula.

Kamaruddin tak ingin dilema! Ia memutuskan kedua hal itu harus terus berjalan.

Baginya dunia pers telah menjadi bagian nyata dalam perang terhadap Covid-19 lewat tugas mulia berupa publikasi langkah dan penanganan. Tak lelah mengedukasi masyarakat agar waspada dengan penularan Covid-19. Menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan cara memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun.

Kendati dirinya sendiri terkena, tak menjadi alasan untuk mengambil jalan menepi, menyisih atau menghindar dari mengemban tugas mulia pers tersebut. Di samping harus berjuang untuk dapat pulih secepatnya.

Dari diskusi yang dilakukan, ada dua opsi yang tersedia. Apakah isolasi di tempat khusus yang disediakan pemerintah selama jangka waktu tertentu atau isolasi mandiri di rumah. Pilihanya jatuh pada opsi terakhir, dengan disertai penegasan sang pemred, yang akrab disapa Bang Pinx.

"Harus dijalani ketat, tak boleh keluar," cetus Komaruddin menirukan.

Pascapositif terpapar, anak dan istrinya turut dilakukan pengambilan swab, Kamis 22 Oktober 2020. Dan hasilnya keluar pada Senin 26 Oktober 2020.

Negatif. Ini menimbulkan semangat lagi bagi Kamaruddin, bahwa orang yang disayangi tidak tertular.

Untuk selanjutnya ia menjalani isolasi mandiri di rumah. Demi menjaga agar tak terjadi penularan Kamaruddin tak lepas masker. Meskipun sendirian di dalam kamar.

Rentang waktu dua pekan tersebut, diakuinya bukan hal yang mudah untuk berjarak, menghindari kontak dengan orang-orang yang selama ini menjadi tempat bercengkrama dan berinteraksi intens.

"Untuk menjaga tak tertular, maka pisah kamar. Saya terus pakai masker, jaga jarak dan rutin cuci tangan. Hal itu dijalani selama masa inkubasi 14 hari tersebut," ungkapnya.

Agar tak stress, ia membuat jadwal aktivitas yang harus dilakukan saban hari. Tujuannya agar imun tubuh tambah kuat, dan mampu menekan penyebaran virus corona.

"Saya biasa bangun Salat Subuh. Untuk asupan pagi, saya rendam tiga butir kurma dan sarapan awalnya begitu. Nanti badan hangat, berkeringat, terus menjalankan aktivitas pagi seperti beres-beres kamar, menyapu halaman. Pokoknya ada saja kegiatan supaya tubuh berkeringat dan pikiran tetap semangat," ujarnya.

Kebiasaan itu ditambah dengan mengonsumsi rempah-rempah yang terbukti memiliki khasiat luar biasa untuk menunjang stamina. Ia merincikan sekitar pukul 09.00 WIB pagi, rempah berupa jahe merah direbus, ditambah kayu manis dan gula aren. Ini menjadi minuman wajib, yang disruput saat masih hangat.

"Ini pun otomatis membuat keringat mengucur deras," katanya berbagi seuntai kisah pada webinar bertajuk Pers dan Covid-19 yang ditaja PWI Riau, awal Desember 2020.

Usai itu ia berolahraga sambil melakukan aktivitas berkebun di bawah sinar matahari langsung. Itu dilakukan hingga menjelang siang atau sampai pukul 11.00 WIB.

Adanya sebuah lahan kosong di samping rumah ia manfaatkan untuk ditanami sayuran. Oleh sang pemilik telah diberikan izin memanfaatkan asal tidak diisi dengan tanaman keras.

Ocu Rud, panggilan akrabnya, menyebutkan selain merutinkan olahraga, menjaga asupan yang masuk ke tubuh menjadi kata kunci penting dalam melawan Covid-19.

Termasuk mengonsumsi vitamin, berjemur di bawah paparan sinar matahari langsung dalam rentang pagi menjelang siang, menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

"Yang paling penting menjaga salat, tetap berpikiran positif. Pikiran itu sangat mempengaruhi kondisi tubuh. Jika yakin bakal sehat, Insya Allah bisa sembuh," ucapnya.

Selain motivasi untuk sembuh yang tinggi, ditambah dukungan keluarga, Kamaruddin bersyukur mendapatkan simpati dari jiran. Bahkan ada yang memberikan bantuan sembako. Hingga akhirnya ia keluar sebagai sang penyintas Covid-19.

Isolasi Khusus yang Menggembirakan
Pilihan berbeda diambil H Fendri Jaswir. Pria yang kenyang asam garam di dunia pers Riau ini, memilih menjalani isolasi khusus di tempat yang disediakan pemerintah.

Untuk di Riau ada beberapa antara lain Rusunawa Rejorasi (Tenayan Raya), di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Riau dan di gedung Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Riau.

"Setelah dapat informasi hasil pemeriksaan swab dari Awal Bros, malamnya kontak dengan kadiskes dan minta isolasi khusus di BPSDM," beber Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Riau itu.

Fendri terpapar virus ‘tangan maut’ itu usai melakukan perjalanan ke luar daerah. Pada kesempatan webinar yang sama, ia menguraikan pengalamannya bersinggungan dengan corona virus disease yang menyeruak pada tahun 2019 tersebut.

Tiga hari sebelumnya ia mengalami demam di Jakarta dan sempat merasa pulih dari demam, lalu mengikuti swab. Di bawah bayang-bayang tertular Covid-19, Fendri menerapkan physical distancing secara ketat begitu tiba di rumahnya.

"Langsung jaga jarak, tak ada kontak dengan istri, anak, mertua. Alhamdulillah kendati saya positif, hasil swab mereka negatif," cakapnya.

Memasuki masa karantina ia mengaku bersyukur karena kenyataannya tidak menakutkan seperti yang dikhawatirkan. Bahkan terkesan gembira, ada-ada saja program yang dilaksanakan selama masa isolasi.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook