IBNU MASUD, PENYINTAS COVID-19

Bangkit dari Dua Kondisi Kritis

Feature | Kamis, 29 Oktober 2020 - 10:56 WIB

Bangkit dari Dua Kondisi Kritis
Ibnu Mas’ud

Usahanya terhenti total selama berbulan-bulan. Dirinya sendiri terkena serangan virus global ini. Bahkan mencapai masa kritis beberapa jam. Tak hanya dia, tapi keluarga dan beberapa karyawannya. Tapi, dia menolak menyerah pada keadaan. Bangkit dari kondisi kritis sudah jadi tekadnya sejak detik-detik paling menentukan itu.

Laporan: MUHAMMAD AMIN (Pekanbaru)


NAPASNYA tersengal. Tapi degup jantungnya justru berdebar tak keruan. Nyaris saja kesadarannya hilang dan masuk ruangan ICU (intensive care unit). Dia masih dapat mempertahankan kesadarannya sehingga masih dapat berpikir. Tapi justru pikiran buruk yang menggelayut di kepalanya.

"Apa mungkin saya akan mati sekarang?" batin pria itu.

Dia adalah Ibnu Mas'ud, seorang pengusaha travel haji dan umrah di Pekanbaru. Ruang Pinere Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru yang khusus untuk pasien isolasi Covid-19 telah menjadi tempat renungan kematiannya kala itu. Satu setengah jam dia sempat terpikir akan dijemput Sang Maha Kuasa. Pikiran buruk dan aneh-aneh terus menggelayut. Bagaimana dengan keluarga, anak-anak, usaha, harta dan lainnya yang akan ditinggalkan.

"Ya Allah, kalau Engkau mau mengambilku, ambillah ketika berzikir," batinnya ketika itu.

Itu adalah hari kedelapan Ibnu Mas'ud berada di Ruang Pinere RSUD Arifin Achmad. Dia dibawa ke rumah sakit ini  pada 22 Juli 2020. Kondisinya memburuk sejak hari ketujuh. Virus Covid-19 telah menggerogoti paru-parunya. 90 persen paru-parunya sudah berubah menjadi putih. Saturasi oksigen di dalam darahnya sudah berada di bawah 95. Jauh drop. Selang oksigen tak lepas dari hidungnya. Hanya saja karena kesadarannya masih ada, pihak rumah sakit belum memasangkan ventilator. Hari kedelapan kondisinya makin parah dan nyaris dimasukkan ke ICU jika siang itu dia tidak bangkit.

Sempat berpikir akan mati, tapi tiba-tiba semangat hidupnya kembali bangkit. Jika belum ajal, maka nyawanya tak akan dicabut kala itu. Jika belum dikehendaki, maka dia tak akan kembali kepada-Nya saat itu. Pukul 11.00 WIB, 1 Agustus 2020, setelah mengucapkan bismillah, dia tiba-tiba takbir keras sekali.

"Orang-orang sampai kaget," kenang Ibnu Mas'ud.

Tapi ternyata momen itu sangat berharga sekali. Napasnya yang sesak dalam sepekan terakhir tiba-tiba lega. Lapang. Kecemasannya pun hilang. Tekadnya kian kuat untuk sembuh. Tekadnya untuk terus hidup dan optimis membuat antibodi dalam tubuhnya meningkat. Kelegaan napas pun dirasakannya kembali setelah sepekan merasa sangat tidak nyaman.

Pukul 12.00, perawat melakukan pengecekan kondisinya. Ternyata saturasi oksigennya sudah naik. Dari sebelumnya hanya sekitar 92-93 menjadi 96. Pada petang harinya naik lagi menjadi 97. Kondisinya sudah dinyatakan aman dan melewati masa kritis. Kendati sudah melewati masa kritis, tapi dia belum sepenuhnya "aman". Penyakit penyerta yakni asam lambung membuatnya juga menderita. Apalagi pemberian vitamin dosis tinggi membuat lambungnya jadi makin parah. Selama 10 hari di ruang isolasi itu, dia tak bisa makan. Selain selang oksigen, selang infus pun tak lepas dari tubuhnya.

Dipaksakan makan walaupun sesendok tetap tak bisa. Kadang hanya satu sendok. Patah selera. Sampai kemudian akhirnya ia mulai bisa makan sedikit. Tapi pada hari kesepuluh, dia muntah sebanyak-banyaknya. Tak bisa direm. Semua yang dimakannya keluar. Banyak sekali.

"Saya salut pada perawat yang kemudian membersihkan semuanya. Dedikasi mereka luar biasa," ujar Ibnu Mas'ud kepada Riau Pos beberapa waktu lalu.

Sejak saat itu, kondisinya terus membaik. Dia sudah bisa makan. Awalnya sedikit, lalu makin banyak menuju normal. Tapi hasil pemeriksaan swab, dia masih positif Covid-19. Tes swab dilakukan sekali dua hari. Tapi ternyata masih tetap positif. Cukup mengherankan karena masa aktif virus itu di tubuhnya melebihi rata-rata pasien lainnya. Kendati begitu, kondisinya terus membaik. Virusnya masih ada, tapi sudah jinak.

Total sebanyak 12 kali dia dilakukan uji swab dengan 10 kali rontgen paru-paru. Dari hasil rontgen dapat dilihat bagaimana kondisi paru-parunya yang memutih 90 persen di masa kritis, lalu pelan-pelan kembali normal. Kondisi putihnya menghilang perlahan. Kendati sudah pulih, tapi dia memilih tidak langsung pulang. Sebab, risiko penularan masih tinggi. Dia punya orang tua yang rentan di rumah, juga keluarga besarnya. Dari beberapa kali swab, akhirnya dia dinyatakan negatif Covid-19. Begitu juga saat dites ulang untuk memastikan. Setelah itu barulah dia pulang dan melakukan karantina mandiri selama 15 hari. Dia baru keluar dari rumah sakit pada 21 Agustus.

"Termasuk paling lama saya di rumah sakit. Satu bulan. Orang lain rata-rata hanya sepekan atau dua pekan," ujarnya.

Usaha Terhenti Total
Jauh sebelum virus global ini menyerang tubuhnya, perekonomian global yang terimbas akibat pandemi ini juga menghantamnya. Tentu tersebab dia adalah pengusaha travel. PT Muhibbah Mulia Wisata merupakan travel haji dan umrah yang dikelolanya. Usaha utamanya adalah pemberangkatan haji plus dan umrah, termasuk umrah plus. Selain itu ada juga perjalanan lainnya. Sejak Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menghentikan umrah akibat pandemi global pada Maret 2020, maka sejak itu pulalah usaha travelnya tak lagi ada aktivitas. Kantor Muhibbah di Jalan Kartini yang biasanya ramai, terpaksa harus tutup sejak penghentian program umrah.

Muhibbah memang merupakan salah satu travel haji plus dan umrah tertua di Provinsi Riau. Jamaahnya sudah banyak. Sebanyak 3.000 jamaah umrah diberangkatkan setiap tahun. Di musim haji, 150 jamaah diberangkatkan untuk haji plus. Banyak juga pejabat dan pengusaha yang rutin ikut ibadah dengan travel ini. Dan mereka biasanya jadi pelanggan setia. Tapi semuanya terhenti begitu diumumkan Kerajaan Arab Saudi.

Sejak itu, Ibnu Mas’ud merumahkan para karyawannya. Ada belasan karyawan dan puluhan anggota keluarga yang hidup dari PT Muhibbah. Ada yang sudah puluhan tahun bersamanya. Makanya, kendati dirumahkan, mereka tetap diberikan gaji. Dia berpikir, pastilah suatu saat nanti umrah akan buka lagi. Haji tahun ini memang ditiadakan. Tapi umrah kemungkinan akan kembali diadakan.

Selama tiga bulan para karyawannya menerima gaji penuh kendati dirumahkan. Sebagai pengusaha, dia sudah memiliki cukup aset. Dan aset terbaik adalah karyawan. Aset ini harus diselamatkan terlebih dahulu walaupun mengorbankan aset lainnya. Ada juga kearifan lokal yang selalu diingatnya. Yakni soal tabungan. Orang-orang tua dahulu, ketika memasak nasi selalu menyisihkan beras di dalam kendi atau gentong satu atau dua genggam. Dalam sebulan kendinya bisa penuh dan dapat digunakan untuk makan di masa beras sulit. Ketika ditanyakan, selalu jawabannya adalah bahwa makan sekeluarga, baik dikurangi segenggam atau pun tidak, tetap habis dan sama kenyangnya. Kearifan lokal orang kampung ini diadopsinya untuk usaha. Dia juga selalu mengingat kisah Nabi Yusuf AS ketika akan ada masa panen tujuh tahun dan masa paceklik tujuh tahun. Masa panen harus dijadikan waktu untuk bersiap menuju masa paceklik.

"Jadi inilah saatnya masa paceklik dan saya sudah menyiapkan. Sejak awal usaha ini dibuka saya sudah pikirkan itu. Ada masanya senang, ada masanya susah. Ada masanya sehat, ada pula masanya sakit," ujar Ibnu Mas'ud.

Usaha Baru Modal Medsos
Setelah tiga bulan, rupanya para karyawannya merasa tidak nyaman menerima "gaji buta". Mereka pun berkumpul. Mereka ingin melakukan sesuatu yang tidak membebankan perusahaan begitu saja. Maka Ibnu Mas’ud pun berpikir untuk memanfaatkan media sosial. Relasi yang sudah ada merupakan aset yang perlu diberdayakan.

Sejak empat tahun belakangan, Muhibbah aktif di media sosial (medsos) sebagai wahana silaturahmi dengan jamaah. Perusahaan ini menggunakan Facebook, Instagram dan WhatsApp (WA). Bahkan ada 40 grup WA yang aktif, baik untuk memperkenalkan program baru, hingga pemberitahuan informasi penting soal haji dan umrah. Medsos itulah yang kemudian digunakan untuk membuka usaha baru.

Ibnu Mas'ud membuka usaha barunya ini di sebuah tempat baru di Jalan Rawamangun, Parit Indah. Dia menamakannya sebagai Muhibbah Store. Muhibbah Store, selain tempat administrasi, juga dibuat sebagai gudang atau tempat stok barang sementara.

"Saya berpikir untuk menjual sembako. Kami mulai dari yang kecil lagi," ujar Ibnu Mas'ud.

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook