IBNU MASUD, PENYINTAS COVID-19

Bangkit dari Dua Kondisi Kritis

Feature | Kamis, 29 Oktober 2020 - 10:56 WIB

Bangkit dari Dua Kondisi Kritis
Ibnu Mas’ud

Awal-awalnya, yang dijual adalah sembako seperti beras, telur, susu, minyak goreng, gula, dan lainnya. Tiap hari, medsos Muhibbah tak lagi berisi informasi haji, tapi broadcast tentang harga sembako dan siap antar ke seluruh wilayah Pekanbaru. Pesanan pun mulai berdatangan. Apalagi, harga yang ditawarkan sama dengan harga di kedai harian, tanpa tambahan ongkos kirim (ongkir). Pihaknya mengambil barang langsung dari produsen. Seperti telur, langsung dari produsen telur. Begitu juga beras, didatangkan dari produsen beras di Payakumbuh, Sumatera Barat.

"Jadi harga bisa ditekan. Dan alhamdulilah cepat bisa menghasilkan. Dalam sebulan bisa transaksi Rp200 juta. Cukuplah untuk gaji pegawai," ujar Ibnu Mas'ud.


Sebagai usaha di bidang umrah, tentu kebanyakan anggota medsos Muhibah adalah muslim yang relatif berduit. Ceruk bisnis inilah yang mengantarkan usaha baru ini tak lama untuk bisa berkembang. Pasarnya sudah ada. Apalagi di zaman krisis ini, saling membantu meringankan beban saudara, tetangga sangat dianjurkan. Maka banyak juga pelanggan sembako di Muhibbah bukan untuk pribadi saja. Beberapa di antaranya dipesan orang kaya untuk diantarkan ke panti asuhan, rumah jompo, masjid, atau ke rumah-rumah orang miskin lainnya. Misi sosial di masa krisis pun tercipta. Apalagi Muhibbah tidak mengambil untung besar. Cukup untuk menggaji karyawan saja.

"Biasanya hari Kamis dan Jumat kesibukan kami meningkat. Banyak pesanan untuk sedekah di hari Jumat. Kadang satu hari saja bisa transaksi Rp10 juta," ujar Ibnu Mas'ud.

Pesanan diantar langsung oleh karyawan. Sejauh ini belum menggunakan jasa ojek online (ojol) atau daring. Mobil Muhibbah yang biasanya mengantarkan barang, koper jamaah ke bandara, kini difungsikan untuk mengantar barang sembako ke pelanggan. Karyawan dibagi tugasnya untuk memesan, stok, mengantar, dan lainnya.

Selain sembako, Muhibbah Store juga menjual rendang siap saji. Rendang ini merupakan produksi dari sebuah koperasi di Payakumbuh. Sudah cukup terkenal. Hanya saja pemasaran yang perlu dibantu. Dia pun berinisiatif untuk bekerja sama. Rendang paketan ini disiapkan dalam kemasan khusus yang divakum. Jadi tidak ada udara yang masuk sehingga bisa tahan lebih lama. Rendang biasanya memang bisa bertahan lama. Dalam keadaan kemasan biasa, ketahanan rendang bisa mencapai satu bulan. Tapi dengan divakum, rendang ini bisa bertahan selama setahun. Semasa umrah dan haji aktif, rendang merupakan salah satu menu andalan PT Muhibbah yang membuat jamaah merasa betah makan katering walaupun berada di Arab Saudi. Setelah umrah vakum, maka perusahaan ini pun menjual rendang secara eceran.

"Ya, kalau dulu kami bisnisnya kakap, sekarang ini mengumpulkan recehan. Begitulah hidup harus selalu berusaha," ujarnya.

Seiring waktu, berbagai kerja sama dengan pihak ketiga terus dilakukan Ibnu Mas’ud dengan Muhibbah Store-nya. Tak hanya sembako, tapi juga berbagai bahan makanan beku (frozen). Bahan-bahan dari pengolahan home industry banyak juga yang kerja sama dengan pihaknya. Disediakan juga freezer sebelum barang makanan itu didistribusikan lagi kepada konsumen. Dia juga merambah ke penyediaan kue kering dan makanan ringan, juga bekerja sama dengan usaha kecil dan skala rumahan. Kue-kue kering seperti pastel, risoles, siomay, dan berbagai produk makanan kecil lainnya juga siap diantarkan ke konsumen. Ada skala kecil, tapi juga kadang skala besar. Ada juga kerja sama dengan Pisang Kipas Kuantan, salah satu penganan ringan khas Pekanbaru yang sudah cukup besar dan dikenal publik.



Adaptasi Kebiasaan Baru

Setiap pengusaha menurutnya harus dapat beradaptasi dengan berbagai keadaan yang terus berubah. Termasuk kondisi sekarang ini yang menuntut harus jaga jarak, jaga kondisi dan jaga kesehatan. Usaha yang dilakukannya pun mengadaptasi kebiasaan baru itu. Karyawan diminta menaati protokol kesehatan ketika melakukan tugas, menerima order, termasuk mengantarkan barang.

Begitu juga dirinya. Bisnis yang dilakukan kali ini lebih banyak dilakukan secara daring dengan menghindari pertemuan semaksimal mungkin. Hanya percakapan via media sosial, pesan, lalu antar. Pengantaran barang juga dilakukan dengan menjaga protokol kesehatan. Setiap hari dia menerima laporan lewat WA saja.

"Saya lebih banyak di sini. Tak lagi ke mana-mana. Cukup pakai smartphone atau telepon. Memang sekali-kali ada juga ke lokasi, misalnya untuk cek barang. Tapi jarang sekali," ujar Ibnu Mas'ud.

Ibnu Mas'ud sudah tahu rasanya penderitaan diserang virus Covid-19. Untuk itu dia tak mau orang lain merasakan hal yang sama. Memang ada informasi simpang siur soal penyintas (survivor/pasien sembuh) Covid-19. Ada yang mengatakan, penyintas Covid-19 tak akan bisa lagi terkena serangan virus ini. Tapi ada juga yang mengatakan mereka tidak kebal dan kemungkinan terkena lagi dapat saja terjadi. Terlepas dari itu, Ibnu Mas'ud selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan. Ke mana-mana, dia selalu menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Bahkan dia kini jarang ke mana-mana. Semua usahanya dilakukan secara daring, dari kediamannya.

"Dulu saya tak peduli. Setelah kena, harus peduli," ujarnya.

Sejak dinyatakan sembuh dari Covid-19, Ibnu Mas'ud memang menjadi semacam ikon perubahan. Pemerintah Provinsi Riau sering memintanya memberikan testimoni bagaimana cara menghadapi penyakit ini. Tak hanya karena dirinya seorang pengusaha, tapi juga sebagai pribadi yang pernah mengalami langsung beratnya kondisi terkena wabah ini.

Dalam hal usaha, dia menyarankan agar usaha yang dikembangkan harus diadaptasi dengan kebiasaan baru. Bisnis secara daring atau online menjadi alternatif yang paling baik saat ini. Dari segi kesehatan, dia juga menyarankan untuk mengikuti protokol kesehatan. Salah satu sarannya yang penting adalah saat berwuduk, ketika hendak salat, hendaknya dibarengi dengan cuci tangan pakai sabun. Selain itu juga mencuci hidung, juga dengan sabun. Berkumur-kumur menggunakan cairan antiseptik juga disarankan.

"Mungkin awalnya berat. Tapi lama-lama terbiasa," ujarnya.

Teruskan Usaha
Tanda-tanda dibukanya umrah kembali sudah mulai ada. Kendati di Indonesia belum, tapi di belahan di dunia lainnya sudah mulai. Jamaah mulai berdatangan ke Baitullah. Tentu travel umrah Indonesia juga akan mendapatkan giliran, termasuk Muhibbah. Menyikapi hal ini, Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa usaha Muhibbah Store akan tetap dilanjutkan. Bahkan dia berencana untuk mengembangkannya menjadi lebih besar. Beberapa teknik bisnis daring sudah didapatkannya justru dari musibah Covid-19 yang menimpa tak hanya dirinya, tapi juga usaha travel umrah miliknya. Inilah berkah tak terduga dari musibah pandemi. Terbuka peluang usaha lainnya.

"Usaha ini dilahirkan saat pandemi Covid-19 dan musibah. Alhamdulillah bisa jalan. Kita akan lanjutkan dan kembangkan agar bisa lebih besar. Naluri bisnis kita tertantang untuk ini," ujar Ibnu Mas'ud.

Harus Bangkit
Kondisi pandemi Covid-19 memang membuat tak hanya fisik drop, tapi juga mental anjlok. Itu terjadi pada banyak orang yang mengalami sakit atau usaha yang gulung tikar. Perlu banyak motivasi dan testimoni untuk dapat bangkit dari kondisi ini. Psikolog Riza Muhardeni SPSi MPSi mengatakan, kondisi sekarang memang berat. Diperlukan pendampingan psikologis bagi mereka yang terkena Covid-19. Motivasi paling baik untuk bangkit ada pada diri sendiri. Tentu selain itu perlu ada pendampingan dari orang-orang terdekat. Mereka yang terkena Covid-19 tidak boleh dibiarkan begitu saja, apalagi dilabeli secara salah. Malah diperlukan pendekatan dan pendampingan kepada mereka yang sudah terkena serangan virus ini.

"Dari diri sendiri harus bangkit. Sebab, motivasi kuat dari dalam diri membuat imun tubuh akan naik. Secara psikologis begitu. Tapi kalau pesimis, maka imun tubuh akan turun dan justru berbahaya. Virus ini akan makin kuat," ujar Riza.

Mereka yang terkena virus hendaknya tidak dijauhi secara psikologis. Mungkin teman-teman, keluarga atau sahabat harus menjaga jarak dari mereka. Tapi mereka justru harus diberikan motivasi, agar kuat dan mampu menghadapi situasi ini. Sarana telekomunikasi bisa jadi solusi. Mereka harus didekati dengan cara ini, bukan malah dijauhi.

Begitu juga soal usaha yang mungkin makin sulit dan terkendala akibat wabah ini. Harus ada motivasi yang kuat dari dalam agar dapat bangkit. Biasanya dari anak yang harus diberi nafkah, istri atau anggota keluarga lainnya. Motivasi dari dalam diri itu akan menciptakan kekuatan dan memunculkan banyak jalan untuk memulai usaha baru yang lebih menjanjikan. Semua pasti ada solusinya.

"Semua kita punya kekuatan untuk bangkit," katanya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook