"POTRET DIRI", SALAH SATU LUKISAN TERAKHIR DAHLAN KONTE DI MASTERIAU

Pengingat Sejarah Seni Lukis Modern di Riau

Feature | Sabtu, 26 Agustus 2023 - 11:10 WIB

Pengingat Sejarah Seni Lukis Modern di Riau
Lukisan “Potret Diri” karya seniman Dahlan Magek dipajang saat acara Pameran Seni Rupa Masteriau di Galeri Hang Nadim, belum lama ini. (EVAN GUNANZAR/RIAU POS)

Puluhan lukisan dari 11 karya maestro Riau dipamerkan di Galeri Hang Nadim. Bukti nyata kepiawaian generasi awal pelukis Riau ini diharapkan dapat menularkan semangat tarian kuas di atas kanvas generasi muda Bumi Lancang Kuning.

Laporan EVAN GUNANZAR, Pekanbaru


SUASANA berbeda terasa saat memasuki ruangan utama di Anjungan Kampar, Kompleks Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai), Jalan Sudirman, Pekanbaru. Melihat pajangan di dinding, seakan melewati mesin waktu berkunjung ke era sekitar setengah abad silam dari masa sekarang.

Pameran bertajuk MasteRiau ‘’Me­nyongsong Masa Depan Baru’’ ini menampilkan karya seni milik maestro Riau seperti Amrun Salmon, Armawi KH, Aswan R, Dahlan Magek, Dantje S Moeis, Emmy Kadir, Iwan Dona, Latif Hasim, Mirza Adrianus, OK Nizami Jamil hingga Tenas Effendi.

Karya-karya yang dipamerkan merupakan karya dalam kurun waktu sejak tahun 1962 hingga 2023. Masing-masing lukisan pada pameran yang dimulai 13 Agustus dan berakhir 31 Agustus nanti ini memiliki makna yang berbeda.

Sebut saja, seperti Lukisan Sultan Syarif Kasim II yang dilukis tahun 1979 oleh seniman Tenas Effendi, kemudian Lukisan Muara Takus, Svarna Dwipa di abad 7 masehi yang dilukis menggunakan serbuk kopi. Kemudian lem di atas kanvas yang dilukis tahun 2021 oleh seniman Latif Hasim hingga karya Tepak Mahar Melayu Riau seri : Melayu dan Aceh tahun 2022-2023 oleh seniman Iwan Dona.

“Potret Diri” menjadi salah satu lukisan yang dipamerkan. Posisinya tepat di sebelah kiri dari pintu masuk, bersebelahan dengan lukisan Panorama Danau Maninjau. Ada yang berbeda dari karya Potret Diri yang dipamerkan kali ini dibanding karya seni lainnya pada pameran.

Bagaimana cerita dibalik salah satu lukisan ini? Menarik disimak. Karena lukisan yang dibuat tahun 1985 ini berbeda dari seluruh lukisan yang dipamerkan dalam pameran ini. Betapa tidak, pelukisnya yaitu Dahlan Magek yang lahir tahun 1918-1988 melukis potret dirinya melalui media cermin yang kemudian dia­plikasikan melalui lukisan.

Lukisan ini juga merupakan salah satu karya terakhir yang dilukis oleh Dahlan Magek atau yang akrab dipanggil oleh teman-temannya dengan panggilan Dahlan Konte. Julukan ini disematkan kepadanya karena kemahirannya dalam menggunakan Konte. Konte sendiri merupakan pensil yang terbuat dari arang yang digunakan oleh pelukis untuk melukis.

Dahlan Magek merupakan seniman Riau kelahiran Sicincin, Suma­tera Barat 1918 yang menempuh pendidikan di Indonesia Netherlands School (INS) Kayu Tanam, 1938. Setelah kemerdekaan, ia tinggal di Aceh bergabung dengan Laskar Angkatan Laut. Pada tahun 1950-1952 ia menempuh pendidikan seni lukis di Akademi Seni Rupa (ASRI), sekarang ISI Yogyakarta.

Pada tahun 1959, ia kembali ke Sumatera Barat bergabung dalam gerakan PRRI. Pada 1961, Dahlan merantau ke Tanjung Batu, Kepulauan Riau. Kemudian pada tahun 1964 pindah ke Pekanbaru. Beliau wafat pada tahun 1988 di kediamannya di Jalan Pepaya, Kota Pekanbaru.

Kurator Pameran Fachrozi Amri mengakui mengalami keterkejutan yang luar biasa saat menemukan karya Dahlan Magek dalam waktu yang singkat. Menurutnya catatan dari Dahlan Magek belum tersedia di data mereka. “Karena kami harus menyusuri jejak-jejak para lukisan pelukis senior. Sedangkan data dari Dahlan Magek belum kami miliki,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menceritakan, ketika dirinya bersama tim bertemu dengan perupa senior yang salah satunya pelukis senior Aswan. Darinya tim mendapatkan sebuah nama baru yaitu Dahlan Magek. “Pak Aswan menawarkan satu kepada kami yaitu Pak Dahlan Magek. Dari situ tim langsung menelusuri keberadaan dari karya-karya Pak Dahlan Magek ini,” jelasnya.

Fachrozi Amri yang biasa dipanggil Ojik menceritakan, setelah meng­hubungi pihak keluarga, timnya mempunyai waktu yang cukup singkat untuk memproses karya Dahlan Magek. Pasalnya, seluruh karyanya sedang dalam proses pemindahan ke Jakarta. “Di antara karya-karya Pak Dahlan Magek, dua karya yang tersisa ini sudah siap untuk dibawa ke Jakarta. Syukurnya bisa kita bawa ke pameran kita,” ungkapnya.

Dahlan Magek sendiri merupakan generasi awal aliran mooi indie sebagai pelukis naturalis. Dahlan Magek juga seangkatan dengan sejumlah pelukis senior di Indonesia seperti S Sudjojono, Afandi, Zaini, dan Oesman Efendi.

Pada tahun 1950-an, Dahlan Konte juga sempat dianugerahi sebagai pelukis terbaik oleh Pemerintah Sumatera Tengah. Tahun 1976 Dahlan menggelar pameran tunggal di Jakarta, berlokasi di Balai Budaya yang dibuka istri Wakil Presiden Nelly Adam Malik saat itu.

Menurut anak Dahlan Konte, Nedria Dahlan, lukisan sang ayah juga banyak tersebar keluar negeri dari pekerja Caltex (eks CPI, red) yang membeli hasil karya ayahnya. “Dahulu, warga negara asing suka sekali datang ke rumah untuk dilukis oleh ayah saya. Jadi pas pulang ke negaranya lukisan itu dibawa,” ungkapnya.

Nedria juga menceritakan, ayah­nya merupakan sosok yang mandiri dan heroik. Terlebih dahulunya sang ayah pernah bergabung dalam Laskar Angkatan Laut. “Ayah juga pernah melukis perjuangan seorang pejuang membawa bambu runcing yang sedang berperang. Gambar itu dilukis pada saat peristiwa berlangsung sehingga lukisan itu secara tidak langsung membawa sejarah perjalanan Indonesia,” katanya.

Anak Dahlan Magek lainnya, Hafiz Rancajale yang juga merupakan seniman/kurator mengatakan bahwa sang ayah merupakan perintis seni lukis modern di Riau. Lukisan “Potret Diri” yang dihadirkan dalam pameran MasteRiau menjadi pengingat mengenai sejarah seni Riau tentang sosok Dahlan Konte atau Dahlan Magek. “Melalui lukisan ini (Potret Diri), kita juga ingin merefleksikan kehadiran kembali dalam konteks sejarah seni rupa Riau karena juga banyak yang tidak tahu tentang Dahlan Magek,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, lukisan-lukisan yang ditampilkan dalam pameran ini maupun lukisan milik ayahnya diharapkan bisa memotivasi seniman muda dalam berkarya.

“Menurut saya pameran ini memberi tahu kembali kepada kita bahwa Riau dulunya punya sosok pelukis yang sehebat ini, dari awal tahun 60-an. Lukisan Dahlan Magek ini diharapkan mampu kembali melecut seniman muda untuk terus berkarya lebih baik,” harapnya.(das)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook