SEKOLAH MARGINAL YANG MEMPRIHATINKAN DI KEPULAUAN MERANTI

Sang Guru Sangat Khawatir bila Hujan Tiba

Feature | Selasa, 26 November 2019 - 10:14 WIB

Sang Guru Sangat Khawatir bila Hujan Tiba
MEMPRIHATINKAN: Kondisi Sekolah Dasar Negeri Jalan Sidodadi Desa Tanjung Peranap, Kepulauan Meranti memprihatinkan, Kamis (21/11/2019). Bangunan sekolah terbuat dari papan dan atapnya dari rumbia. Bila hujan tiba sekolah itu tergenang air.(WIRA SAPUTRA/RIAU POS)

SDN 16, sekolah negeri marginal di Kepulauan Meranti. Lokasinya di Jalan Sidodadi Dusun II, Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebingtinggi Barat. Sekolah itu jauh dari kata layak. Atap dari enam ruang kelas mereka terbuat dari daun rumbia. Dinding dibangun menggunakan kayu seadanya, mulai rapuh termakan usia.

Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang

Kamis siang (21/11) itu, murid SDN 16 memasuki waktu istirahat,. Beberapa orang dari mereka ada yang bermain di kelas dan luar kelas. Mereka tampak abai dengan kondisi sekolah yang memprihatinkan itu. Rohana, kepala sekolah yang juga merangkap sebagai guru mengaku sedih melihat muridnya dengan kondisi sekolah sedemikan rupa. Sedih tak terbendung ketika hujan tiba. Sambil mengambil smartphone ia memperlihatkan video pendek sebagai gambar nyata keadaan sekolahnya ketika itu.

Dalam video itu, air hujan membasahi seisi ruang kelas. Sejumlah murid sibuk menyelamatkan buku belajar mereka agar tidak ikut basah. Walupun ada beberapa buku mereka yang telah terlanjur basah. Dan tak jarang, rasa khawatir datang seketika ia dan murid mendengar gemuruh, terlebih jika langit mulai mendung.


"Penting saat berlangsungnya jam belajar, tiba-tiba mendung dan gemuruh kami mulai khawatir. Anak-anak saya minta bersiap mencari kantong untuk melindungi agar buku belajar mereka tidak basah," ungkapnya.

Parahnya lagi, Rohana pernah mendengar jika ada yang menyebut sekolahnya seperti kandang kambing. Semula SDN 16 berdiri 2007 dengan empat kelas saja. Itupun dibangun swadaya olehnya dan warga desa. 2015 bertambah dua kelas dan satu ruang guru. Langkah itu terpaksa diambil mengingat syarat setiap sekolah harus akreditasi. Jika tidak, sekolahnya akan dibubarkan oleh pemerintah atau dimerger.

"Karena akreditas itu wajib, sehingga ia terpaksa pecah celengan untuk biaya membangun dua ruang belajar dan satu ruang guru. Dan sekarang akreditas kami sudah C," ujarnya.

Usulan atau memohon bantuan kepada pemerintah amat sering dilakukan. Digubris, namun dibeberkannya hanya janji belaka. Seperti 2020 mendatang, dari kabar yang ia terima, sekolahnya akan menerima bantuan pembangunan ruang belajar yang baru.

"Kabarnya 2020 ini dibantu oleh pemerimtah pusat, tapi tak tahulah. Pasalnya sebelum ini saya juga telah sering dijanjikan hal yang sama," ungkapnya.

Walupun demikian, ia dan beberapa orang guru yang mengabdi di sekolah itu masih menaruh harapan besar jika informasi tersebut, benar. "Mudah-mudahan benar. Kami masih berharap dibantu. Tak perlu banyak, hanya enam ruang belajar agar murid kami nyaman, dan satu ruang kantor. Tak perlu bagus asal nyaman, bersyukur sekali kami para guru," ungkapnya. Mengenai kondisi SD Negeri 16 Jalan Sidodadi Dusun II, Desa Tanjung Peranap, Kepulauan Meranti dibenarkan Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Meranti, Syafrizal kepada Riau Pos.

"Benar, memang demikian kondisinya. Tapi kami berupaya agar itu bisa masuk dalam skala prioritas 2020 mendatang," ungkapnya.

Terpisah Wakil Bupati Kabupaten  Kepulauan Meranti, Said Hasyim, Senin (25/11/19) minta setiap pengurus yang sekolahnya rusak tidak khawatir, mengingat 2020 ini anggaran untuk pembangunan sekolah rusak cukup besar oleh pemerintah pusat. Pemda Meranti tetap berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan di Meranti. Salah satunya dalam menyediakan ruang belajar yang laik.

"Untuk 2020 gambarannya kita akan menerima Rp54 miliar. Mudah-mudahan bertahap akan kami akomodir semuanya," ungkapnya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook