MIGAS YANG 76 TAHUN SETIA MEMBERI HARAPAN BAGI INDONESIA

Energi Utama Ekonomi Bangsa, Membangun Kekuatan Lokal

Feature | Rabu, 10 November 2021 - 15:10 WIB

Energi Utama Ekonomi Bangsa, Membangun Kekuatan Lokal
Ilustrasi salah satu fasilitas rig lepas pantai di Indonesia. (SKKMIGAS.GO.ID)

Ia pun melansir data yang menunjukkan Jawa Timur kini menyumbang 32 persen minyak bumi dan 10 persen gas bumi dari total produksi nasional. Sementara Riau yang tergabung dalam Sumbagut (Sumatera bagian utara) berkontribusi 29 persen minyak bumi dan 8 persen gas bumi. Berikutnya ada Kalimantan Timur dengan 19 persen minyak bumi dan 21 persen gas bumi.

Kedua, belum tereksploitasinya dengan baik potensi minyak bumi di walayah lepas pantai (offshore). Seperti di laut Kalimantan sekarang eksplorasi baru pada laut dangkal. Sedang di kepulauan Natuna juga belum bisa tergarap.


Sama dengan Cepu sebelumnya, di mata Rudi, eksploitasi di ladang-ladang minyak Riau baru pada ''kulit bumi'' alias kedalaman 300-400 meter. Karena itu ia meyakini masih ada cadangan minyak bumi lebih di perut bumi Riau. ''Di Riau kita baru menggores-gores saja sudah keluar minyak. Belum ditusuk. Jadi masih panjang perjalanan anak cucu kita. Tapi lakukan eksplorasi, baik ke arah samping maupun ke arah dalam,'' sarannya.

Jika eksploitasi bisa masif maka diyakini dalam waktu yang tidak lama, Riau akan kembali menjadi proyek unggulan migas nasional yang kelima. Saat ini ada empat proyek strategis nasional  (PSN) migas unggulan untuk masa depan. Yakni Jambaran Tiung Biru (JTB) oleh Pertamina EP Cepu, Tangguh Train III oleh BP Berau Ltd, Proyek LNG Abadi oleh Inpex dan Indonesia Deepwater Development (IDD) oleh Chevron. Keempat proyek ini menelan total investasi US$ 37,21 miliar dengan total tambahan produksi 65.000 BOPD dan 3.484 MMSCFD.

Sekali lagi, hingga saat ini kebutuhan energi umat manusia masih ditanggung oleh energi fosil dalam bentuk minyak bumi, gas bumi dan batubara. Dunia membutuhkan 70 persen, sedang Indonesia masih sebesar 85 persen.

Sebab itu tidak bisa serta merta digantikan dengan energi baru terbarukan (EBT). Akan diperlukan proses yang panjang dan waktu yang lama agar EBT bisa memainkan peran yang signifikan. Sementara laju konsumsi energi sangat tinggi tak sebanding dengan laju produksi maupun penemuan EBT. Namun sambil berjalan inovasi untuk EBT tetap harus didorong sehingga secara bertahap menjadi substitusi ataupun mengurangi beban industri migas.

Oleh karena itu, Rudi yang juga mantan Kepala SKK Migas ini berharap, pemerintah termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, menyambut baik upaya eksplorasi dan eksploitasi migas. Selain bisa menjamin cadangan migas, menjaga stabilitas pembangunan, sekaligus juga akan menjadi invetasi bagi anak cucu generasi penerus bangsa.

Membangun Kekuatan Lokal

Eksistensi PT Awal Bros hari ini menjadi bukti nyata dari multiplier effect industri migas di Riau. Ini adalah usaha jasa transportasi bahan bakar minyak (BBM) mitra Pertamina Hilir, yang dimiliki pengusaha lokal Riau.

Usaha ini dimulai oleh H Awaloeddin pada 1984. Pertama berdiri dengan nama Firma Awal Bros. Kemudian karena ada perubahan kebijakan pemerintah maka dinaikkan statusnya menjadi CV Awal Bros. Akhirnya berubah lagi dan hingga kini eksis berkibar dengan bendera PT Awal Bros. "Sejak awal memang kita rekanan Pertamina, untuk angkutan bahan bakar minyak (BBM, red)," ujar Ir Akhyar Awaloeddin selaku pimpinan PT Awal Bros kepada Riau Pos, pekan lalu.

Pada mula usaha, hanya mengandalkan lima mobil tangki guna menyuplai keperluan BBM khusus ke banyak SPBU (Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum) di Riau daratan. Usaha tersebut terus berkembang hingga akhirnya pernah menyediakan 70 sampai 80 mobil tangki.

Mobil-mobil tangki tersebut dibagi wilayah operasinya dalam dua zonasi. Sebagian mobil mendistribusikan minyak dari Pertamina Depot Dumai ke daerah-daerah di kawasan utara seperti Bagansiapiapi, termasuk juga Kandis (Kabupaten Siak). Lalu ke daerah perbatasan dengan Sumatera Utara seperti Baganbatu. Terkadang juga turut menyuplai untuk kota-kota di Sumut yang dekat dengan perbatasan.

Sebagian mobil tangki lainnya menyalurkan minyak dari Pertamina Depot Sungai Duku, Pekanbaru, ke kota-kota seperti Telukkuantan, Rengat, Bangkinang sekitarnya. Juga sampai jelang masuk ke Kota Tembilahan.

Selain mendistribusikan BBM untuk SPBU, tiga unit mobil tangki juga disediakan guna membawa BBM jenis avtur dari Pertamina Depot Dumai ke Pekanbaru.

Ada lagi PT Cahaya Riau, yang satu grup dengan PT Awal Bros. Perusahaan ini untuk pengadaan mobil berbagai tipe ke kontraktor PT Caltex Pacific Indonesia (PT CPI), yang kemudian ganti nama jadi PT Chevron Pacific Indonesia.

"Jadi dulu itu orang-orang lokal memang diberi kesempatan," ujar Akhyar.

PT Awal Bros tidak berhenti di jasa transportasi BBM. Masih di industri hilir migas. Kali ini mengembangkan sayap dengan membangun beberapa SPBU dan SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji).

Yang fenomenal tentu saja diversifikasi usaha dengan membangun Rumah Sakit Awal Bros, Pekanbaru. Rumah sakit di bawah bendera PT Awal Bros Putra Medika ini berkembang pesat sehingga memiliki banyak rumah sakit di berbagai kota besar Indonesia. Malah menjelma menjadi salah satu jaringan rumah sakit terbesar.

Dengan rendah hati hal itu diakui Akhyar Awaloeddin. Ia berkisah, pembangunan rumah sakit pertama sekitar tahun 1996 dan jelang krisis moneter tahun 1998 pembangunannya pun selesai. ''Ya cikal bakalnya dari PT Awal Bros tadi,'' ungkap Akhyar singkat.

Sejumlah perusahaan di Riau juga eksis hingga kini di jasa angkutan BBM. Seperti PT Sinar Riau, PT Samudra Mandari Dumai dan lainnya. Tidak hanya bertahan tapi juga sudah berkembang ke berbagai bidang usaha lain.

Tenaga Kerja dan Lembaga Pendidikan

Rekrutmen tenaga kerja satu bagian yang tak terpisah dengan keberadaan industri migas. Berbagai tingkatan pendidikan dan skill diperlukan banyak perusahaan migas, baik sebagai kontraktor ataupun subkontraktor. Di industri hulu migas maupun hilir migas.

Tidak hanya lulusan perguruan tinggi. Lulusan SMA/SMK sederajat juga diperlukan untuk banyak unit pekerjaan nonstaf. Yang terkait langsung dengan urusan produksi sampai unit pendukung seperti communication relation (comrel), waterman, administrasi perkantoran, sampai petugas jetty (dermaga).

Seperti yang dilakukan oleh PT Wira Cipta Perkasa (WCP) pada pertengahan Oktober 2021. PT WCP yang merupakan subkon dari PT Energi Mega Persada (EMP), merekrut puluhan naker untuk 15 bidang pekerjaan. Wilayah kerja PT WCP berada di Kurau Basecamp, Pulau Padang, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti. (Kebetulan penulis jadi tim pengawas ujian rekrutmen tersebut).

Di sisi lain proses rekrutmen juga memperlihatkan kesadaran akan pentingnya pendekatan dan pemberdayaan potensi lokal. Lebih spesifik lagi, rekrutmen naker ini hanya diperuntukkan bagi warga sekitar operasi perusahaan yang diistilahkan Ring 1. Yakni untuk daerah-daerah yang berada sekitar operasional perusahaan ataupun yang terdampak langsung dari aktivitasnya.

Seperti di Kecamatan Merbau terdapat lima desa yang masuk Ring 1. Di Kecamatan Tebing Tinggi Barat ada tujuh desa. Kedua kecamatan masuk wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Dan di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, ada enam kampung/desa.

Lebih luas lagi, kehadiran industri migas turut pula memberi  stimulasi kuat hadirnya lembaga pendidikan yang terkait erat dengan bidang usaha ini. Seperti sekolah menengah kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi. Di Riau, beberapa sekolah memiliki jurusan terkait migas seperti SMK Negeri 3 Mandau, Kabupaten Bengkalis, yang didirikan pada 2013. Bahkan kompetensi keahliannya yang diajarkan terbilang cukup lengkap seperti Teknik Pemboran Minyak dan Gas, Teknik Produksi Migas, dan Geologi Pertambangan.

Lainnya ada SMKN 5 Pekanbaru. Juga SMK Migas Teknologi Riau, SMK Migas Bumi Melayu Riau,  dan SMK Inovasi Riau. Tiga SMK terakhir berada di Kota Pekanbaru.

Untuk perguruan tinggi ada Program Studi (Prodi) Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau (UIR). Prodi yang berdiri pada 1986 ini, justru diinisiasi oleh sejumlah karyawan PT CPI bersama para dosen di Fakultas Teknik UIR. Mereka juga mengabdikan diri sebagai pengajar paruh waktu.

"Teknik Perminyakan memang banyak dibantu oleh PT CPI. Bahkan hingga saat ini. Kita berharap itu terus berlanjut bersama PHR (Pertamina Hulu Rokan, red),'' ujar Rektor UIR, Prof Dr Syafrinaldi SH MCL kepada Riau Pos.

PT CPI juga membantu UIR melalui program Kemitraan dengan Perguruan Tinggi/University Relationship Program (URP). Melalui program ini, mahasiswa Teknik Perminyakan UIR berkesempatan magang di sejumlah kampus di luar negeri.

Selain program magang, baik mahasiswa ataupun dosen juga dilibatkan dalam beberapa riset oleh PT CPI. Begitu juga para dosen UIR menjadi staf ahli ataupun konsultan perusahaan yang memang memerlukan atau melibatkan multidisiplin ilmu.

Terakhir dengan hadirnya Migas Center di UIR. Peresmiannya pada 19 Desember 2019 di Aula Gedung Rektorat Universitas Islam Riau (UIR) hasil kolaborasi SKK Migas – PT CPI dan UIR. Fasilitas ini menjadi pusat informasi dan edukasi seputar minyak dan gas bumi yang bisa dimanfaatkan berbagai kalangan.

Beberapa perguruan tinggi lain di Pekanbaru/Riau juga tak lepas dari kepedulian perusahaan migas, terutama PT CPI. Hampir tidak ada perguruan tinggi yang tak disentuh dalam berbagai bentuk, termasuk sumbangan fisik bangunan.

Dan yang paling monumental adalah berdirinya Politeknik Caltex Riau (PCR) pada tahun 2000. PCR berdiri berkat kolaborasi Pemerintah Provinsi Riau dengan Gubernur ketika itu Saleh Djasit dengan PT CPI. Awal berdiri memiliki tiga program studi jenjang D-III. Saat ini, telah memiliki 10 program studi jenjang D-III dan D-IV. Juga telah membuka Program Studi Magister (S2) Terapan Teknik Komputer. PCR sudah mencetak lebih dari 3.500 lulusan.

PCR dikelola dengan pendekatan smart campus, yang menggunakan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan secara mandiri. Mulai dari aplikasi akademik, kemahasiswaan, keuangan, kepegawaian dan aplikasi pendukung lainnya. Semua sudah diintegrasikan dan diimplementasikan dengan baik.

Di PCR juga diterapkan nilai-nilai layaknya di sebuah perusahaan berkelas dunia. PCR dikelola dengan mengadopsi nilai-nilai dan profesionalisme PT CPI seperti integritas, kinerja tinggi, keberagaman, inklusi, keselamatan, dan ramah lingkungan.*** 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook