PROSPEK PASAR PROPERTI DARI KALANGAN MILENIAL DI RIAU

Gula yang Belum Dijamah Semut

Feature | Selasa, 25 Februari 2020 - 11:23 WIB

Gula yang Belum Dijamah Semut
Nasabah bank BTN Pekanbaru saat mengajukan kredit kepemilikan rumah beberapa hari yang lalu. (GEMA SETARA/RIAUPOS.CO)

Properti atau rumah bagi kalangan milenial  menjadi keharusan untuk mereka miliki.  Selain sebagai investasi jangka panjang memiliki properti sendiri secara otomatis akan meningkatkan derajat dari seseorang yang bergelar milenial tersebut. Sayang, potensi besar pasar properti dari kalangan milenial ini belum tergarap secara maksimal oleh kalangan pengembang (developer) di Riau. Bisa dikatakan pangsa pasar properti kalangan milenial ini bagaikan gula (kalangan milenial, red) yang belum dijamah oleh semut (developer, red).

Laporan GEMA SETARA, Pekanbaru

Febri, pekerja perusahaan swasta di Pekanbaru ini sudah berkeliling ke berbagai komplek perumahan yang sedang dibangun  pengembang. Berbagai tempat komplek perumahan yang sedang dibangun dilihatnya, mulai dari komplek perumahan yang berada dalam Kota Pekanbaru sendiri hingga komplek perumahan yang berada di pinggiran kota.

"Target saya tahun ini sudah harus memiliki rumah walaupun harus mencicil. Mumpung saat ini saya belum ada tanggungan. Ini sebagai investasi jangka panjang, jika sudah berkeluarga saya tidak lagi pusing memikirkan rumah bagi keluarga kecil saya," ujarnya.

Saat ini dia tinggal memutuskan, apakah akan membeli rumah yang berada dalam Kota Pekanbaru atau rumah yang berada di pinggiran kota. Banyak pertimbangan yang harus dia pikirkan. Jika membeli rumah dalam Kota Pekanbaru  secara otomatis harga jualnya lebih tinggi dan luasan tanah pun tidak terlalu besar.


Sebaliknya, jika dia membeli rumah di pinggiran kota  walau harga jualnya sedikit lebih murah dan luasan tanah  lebar, namun rentang waktu untuk menuju ke kantor tempat dia bekerja lebih jauh dan akses transportasi menuju komplek perumahan yang berada di pinggiran kota belum tersedia dengan baik.

"Saat ini saya sedang meminta pertimbangan dengan keluarga. Mana yang lebih elok, beli rumah dalam kota atau luar kota. Tentunya dengan melihat sisi positif dan negatif yang ada. Keluarga lebih menyarankan untuk mengambil rumah dalam kota saja, namun saya belum memutuskannya," ujar dia lagi.

Begitu juga dengan Icha. Pegawai disalah satu universitas di Riau ini pun sedang menimbang, apakah akan membeli rumah dalam kota atau di pinggiran kota.  Berbagai pertimbangan sedang dilakukannya, salah satunya kedekatan dengan keluarga, akses ke berbagai tempat lebih dekat, akses transportasi tersedia dengan baik dan sebagainya.

"Tak masalah sih kecil. Kalau harga propertinya terjangkau dengan kondisi keuangan saya mungkin saya akan membeli rumah dalam kota. Selain rumah itu menjadi aset bagi masa depan saya, harga jual properti dalam kota sendiri semakin hari semakin naik. Mungkin saya akan lebih memilih membeli rumah dalam kota. Namun saya masih menunggu keputusan dari orangtua, mana bagusnya," ujarnya.

Pasar Menjanjikan
Branch Manager  Bank Tabungan Negara (BTN) Kantor Cabang (KC) Pekanbaru, Kabul Budhi Setiawan  kepada Riau Pos menyebut, pangsa pasar perumahan untuk kalangan milenial di Riau umumnya dan Pekanbaru khususnya sangat-sangat  menjanjikan.

"Cukup menjanjikan. Peluang ini harusnya dimanfaatkan secepatnya oleh pengembang, namun sayangnya baru segelintir pengembang yang menggarap pasar  milenial ini. Kami dari BTN sudah jauh-jauh hari menyampaikan hal ini kepada pengembang, namun hanya sebagian kecil saja yang melakukannya," ujarnya.

Kabul menyebut, 54 persen market share properti di Riau  didominasi  milenial, kalau ini mampu digarap dengan baik oleh pengembang, potensi ini sangat menjanjikan sekali dan akan berdampak positif bagi pengembang itu sendiri.

Untuk menyasar dan mengambil pasar milenial ini, pengembang harus paham dan mengerti apa yang diinginkan mereka dalam membeli rumah atau properti. "Ini yang  sudah kami (BTN, red) ingatkan kepada pengembang. Ambil pasar milenial itu, pahami dan turuti keinginan yang dikehendaki mereka. Saya yakin, jika ini mampu dipenuhi pengembang, dalam waktu sekejap properti mereka pasti akan laris manis," ujarnya.

Kabul mengatakan,  kalangan milenial itu dalam membeli properti ada beberapa hal yang menjadi perhatian mereka, di antaranya, pertama,  mereka akan mencari tempat perumahan dekat dengan akses  berinteraksi dengan keluarganya, kawan-kawannya, akses ke berbagai  tempat seperti mal, sekolah, universitas, Bandara, rumah sakit dan sebagainya mudah dijangkau.

"Kalangan milenial ini rata-rata mereka keluarga kecil. Keluarga kecil ini biasanya mereka lebih nyaman jika berada tidak jauh dari keluarganya. Karenanya tidaklah mengherankan kalau kalangan milenial ini banyak memilih properti yang dekat keluarga atau properti yang berada di dalam kota. Ini harus menjadi perhatian pengembang," tuturnya.

Kedua, kalangan milenial ini pola pikirnya praktis. Dalam artian, mereka tidak perlu rumah dengan luas tanah yang luas, apakah tipe rumahnya harus single atau kopel, ini tidk lagi menjadi perhatian mereka, yang penting poin pertama tentang kedekatan dengan keluarga menjadi acuan utama mereka serta rumah mereka berada dalam kota.

"Makanya saya katakan kepada pengembang, pasar milenial ini sangat potensial dan menjanjikan sekali. Tentunya, jika kalangan milenial itu menginginkan rumah berada dalam kota tentu harus ada konsekuensi yang harus mereka terima, terutama pada luasan tanah tadi. Namun ini rata-rata soal luasan tanah itu sekarang tidak menjadian acuan utama kalangan milenial untuk mendapatkan rumah," ujarnya.

Ketiga, kalangan milenial ini ingin ikut dalam strata ekonomi yang sama. Dalam artian, mereka ingin berada dalam lingkungan yang strata ekonomi yang sama, sehingga mereka bisa saling berinteraksi satu sama lainnya tanpa ada rasa segan dan sebagainya.

"Itu beberapa hal yang harus menjadi perhatian utama pengembang jika hendak menyasar pasar milenial. Yang pasti, kami dari BTN memandang pasar milenial ini sangat menjanjikan sekali dilirik oleh developer," ujar Kabul lagi.

Minim Menyasar Milenial
Sekarang, lanjut dia apa yang terjadi khususnya di Riau, belum banyak bahkan bisa dikatakan sangat minim sekali, developer yang mau menyasar pasar milenial ini. Developer di Riau, khususnya di Pekanbaru lebih memilih membangun properti atau perumahan jauh dari perkotaan, jauh dari berbagai akses yang diinginkan kalangan milenial.

Developer, harus lebih berkreasi lagi dan membuat pasar. Jangan lagi berpikir membangun properti itu menyasar ke pelosok-pelosok atau pinggiran kota. "Kami melihat yang terjadi selama ini developer lebih memilih membangun properti jauh dari kota. Kalau hendak menyasar pasar milenial, pembangunan properti seperti ini tidak akan dilirik oleh mereka," ujarnya lagi.

Developer harus membangun rumah dalam kota jika mereka ingin properti mereka laris manis dibeli oleh konsumen. Ini sudah terbukti, perumahan-perumahan yang berada dalam kota selalu laris manis dibeli oleh konsumen dari kalangan milenial. "Sekali lagi saya katakan, pola pikir pengembang harus bergeser dari membangun properti luar kota kembali membangun properti dalam kota. Pasar milenial itu sangat bagus dan menjanjikan sekali," tuturnya.

Sudah ada contoh developer yang membangun properti dalam kota laku keras. Misalnya, properti yang dibangun salah satu developer di daerah Sigunggung Pekanbaru, mereka membangun  84 unit rumah, dalam rentang waktu tiga bulan sudah terjual 35 unit. Begitu juga  properti yang dibangun di Jalan Pesantren oleh salah satu developer mereka bangun 90 unit dalam rentang waktu enam bulan sudah terjual.

"Apa yang ingin saya katakan kepada pengembang, areal dalam Kota Pekanbaru sendiri untuk membangun properti itu masih sangat luas.  Memang   spot  untuk membangunnya tidak besar tetapi pasarnya sangat jelas dan diminati banyak kalangan. Apa gunanya membangun properti murah di luar kota tapi tidak terjual, sebaliknya di dalam kota sendiri properti mahal dan terjual dengan baik. Sekarang pilih yang mana? Murah tidak terjual atau mahal tetapi terjual?" ujarnya bertanya.

Dikatakannya, membangun  properti di dalam kota, khususnya di Pekanbaru, usahkan  properti subsidi, properti non subsidi saja laku terjual.  "Ini fenomena dan sudah kami sampaikan dua tahun lalu, namun tidak ada gerakan. Dari ratusan pengembang yang aktif di Pekanbaru hanya empat atau lima pengembang yang mau dan fokus membangun properti dalam kota dengan menyasar pasar milenial," ujarnya.

Terkait daerah-daerah mana saja di Pekanbaru yang masih bisa dibangun komplek properti, Kabul menyebut secara sektoral berada di Kecamatan Bukit Raya, Tenayan Raya dan Rumbai. Karenanya saat ini pihaknya  mendorong pengembang untuk membangun perumahan ke daerah tersebut. "Yang pasti daerahnya berada dalam Kota Pekanbaru,  penduduknya belum padat, berbagai akses sudah berjalan dengan baik. Dengan kondisi ini diyakini pasar milenial dipastikan akan datang membeli," ujarnya.

Menyinggung tentang pertumbuhan ekonomi Riau yang turun karena dampak turunnya harga minyak, Kabul optimis pertumbuhan properti di Riau masih bagus teruama dengan selesainya jalur distribusi melalui jalan tol serta pengelolaan cruide palm oil  (CPO) menjadi B30 yang potensinya sangat besar. "Untuk Riau, pertumbuhan properti masih cukup bagus, krediti properti di Riau masih sangat mendominasi jika dibandingkan kredit lainnya," ujarnya.

Keinginan Tinggi
Menyikapi hal ini, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) Riau, Nur Syafri Tanjung kepada Riau Pos mengungkapkan, keinginan kalangan milenial di Riau umumnya dan Pekanbaru khususnya untuk memiliki rumah memang cukup tinggi.

Namun tidak banyaknya  pengembang membangun rumah subsidi di dalam kota membuat kalangan milenial sedikit berpikir untuk memiliki rumah di dalam kota khususnya rumah-rumah non subsidi. ‘’Dalam pengamatan kami, keinginan milenial di Pekanbaru  khususnya dan Riau umumnya untuk memiliki rumah itu cukup tinggi, terutama perumahan dalam kota, namun karena harga jual rumah dalam kota sedikit lebih mahal, banyak kalangan milenial berpikir untuk membelinya," ujarnya.

Dia mengatakan,  mengapa kalangan milenial di Riau banyak yang berupaya memiliki rumah, karena mereka memandang rumah menjadi satu keperluan yang harus dimiliki, selain itu mereka juga menjadikan rumah sebagai investasi jangka panjang, sehingga ketika  sudah berkeluarga, mereka tidak susah lagi mencari rumah sebagai tempat tinggal.

"Namun kalau berbicara apakah banyak yang memilih rumah di dalam atau luar kota memang  tidak dapat digambarkan persis. Ada yang mau dalam kota, akan tetapi tentu mereka harus merogoh saku agak dalam, karena harga jual rumah di dalam Kota Pekanbaru sendiri harganya sedikit mahal. Terlebih tidak banyak pengembang yang membangun rumah subsidi di dalam kota," ujarnya.

Namun, tambah dia lagi walaupun berada di pinggiran Kota Pekanbaru, akan tetapi sekarang berbagai akses pinggiran Kota Pekanbaru tidak susah lagi. "Kalau kita bicara dahulu, daerah Kulim, Tenayan Raya itu sangat jauh sekali, sekarang hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Begitu juga di daerah Rimbo Panjang, sekarang di daerah itu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang sangat menjanjikan," ujarnya.

Kelebihan kalangan milenial di Riau jika dibandingkan dengan milenial di luar Riau, keinginan mereka untuk memiliki rumah cukup besar dan tinggi, mereka mulai menabung untuk membeli rumah. Namun, pilihannya apakah mereka membeli rumah di dalam atau luar kota itu tergantung ketersediaan anggaran yang mereka miliki.

"Kalangan milenial ini kan rata-rata mereka baru bekerja, karenanya mereka lebih memilih membeli rumah agak ke pinggir kota, karena harga jualnya lebih murah, akan tetapi ketika ekonomi mereka mulai mapan, perlahan mereka baru berupaya membeli rumah di dalam kota," ujarnya seraya menambahkan,  pihaknya,  sangat mengapresiasi keinginan kuat kalangan milenial di Riau untuk memiliki rumah.

Menjawab ring harga jual rumah di Riau sendiri, dia mengatakan  untuk dalam kota pada kisaran Rp140 juta untuk rumah subsidi, namun sangat minim pengembng yang membangun rumah subsidi di dalam kota, sedangkan untuk rumah komersial (non subsidi) bisa di atas Rp300 juta bahkan ada Rp500 juta hingga Rp1 miliar.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook